Mengenal Pagongan di Masjid Agung Surakarta, Tempat Dua Gamelan Peninggalan Kerajaan Demak

Selama tujuh hari berturut-turut, akan ada petugas yang datang ke pagongan untuk membunyikan gamelan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 20 Mei 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2023, 12:00 WIB
Gamelan Sekaten Keraton Surakarta
Para abdi dalem wiyaga sedang memukul gamelan Kiai Guntur Madu di Bangsal Pradonggo Masjid Agung Surakarta, Sabtu (2/11).(Liputan6.com/Fajr Abrori)

Liputan6.com, Solo - Pagongan merupakan tempat di area Masjid Agung Surakarta. Tempat tersebut digunakan untuk meletakkan dua gamelan peninggalan Kerajaan Demak dari dalam keraton, khususnya saat upacara tradisional sekaten.

Mengutip dari surakarta.go.id, dua gamelan tersebut diberi sebutan Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari. Pagongan bagian selatan didirikan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono III pada 1786.

Adapun gamelan Kiai Guntur Madu melambangkan syahadat tauhid, sedangkan gamelan Kiai Guntur Sari melambangkan syahadat rasul. Gamelan Kiai Guntur Madu biasanya diletakkan di pagongan bagian selatan dari Masjid Agung Surakarta, sedangkan gamelan Kiai Guntur Sari diletakkan di pagongan bagian utara.

Pagongan ini terletak di Kompleks Masjid Agung Surakarta, tepatnya di daerah Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Pagongan berada di posisi simetris Masjid Agung Surakarta, yakni di sisi utara dan selatan.

Beberapa masyarakat juga menyebut pagongan dengan sebutan lain, yakni bangsal pradangga atau bangsal sekati. Sebutan tersebut berkaitan dengan fungsi pagongan yang juga digunakan sebagai bangsal penyimpanan.

Sebagai tempat penyimpanan gamelan, pagongan hanya digunakan sekali dalam setahun. Selain sebagai tempat penyimpanan gamelan, pagongan juga berfungsi sebagai tempat ditabuhnya gamelan Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari.

Umumnya, pagongan digunakan saat upacara sekaten mulai dari 5-12 Rabiul Awal. Selama tujuh hari berturut-turut, akan ada petugas yang datang ke pagongan untuk membunyikan gamelan.

Pagongan juga terus dirawat dan dilakukan revitalisasi dengan pengecatan ulang pada beberapa bagiannya. Selain itu, lantai pagongan juga tak luput untuk terus dibersihkan.

Bagian atap sirap pagongan Masjid Agung di Solo ini juga diperbaiki dengan menggunakan kayu ulin. Pemilihan kayu ulin dilakukan agar atap dapat tahan cuaca dan mampu menyerap panas dengan baik.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya