Liputan6.com, Pasaman Barat - Isu likuefaksi atau tanah bergerak yang terjadi di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat pascagempa 6,1 yang berpusat di Kabupaten Pasaman Barat dipastikan tak terjadi.
Bupati Pasaman, Benny Utama mengatakan yang terjadi di Malampah itu bukan likuefaksi melainkan banjir bandang, namun kondisinya memang material tanah bercampur air itu volumenya cukup besar.
"Tidak ada likuefaksi, itu banjir bandang karena kekuatan gempa yang cukup besar," katanya usai rapat koordinasi penanganan pascagempa di Pasaman Barat, Sabtu (26/2/2022).
Advertisement
Baca Juga
Ia menyebut banjir bandang terjadi karena adanya retakan di Gunung Talamau ketika gempa, kemudian terjadi longsoran. Longsor itu kemudian melewati anak-anak sunngai.
Banjir bandang ini, lanjutnya masih berpotensi terjadi karena longsoran di Gunung Talamau cukup luas, apalagi jika ada pemicu seperti hujan deras atau gempa susulan dengan guncangan yang besar.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Potensi Galodo Susulan
Saat ini, sejumlah warga di Kabupaten Pasaman masih ada yang bertahan di depan rumahnya menggunakan tenda, dikhawatirkan banjir bandang kembali terjadi dan mengancam keselamatan warga yang bertahan di rumah.
"Ini sedang kita upayakan untuk membujuk mereka ke tenda pengungsian yang lebih aman," jelasnya.
Di samping itu, terkait korban gempa di Kabupaten Pasaman, terdapat 6 orang yang meninggal dunia. Dua di antaranya meninggal karena tertimbun longsor di Malampah.
"Untuk luka sedang dan ringan terdapat 36 orang dan 5 orang luka berat saat ini sudah dalam perawatan," ujarnya.
Selain itu, di Pasaman saat ini empat orang juga dinyatakan hilang yang diduga terbawa arus sungai akibat turunnya sebagian tanah di lereng Gunung Talamau ke arah Sungai Batang Timah di daerah Siparayo, Nagari Malampah.
Advertisement