Liputan6.com, Cianjur - Kampung Adat Miduana merupakan salah satu destinasi wisata baru yang terletak di Cianjur, Jawa Barat. Objek wisata ini berbatasan langsung dengan Bandung, keberadaaannya yang cukup tersembunyi justru menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan.
Saat mengunjungi kawasan kampung adat ini, wisatawan akan langsung disambut hawa sejuk dan udara yang segar. Terlihat struktur rumah-rumah adat milik masyarakat Miduana masih dipertahanakan secara tradisional.
Bahkan masyarakat setempat masih menggunakan pakaian tradisonal, lengkap dengan totopong atau ikat kepala khas Sunda. Masyarakat Adat Miduana dikenal masih memegang teguh tradisi dan budaya Sunda yang kental.
Advertisement
Baca Juga
Unknya lagi, masyarakat Kampung Adat Miduana dikenal memiliki umur yang panjang. Dikutip dari berbagai sumber, berikut sederet fakta menarik mengenai Kampung Adat Miduana
1. Asal-Usul Miduana
Miduana sendiri berasal dari kata 'Midua' yang berarti terbelah atau terbagi dua. Hal ini merujuk pada keberadaan kampung ini terbagi dua karena berada di antara dua sungai yakni Cipandak hilir dan Cipandak girang.
Kedua sungai itu bertemu menjadi Sungai Cipandak (utama), dengan arusnya yang landai tidak curam. Saat pertama kali dibuka, kampung ini memiliki julukan yakni Joglo Alas Roban yang dipimpin Eyang Jiwa Sadana dengan sembilan kepala keluarga.
Mereka kemudian secara turun temurun beranak cicit hingga saat ini tetap memegang pikukuh karuhun asli Pajajaran, dengan segala aturannya.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
2. Keturunan Kerajaan Pajajaran
Kokolot atau sesepuh Kampung Adat Miduana mengatakan, Desa Balegede atau Kampung Adat Miduana ini tidak bisa dilepaskan dari dua tokoh kembar bernama Eyang Jagat Nata dan Eyang Jagat Niti. Keduanya merupakan keturunan dari Kerajaan Pajajaran yang mencari tempat pemukiman guna menghindari kemelut Kerajaan Sunda.
Mereka juga pendiri Desa Balegede. Jagat Nata dan Jagat Niti berhasil mendirikan perkampungan baru dan mendirikan tempat perjumpaan atau pasamoan besar dengan koleganya dari berbagai wilayah, ini yang kemudian menjadi dasar penamaan Balegede yang artinya tempat perjumpaan besar.
Eyang Jagat Niti sendiri kemudian memiliki keturunan bernama Eyang Jagat Sadana yang berhasil membuka kampung atau dusun Miduana dan tidak jauh dari Balegede. Seketika Jagat Sadana mendapat tempat spesial dari warganya, karena berhasil pembuka hutan belantara atau leuweung peteng menjadi tempat tinggal secara matuh atau menetap.
Â
Advertisement
3. Tradisi Khas Kampung Adat Miduana
Tradisi serta kebiasaan masyarakt sejak dahulu kala turut dikembangkan di kampung ini, sehingga masih bisa dilihat jejaknya hingga saat ini. Seperti, Dongdonan Wali Salapan, Lanjaran Tatali Paranti, Mandi Kahuripan, Opatlasan Mulud, menjadi salah satu di antara sekian banyak kesenian buhun (Sunda Kuna) yang masih diajarkan ke generasi muda.
Sedangkan kesenian yang masih terus dirawat yakni Wayang Gejlig, Nayuban dan Lais, wayang golek, calung, rengkong, reog, tarawangsa, patun buhun dan lain-lain. Warga Kampung Adat Miduana mayoritas merupakan petani, hektaran sawah di sekeliling kampung menjadi mata pencaharian utama warga.
Selain petani padi, ada juga warga yang menjadi penyadap aren. Tata cara menanam padi pun masih secara tradisional, bahkan ada tradisi yang tetap dipegang dan tidak boleh dilanggar saat menanam padi.
Warga tidak diperbolehkan menanam padi ketan di bagian hulu dari lahan yang akan ditanami padi.
4. Dikenal Memiliki Masyarakat yang Panjang Umur
Salah satu yang menarik dari desa ini yaitu banyaknya warga yang memiliki usia panjang. Bahkan tidak sedikit yang usianya sudah di atas 100 tahun.
Dewan Adat Kampung Miduana, mengatakan warga kampung di Desa Balegede Kecamatan Naringgul ini memang dianugerahi usia yang panjang oleh Sang Pencipta. Berdasarkan catatan, dari total 364 jiwa di kampung tersebut, ada sekitar 14 orang yang berusia di atas 90 tahun.
Rata-rata usia masyarakat Kampung Adat Miduana memang di atas 90 tahun. Meski sudah berusia lanjut, manula di Kampung Asar Miduana masih tampak bugar. Bahkan banyak dari mereka yang masih kuat menyadap nira, pergi ke sawah, dan melakukan aktivitas lainnya di rumah.
Â
5. Larangan yang Harus Dipatuhi Wisatawan
Wisatawan yang hendak berkunjung, harus didampingi oleh pimpinan adat. Selain itu wisatawan juga harus memiliki tujuan yang jelasakan bertemu dengan siapa di kampung tersebut.
Selama berada di Kampung Adat Miduana, wisatawan tidak boleh sompral dan berkata tidak pantas.Tak hanya itu, ada kepercayaan yang juga dijunjung oleh masyarakat yang sebaiknya diikuti oleh wisatawan.
Jika sudah masuk salah satu rumah dan akan pergi ke kamar mandi, maka harus melewati gowah atau lokasi penyimpangan padi di rumah tersebut.
Advertisement