Waspada Antraks di Gunungkidul, Jangan Sembelih Ternak Sakit

Risiko penularan antraks paling tinggi terjadi saat ternak sakit disembelih. Bakteri antraks yang berdiam di darah hewan akan kontak dengan udara dan membentuk proteksi, sehingga lebih mudah menular.

oleh Hendro diperbarui 09 Feb 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2022, 08:00 WIB
Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti tidak menyarankan hewan ternak seperti sapi dan kambing dalam kondisi sakit sebagai bahan konsumsi.

Liputan6.com, Gunungkidul - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul berupaya agar kasus antraks yang terjadi belum lama ini tidak meluas. Salah satunya dengan edukasi dan sosialisasi pada masyarakat.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti tidak menyarankan hewan ternak seperti sapi dan kambing dalam kondisi sakit sebagai bahan konsumsi.

"Penjualan ternak mati sakit maupun mati sebenarnya juga tidak boleh dilakukan," kata Retno.

Ia menjelaskan, risiko penularan antraks paling tinggi terjadi saat ternak sakit disembelih. Ketika disembelih, bakteri antraks yang berdiam di darah akan kontak dengan udara dan membentuk proteksi, sehingga lebih mudah menularkan.

Namun, Retno tak menampik masyarakat umumnya lebih memilih tetap memotong hewan ternak yang sakit atau mati mendadak. Sebab, warga yang merawat hewan ternak tak ingin merasa rugi.

"Kebanyakan merasa eman (sayang), jadi kalau ada ternak sakit atau mati lebih dipilih dipotong kemudian dijual," jelasnya.

Menurut Retno, kebiasaan demikian yang mempersulit pihaknya dalam mencegah penyebaran antraks. Itu sebabnya, dia mengharapkan adanya peran aktif dari masyarakat agar bisa melakukan pencegahan mandiri.

Jika ada ternak mati mendadak, maka disarankan untuk langsung dikubur. Namun, bagi ternak yang masih sehat dan hendak disembelih, disarankan untuk dibawa ke Tempat Potong Hewan (TPH).

"Kalau di TPH kan semua hewan yang masuk pasti diperiksa dulu kondisinya sebelum dipotong," ujar Retno.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Dewi Irawaty menjelaskan Antraks merupakan jenis penyakit Zoonosis. Artinya, hanya menular dari hewan ke manusia, tidak antar manusia.

Meski demikian, ia mengatakan dasar pencegahan antraks tetap pada perilaku warga. Ia menyarankan agar selektif memilih daging yang segar dan pastikan dari hewan yang sehat.

"Kalau ada ternak sakit atau mati mendadak, lapor ke petugas puskeswan, jangan disembelih dan dikonsumsi," Dewi menandaskan.

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya