Liputan6.com, Gorontalo - Hans Bague Jassin atau yang dikenal dengan HB Jassin merupakan pengarang, penyunting, cendekiawan muslim, dan kritikus sastra berdarah Gorontalo. Guratan pena HB Jassin banyak digunakan sebagai referensi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dan perguruan tinggi. Dari kiprahnya itu, dia bahkan dijuluki 'Paus Sastra Indonesia'.
HB Jassin merupakan satu di antara pahlawan sastra nasional dari Provinsi Gorontalo, yang kini abadi menjadi nama perpustakaan umum HB Jassin Provinsi Gorontalo, dan baru diresmikan oleh Kepala Perpustakaan Nasional dan Gubernur Gorontalo, Senin, (21/2/2022).
Dalam sambutannya, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengharapkan perpustakaan bisa mengikuti perkembangan digital karena saat ini adalah masanya. Siapapun tidak menghindari dan harus beradaptasi.
Advertisement
"Perpustakaan harus adaptif sehingga memungkinkan anak-anak dan masyarakat bisa belajar kapan pun, dimana pun tanpa kesulitan mengakses," kata Rusli.
Senada dengan itu, anggota Komisi X DPR RI, Elnino M Husein Mohi, mengatakan digital sudah merambah pada semua aspek kehidupan, termasuk mengubah karakter dan cara berpikir generasi milenial.
Disadari atau tidak karena banyak akar budaya yang tercerabut. "Kita tidak bisa hindari. Digitalisasi sudah masuk ke dalam banyak aplikasi, namun masih ada hal positif yang bisa dilakukan. Setidaknya, Indonesia jangan terus menerus menjadi followers. Harus berani menciptakan," Elnino menyemangati.
Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Peningkatan SDM
Peningkatan kualitas sumber daya manusia memang menjadi salah satu fokus pembangunan pemerintah. Mengingat Indonesia kaya dengan alam, namun nyaris semua faktor yang potensial banyak diisi oleh tenaga asing.
"Ini tugas bersama, khususnya perguruan tinggi untuk aktif berkontribusi nyata mengangkat harkat martabat bangsa lewat bahan bacaan yang berkualitas," imbuh Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando.
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menambahkan, mayoritas masyarakat berpendidikan sekolah dasar sampai menengah, bahkan ada yang tidak lulus sekolah. Hanya sedikit yang lulusan sarjana.
"Mereka sulit jika harus bersaing secara modal. Yang mereka perlukan adalah kreativitas dan inovasi, termasuk di dunia home industry agar bisa bersaing. Sederhananya, mereka memerlukan ilmu terapan yang lebih memberikan dampak langsung secara ekonomi dan kesejahteraannya, tambah Syarif Bando.
Pernyataan ini diiyakan oleh Wakil Rektor Universitas Negeri Gorontalo Harto S. Malik bahwa pengembangan perpustakaan harus mengikuti perkembangan zaman generasi sekarang. Era digital mengubah cara orang mengonsumsi informasi dan proses berliterasi. Dulu literasi berfokus pada kemampuan baca tulis hitung.
Â
Advertisement
Pentingnya Literasi Digital
Terkait literasi di era digitalisasi, Wakil Delegasi Tetap Indonesia untuk UNESCO, Ismunandar, mengatakan lebih dari 50 persen dunia sudah mengenal digital, bahkan 70 persen di antara pelaku digital adalah kaum milenial yang aktif di dunia online. Namun, Ismunandar mengingatkan, kehadiran internet jangan serta merta dianggap negatif.
Justru, dengan kemampuan literasi, masyarakat bisa tetap mendapatkan kebaikan dari internet, seperti menggairahkan dialog dan toleransi, mendukung tujuan pembangunan dan berkelanjutan, serta bisa memberdayakan semua elemen masyarakat menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sama halnya dengan yang perpustakaan lakukan.
"Literasi adalah cara untuk minimalkan hal buruk dan maksimalkan hak baik. Maka, ketika menerima informasi apapun, cermati dulu sebelum meneruskan. Saring before sharing," tambah Ismunandar. Gedung layanan perpustakaan umum HB. Jassin didirikan menggunakan dana alokasi khusus (DAK) senilai Rp 4,2 miliar. Pada kesempatan yang sama, dilakukan MoU dengan 8 perguruan tinggi se-Gorontalo dan pemerintah provinsi Gorontalo.