Randai, Campur-Campur Seni di Minangkabau Jadi Satu

Tak hanya sebagai kesenian, randai juga memuat pesan-pesan moral dan pendidikan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 28 Des 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 28 Des 2022, 12:00 WIB
Ilustrasi Minangkabau
Ilustrasi Minangkabau (sumber: Wikipedia)

Liputan6.com, Padang - Randai merupakan sebuah kesenian yang berasal dari Minangkabau, Sumatra Barat. Kesenian ini menggabungkan berbagai unsur seni menjadi suatu kesatuan yang teatrikal.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, beberapa unsur seni yang tergabung dalam kesenian ini, di antaranya bela diri silat, drama, tari, musik, dan sastra. Tak hanya sebagai kesenian, randai juga memuat pesan-pesan moral dan pendidikan.

Selain itu, randai juga memiliki unsur historis karena memainkan cerita yang umumnya merupakan cerita klasik Minangkabau yang mengandung nilai sejarah. Cerita randai biasanya memang diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah masyarakat Minangkabau.

Sementara itu, fungsi utama randai adalah sebagai seni pertunjukan dan hiburan yang di dalamnya terdapat pesan dan nasihat. 

Dalam sejarah Minangkabau, randai memiliki sejarah yang cukup panjang. Konon, randai sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Tanah Datar, ketika berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut.

Randai biasanya dimainkan secara berkelompok atau beregu. Beberapa cerita yang dimainkan dalam randai, di antaranya Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai umumnya digelar saat pesta rakyat atau saat Hari Raya Idul Fitri.

Gerakan dalam pertunjukan randai dituntun oleh aba-aba oleh seseorang yang disebut janang atau tukang goreh.

Selain ikut serta bergerak dalam lingkaran, tukang goreh juga memiliki tugas mengeluarkan teriakan khas, misalnya 'hep tah tih' untuk menentukan cepat atau lambatnya tempo gerakan dalam tiap gerakan. Hal ini bertujuan agar randai yang dimainkan terlihat rempak, menarik, dan indah.

Dalam satu randai, biasanya terdapat lebih dari satu tukang goreh. Hal ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi jika tukang goreh utama kelelahan atau mengalami kemungkinan buruk lainnya. Pasalnya, satu cerita randai baru akan tuntas dalam 1-5 jam pertunjukan atau bahkan lebih.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya