Suku Kajang Bulukumba Makassar, Uniknya Kearifan Lokal Serba Hitam

Hitam merupakan sebuah warna adat yang kental akan kesakralan bagi masyarakat Suku Kajang.

oleh Tifani diperbarui 01 Nov 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2022, 17:00 WIB
Suku Kajang di Bulukumba, Makassar, Sulawesi Selatan yang mengenakan pakaian hitam
Suku Kajang di Bulukumba, Makassar, Sulawesi Selatan yang mengenakan pakaian hitam (dok.YouTube/Balai PSKL Sulawesi)

Liputan6.com, Makassar - Indonesia dikenal memiliki beragam suku bangsa dengan berbagai latar budaya. Hebatnya, ada banyak suku adat yang masih menjaga nilai-nilai kearifan lokalnya hingga saat ini, salah satunya aialah Suku Kajang.

Suku Kajang atau Suku Kajang Ammatoa bermukim di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Salah satu suku adat tertua di Indonesia ini menjalani kehidupan dengan sederhana dan jauh dari jamahan teknologi.

Dalam jurnal yang berjudul "Sumur dan Budaya Suku Kajang; Kearifan lokal Suku Kajang" (2019) Rusdiansyah mengungkapkan secara geografis, masyarakat adat suku Kajang terbagi dua, yakni dalam dan luar.

Masyarakat Suku Kajang Bulukumba dalam atau Ilalang Embayya masih mempertahankan ajaran leluhurnya dan hidup di kawasan adat. Sedangkan masyarakat Suku Kajang luar atau Ipantarang Embayya yang di luar kawasan adat dan telah menerima teknologi.

Hal unik dari Suku Kajang adalah pakaiannya yang serba hitam dan tidak menggunakan alas kaki. Hitam merupakan sebuah warna adat yang kental akan kesakralan bagi masyarakat Suku Kajang.

Baju hitam atau baju le’leng wajib dikenakan oleh masyarakat Suku Kajang, khusunya bagi orang Kajang dalam. Mereka juga memakai sarung hitam atau tope le’leng yang mereka tenun sendiri dengan menggunakan pewarna alami.

Tope Le’leng adalah sarung khas kajang yang ditenun dari tangan-tangan terampil perempuan Kajang. Sarung ini juga menjadi syarat ketika ada upacara-upacara adat di Kajang.

Secara filosofis, warna hitam merupakan simbol kesamaan dalam segala hal termasuk kesamaan dalam hidup kesederhanaan atau Tallasa' Kamase masea.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Doti

Selain terkenal akan cara hidup yang sederhana, Suku Kajang juga tersohor karena ilmu doti yang konon dimilikinya.

Doti merupakan ilmu hitam sejenis santet yang digunakan untuk menyakiti atau menghilangkan nyawa orang lain. Ritual ini sendiri dilakukan dengan menggunakan media serta benda-benda tertentu dan dilakukan dengan prosesi khusus.

Selain itu, praktik Doti juga dapat dilakukan hanya dengan membaca mantra-mantra tertentu. Bagi mereka yang terkena ilmu doti akan mengalami cacat permanen pada ingatannya disertai nyeri luar biasa, bahkan hingga kematian mendadak.

Doti tidak hanya bisa menyerang satu orang saja, melainkan bisa menyerang satu keluarga sekaligus. Bahkan, Doti sendiri tidak dapat disembuhkan melalui pengobatan medis.

Ada beberapa cerita legenda yang diyakini masyarakat adat Suku Kajang mengenai asal-usul mereka. Cerita pertama mengatakan bahwa Suku Kajang berasal dari To Manurung yang bernama Batara Daeng Rilangi artinya gadis cantik dari langit yang dinikahi Tamparang Daeang Malowang.

Pernikahan keduanya lalu melahirkan tiga orang anak yang kelak menjadi penguasa di tiga daerah (Desa) terpisah. Anak-anak tersebut ialah Tau Tentaya Matanna yang menjadi Raja Laikang, Tau Kale Bojo’a yang menjadi Raja Lembang, dan Tau Sapaya Lilana yang menjadi Raja Kajang.

Sedangkan, cerita kedua mengatakan bahwa manusia pertama di Kajang adalah manusia yang diturunkan dari langit atau Tau Manurung atas kehendak Turi'e A'ra'na atau Tuhan YME. Kehadiran Tau Manurung ini diperkirakan terjadi sekitar tahun 1300 M.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya