Masjid Raya Badiuzzaman, Masjid Tertua di Medan yang Konon Dibangun dengan Putih Telur

Dalam sejarahnya, bangunan masjid ini digunakan sebagai tempat beribadah dan bermusyawarah oleh seorang Raja Sunggal bernama Datuk Badiuzzaman Surbakti.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 27 Mar 2023, 02:00 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2023, 02:00 WIB
Ilustrasi masjid
Ilustrasi masjid. (Photo by Snowscat on Unsplash)

Liputan6.com, Medan - Masjid Raya Badiuzzaman merupakan salah satu masjid tertua di Kota Medan, Sumatra Utara. Masjid ini masih berdiri kokoh hingga kini.

Mengutip dari medansunggal.pemkomedan.go.id, masjid ini dibangun pada 1885 atau sekitar 1306 Hijriah oleh seorang Raja Sunggal bernama Datuk Badiuzzaman Surbakti asal Suku Karo. Pembangunan masjid ini terbilang unik karena menggunakan putih telur sebagai bahan perekat antara pasir dan batu.

Masjid ini masih bertahan keasliannya hingga kini. Terdapat empat pilar berwarna hijau sebagai penyangga sekaligus ornamen masjid ini. Selain itu, juga ada sebuah mimbar permanen yang terbuat dari batu.

Masjid Raya Badiuzzaman memiliki enam jendela yang didominasi warna hijau dan kuning. Warna tersebut identik dengan warna khas Suku Karo dan Melayu.

Dalam sejarahnya, bangunan masjid ini digunakan sebagai tempat beribadah dan bermusyawarah oleh seorang Raja Sunggal bernama Datuk Badiuzzaman Surbakti. Pembangunan masjid tertua Medan ini pernah ditentang kolonial Belanda, sehingga semen sengaja tidak diizinkan untuk digunakan membangun masjid ini.

Namun, keyakinan Datuk Badiuzzaman bersama pengikutnya mampu mendirikan masjid dengan menggunakan putih telur sebagai perekatnya. Terbukti, hingga kini Masjid Raya Badiuzzaman masih berdiri kokoh. Masjid ini juga masi digunakan sebagai tempat ibadah untuk warga sekitar.

Adapun di samping kiri dan depan masjid terdapat sejumlah makam keluarga Datuk Badiuzzaman dan warga sekitar. Namun, Datuk Badiuzzaman dimakamnkan di Cianjur, Jawa Barat.

Pada suatu masa, Datuk Badiuzzaman dipanggil oleh Kolonial Belanda di Cianjur dengan maksud berunding. Namun, ia justru dipaksa meminta maaf agar tidak melawan Belanda. Datuk Badiuzzaman pun menolak hal tersebut dan akhirnya ditahan dan diisolasi hingga akhir hayatnya.

(Resla Aknaita Chak)

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya