Sampah, Sandungan Wisata Kabupaten Batang?

Tim IPTEK Undip mencoba memberikan intervensi edukasi pengelolaan sampah untuk menyukseskan program-program pariwisata Kabupaten Batang.

oleh Edhie Prayitno IgeLiputan6.com diperbarui 24 Jul 2022, 10:18 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2022, 10:18 WIB
Undip sampah
Penutupan edukasi masyarakat Desa Kalisalak Kabupaten Batang oleh Tim IPTEK Undip ditandai dengan pameran UMKM sebagai pendongkrak ekonomi. (Foto: liputan6.com/dok.undip)

Liputan6.com, Batang - Sampah plastik masih menjadi sandungan bagi Kabupaten Batang dalam mendongkrak kunjungan wisatawan. Kondisi ini mendorong tim Iptek Undip bagi Desa Binaan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menggelar pelatihan dan edukasi lingkungan di Desa Kalisalak, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Sabtu (23/7/2022).

Acara berlangsung di Balai Desa Kalisalak. Dekan Fakultas Psikologi Undip Prof. Dian Ratna Sawitri, S.Psi., M.Si., Ph.D, sekaligus ketua tim IDBU menyebutkan bahwa kegiatan itu merupakan salah satu bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni berupa edukasi lingkungan kepada masyarakat melalui Iptek bagi Desa Binaan UNDIP (IDBU).

IDBU memandang keberadaan PKK Desa Kalisalak menjadi figur kunci dalam keluarga dan masyarakat untuk mewujudkan desa sadar sampah. 

Didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), edukasi ini diharapkan menjadi titik balik pengelolaan sampah.

Anggota LPPM Undip masing-masing adalah Mochamad Arief Budihardjo, S.T., M.Eng.Sc, Env.Eng, Ph.D dan Dr.Ling., Ir. Sri Sumiyati, S.T., M.Si., IPM dari Departemen Teknik Lingkungan, langsung menyetujui kegiatan ini.

Menurut Prof Sawitri, edukasi tersebut sangat penting karena Kabupaten Batang memiliki program “Visit Batang Year 2022 dan Heaven of Asia” untuk mendongkrak pertumbuhan sektor pariwisata. 

"Untuk mendukung dan mempertahankan Batang sebagai destinasi wisata, diperlukan lingkungan bebas sampah dan masyarakat sadar sampah," katanya.

Di satu sisi, Desa Kalisalak di Kecamatan Batang, Kabupaten Batang memiliki volume sampah, khususnya sampah plastik cukup tinggi. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menguranginya, seperti kerja bakti rutin, kegiatan eco brick, penambahan tempat pembuangan akhir sampah, dan penambahan bank sampah.

“Tahap awal, kami sosialisasikan 3R yakni reduce, reuse, and recycle sebagai dasar,” jelasnya.

Partisipan edukasi lingkungan memang dikhususkan bagi ibu-ibu PKK, karena orang-orang yang signifikan dalam keluarga maupun lingkungan sekitar yang bisa mengajak berbagai kalangan.

“Kegiatan ini merupakan intervensi edukasi lingkungan pada tahun pertama yang dilakukan dan akan melakukan sosialisasi pengembangan pengelolaan sampah,” kata Prof Sawitri.

Pada tahun kedua, akan ada pendamping untuk memonitor intervensi edukasi pada tahun pertama dan memastikan sudah dilakukan oleh masyarakat.

“Kemudian tahun ketiga mencoba pengembangan sektor ekonomi pada 3R ini dapat bermanfaat disisi ekonomi masyarakat seperti plastik dijadikan tas,” katanya.

Diharapkan dengan intervensi edukasi lingkungan para ibu PKK ini dapat menularkan pengalaman dan ketrampilan kepada masyarakat lainnya.

Simak video pilihan berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya