Liputan6.com, Mareje - Konflik antar masyarakat yang terjadi sejak malam takbiran, Minggu (1/5/2022) di Desa Mareje, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) berujung kerusuhan.
Di mana, ada 6 unit rumah dan 3 unit sepeda motor dibakar pada hari Selasa (3/5/2022) malam. Peristiwa tersebut membuat ratusan warga harus mengungsi dari pemukimannya.
Dari informasi yang diterima, konflik berawal saat beberapa orang dari barisan pawai takbiran, melempari salah satu rumah warga dengan petasan besar. Sehingga mengakibatkan pemilik rumah pingsan.
Advertisement
Petasan juga dilempar ke kandang ternak milik salah satu warga lainnya, yang menyebabkan ternak berhamburan. Warga yang menjadi korban, berusaha menegur pelaku.
Baca Juga
Pelaku yang tidak terima, langsung mengeroyok korban pada saat itu. Warga yang berkumpul di rumah korban karena mendengar suara ledakan, juga menjadi sasaran pelemparan batu oleh beberapa orang di barisan pawai takbiran.
Di hari Senin (2/5/2022), tersebar hoaks di Facebook dan WhatsApp, jika beberapa akun media sosial (medsos) menyebarkan informasi ada yang mengajak perkelahian antar umat beragama
Keesokan harinya, terjadi pertemuan antara Wakapolres Lombok Barat NTB, aparat desa hingga dusun di Mareje Lombok Barat dan perwakilan pemuka agama setempat. Mereka melakukan mediasi atas kejadian tersebut.
Selasa malam, sekelompok massa melakukan pembakaran ke 6 unit rumah di desa Mareje. Karena peristiwa itu, puluhan warga melarikan diri ke hutan.
Di hari Rabu (4/5/2022) pagi, ratusan warga di desa Mareje, diungsikan oleh Polda NTB ke gedung Polda NTB dan Polsek Lombok Barat. Beberapa di antaranya masih ada yang bertahan di hutan.
Sore harinya, Polda NTB memanggil perwakilan dua orang tokoh agama dari desa Mareje Lombok Barat NTB, yakni Idran,S.pd dari perwakilan Muslim dan Sukman, dari perwakilan Buddhis untuk membuat surat perjanjian damai.
Para warga lintas iman di NTB, turut bahu membahu untuk membantu korban yang di pengungsian. Mereka mengumpulkan donasi dan mendistribusikannya melalui posko Permabudhi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sobat KBB
Mereka mengirimkan beras, sayur dan lauk pauk untuk para pengungsi. Muda Mudi Lintas Iman (MULIA) NTB juga, ikut melakukan penggalangan dana untuk para pengungsi. Mereka juga memberi dukungan moril kepada pengungsi, melalui pesan selular.
Namun di hari Kamis (5/5/2022), sekelompok massa tidak dikenal melempari Vihara di Lenong, Sekotong Barat dengan batu. Mereka juga membakar berugak setelah disiram dengan pertalite. Namun aksi tersebut, berhasil dihentikan oleh warga lintas iman di sana.
Koordinator Divisi Advokasi Solidaritas Korban Tindak Kekerasan Beragama dan Berkepercayaan (Sobat KBB) Usama Ahmad Rizal menyampaikan rasa berduka, atas konflik antar masyarakat yang terjadi di Desa Mareje.
Dia juga mengapresiasi kepada kelompok lintas iman di NTB, yang tidak terprovokasi dan berjuang bahu membahu. Agar masyarakat yang mengungsi mendapatkan keadilan dan kembali ke desa dengan keadaan selamat.
“Juga apresiasi kepada masyarakat lintas iman di Lenong, yang berhasil menggagalkan aksi pembakaran Vihara,” ucapnya, Selasa (10/5/2022).
Advertisement
Perlindungan ke Korban
Sobat KKB mendesak agar pemerintah setempat menepati janjinya, untuk memenuhi hak korban secara paripurna. Seperti pembangunan rumah yang rusak dan trauma healing, yang berkelanjutan sebagai wujud hadirnya negara bagi warga negaranya.
Lalu, mendesak pihak kepolisian untuk memberikan perlindungan dan keamanan kepada korban. Serta memberikan kepastian hukum, dengan memproses pelaku pembakaran atau perusakan sesuai dengan Undang-Undang (UU) yang berlaku.
“Kami juga mendorong agar perjanjian damai antartokoh agama, bisa direalisasikan dalam waktu secepat-cepatnya dan memberi keadilan bagi semua yang terdampak,” ujarnya.
Menurutnya, konflik merupakan keniscayaan dari keberagaman, tapi akan menyakiti siapapun jika tidak dikelola dengan baik. Konflik juga mengajarkan, lanjutnya, bagaimana cara membangun mekanisme penyelesaian secara adil di tingkat masyarakat.
Sobat KKB turut mengajak semua pihak, untuk melawan setiap ujaran kebencian berbasiskan agama maupun identitas yang lain.