Uniknya Siderang Legok, Kampung dengan Keluarga Penghasil Banyak Anak di Garut

Di Kampung Siderang Legok Garut itu, rata-rata satu keluarga memiliki anak lebih dari 10 orang dari satu pasangan suami-istri

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 28 Feb 2022, 03:30 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2022, 03:30 WIB
Pasangan suami istri dengan usia relatif muda di Kampung Siderang Legok, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Garut terbiasa memiliki jumlah anak yang banyak.
Pasangan suami istri dengan usia relatif muda di Kampung Siderang Legok, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Garut terbiasa memiliki jumlah anak yang banyak. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Berada di kaki gunung Cikuray, Garut, Jawa Barat yang berhawa dingin, Kampung Siderang Legok, penghasil banyak anak di Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, memang tidak setenar kampung Bagendit sebagai penghasil tukang cukur, atau desa Ciburial sebagai kampung wisata.

Namun tak disangka populasi anak dengan rataan tahun kelahiran yang relatif dekat, bejibun di sana. Di kampung itu, rata-rata satu keluarga memiliki anak lebih dari 10 orang dari satu pasangan suami-istri.

“Anak saya saja jumlahnya 11 orang, tapi yang ada hanya enam orang,” ujar Indin Jalaludin, 50 tahun, Ketua Rukun Warga (RW) 4 Desa Cintanagara, di sela-sela khitanan massal yang digelar Yayasan Senyum Indonesia, di Garut, Ahad (27/2/2022).

Menurutnya, pola genetik dengan tingkat kesuburan reproduksi warga Kampung Siderang Legok terbilang baik. Kondisi itu berlangsung lama secara turun temurun dari orang tua mereka.

“Ayah juga memang anaknya banyak juga, dan sehat-sehat semuanya,” kata dia.

Selain itu, budaya pepatah 'banyak anak banyak rezeki' masih tertanam kuat di wilayah itu, tak ayal setiap anggota keluarga memiliki anggota keluarga dengan jumlah yang fantastis.

“Sekarang ada sekitar 200 kk (Kepala Keluarga), jumlah anak kecilnya ada sekitar 450 orang,” ujar dia.

Kondisi itu didukung dengan pola pernikahan usia dini di antara warga yang tinggi, sehingga jumlah anak yang berhasil dilahirkan lebih banyak.

“Saya pertama kali menikah saat berusia 17 tahun, sekarang sudah punya 6 cucu,” kata dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Program KB Gagal

Nampak emak-emak muda di Kampung Siderang Legok, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Garut tengah membawa buah hatinya dengan rataan usia yang relatif berdekatan.
Nampak emak-emak muda di Kampung Siderang Legok, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Garut tengah membawa buah hatinya dengan rataan usia yang relatif berdekatan. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Indin mengakui program Keluarga Berencana (KB) belum terbukti jitu dilaksanakan di sana, meskipun sosialisasi dilaksanakan, namun tingkat reproduksi warga tetap tinggi.

“Program KB ada, bahkan banyak juga yang KKN (Kuliah Kerja Nyata), ada warga yang diimplan, IUD, tapi tetap saja hamil,” ujar dia dengan tersenyum ramah.

Saat ini rata-rata keluarga di Kampung Siderang Legok memiliki anak antara 11-14 orang anak untuk setiap keluarga. “Kampung kami malah juara penimbangan bayi posyandu tingkat kecamatan,” ujar dia.

Hal senada disampaikan Ade Nurdin, 39 tahun, warga lainnya yang memiliki 9 anak dengan rataan usia terpaut satu hingga dua tahun. “Saya nikah saat berusia 18 tahun sama dengan istri, anak paling besar di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan),” kata dia.

Menurutnya, budaya masyarakat sekitar yang memiliki keturunan dengan jumlah anak yang banyak, belum berubah hingga kini. “Ayah saya juga anaknya 11 orang dan sehat semua,” kata dia.

Pegawai proyek borongan itu mengaku, istrinya pernah melakukan program KB, namun ternyata gagal dan tetap memiliki anak yang banyak.

“Semua anak saya sehat dan dilahirkan secara normal tanpa Caesar,” ujar dia yang mendaftarkan 2 anak kecilnya mengikuti program khitanan massal.

Saat disinggung soal kemampuan ekonomi, Ade menyatakan jika seluruh masyarakat di sana percaya, setiap anak yang dilahirkan membawa rezekinya masing-masing.

“Kenapa mesti takut yang penting kita berusaha, serahkan saja pada yang di atas (Tuhan),” ujar dia.

Ma'mun Salman, Ketua Yayasan Senyum Indonesia mengakui keunikan kampung Siderang Legok. Menurutnya, rataan usia anak kecil di sana hanya terpaut cukup rapat dalam satu anggota keluarga.

“Saya dapat info ada yang bahkan jumlah anaknya 19 orang dari satu pasang suami istri,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya