Erick Thohir: Pendidikan dan Ekonomi Umat Kunci Kemajuan Bangsa

Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Nasional yang juga Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan, jika mau menjaga Indonesia, maka haruslah menjaga Islam. Sebab, kemerdekaaan Indonesia tidak mungkin terjadi tanpa pengorbanan tokoh-tokoh Islam.

oleh Reza Efendi diperbarui 19 Mei 2023, 14:49 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2023, 14:48 WIB
Tasyakuran 1 Abad NU
Tasyakuran 1 Abad NU sekaligus Silaturahmi Akbar Warga dan Kader NU se-Sumut di Pelataran Ponpes Musthafawiyah, Desa Purba Baru, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Kamis, 18 Mei 2023

Liputan6.com, Mandailing Natal Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Nasional yang juga Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan, jika mau menjaga Indonesia, maka haruslah menjaga Islam. Sebab, kemerdekaaan Indonesia tidak mungkin terjadi tanpa pengorbanan tokoh-tokoh Islam.

"Jaga Islam, jaga Indonesia, artinya ketika Islam diberkahkan Indonesia, insya Allah juga berkah. Ketika Islam dimajukan, insya Allah, Indonesia juga maju," kata Erick Thohir pada Tasyakuran 1 Abad NU sekaligus Silaturahmi Akbar Warga dan Kader NU se-Sumut di Pelataran Ponpes Musthafawiyah, Desa Purba Baru, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Kamis, 18 Mei 2023.

Disampaikan Erick Thohir, seperti yang dipesankan Ketua PBNU kepada dirinya, pendidikan dan ekonomi umat adalah kunci kemajuan untuk bangsa ke depan. Sudah seharusnya umat Islam menghadirkan solusi sebagai wujud cinta kita tehadap bangsa Indonesia.

"Mengadirkan solusi atas lapangan pekerjaan, menghadirkan solusi atas ekonomi kerakyatan, menghadirkan solusi atas kerukunan umat beragama sesuai dengan nafas yang kita punyai hari ini, dan tentu terpenting juga menghadirkan solusi atas akses pendidikan," sebutnya.

Disebutkan Erick, 1 abad NU menunjukkan bahwa NU sudah kuat. Namun kekutan ini tidak cukup kalau tidak dibarengi dengan visi dan mentalitas yang kuat. Maka, abad kedua NU ini penting menjadi landasan ke depan untuk lebih baik lagi.

"Saya ucapkan terima kasih atas undangannya untuk menghadiri acara ini," sebutnya.

 


Titik Nol Lahirnya NU di Sumut 

Tasyakuran 1 Abad NU
Berbagai rangkaian kegiatan telah dilaksanakan mengisi Tasyakuran 1 Abad NU

Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah, yang juga Ketua Panitia Tasyakuran 1 Abad NU menyampaikan, pelaksanaan acara ini sesuai dengan permintaan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.

Hal itu disampaikan Ijeck, sapaan akrab Musa Rajekshah, saat menyampaikan laporannya. "Saat Ketua PWNU Sumut, Bapak Marahalim, menyampaikan rencana acara ini, Gus Yahya merespons positif dan meminta agar pelaksanaannya dibuat di Pesantren Musthafawiyah," sebutnya.

Diungkapkan Ijeck, pihaknya menerima saran dengan antusias mengingat sejarah lahirnya NU pertama kali di Sumut berasal dari Madina, dicetuskan oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily yang juga pendiri Ponpes Musthafawiyah. Jadi, Madina merupakan titik nol lahirnya NU di Sumut.

"Kami berterima kasih kepada Gus Yahya mengingat sejarah NU datang ke Sumut adalah dari orang tua kita Almarhum KH Mustafa Husein. Semoga acara ini dapat memperkuat silaturahmi kita sesama warga dan kader NU di Sumut," ucapnya.

Berbagai rangkaian kegiatan telah dilaksanakan mengisi Tasyakuran 1 Abad NU, mulai dari seminar nasional, halaqoh sejarah perjuangan NU di Sumut, lomba syubbanul wathon dan sholawat, Istighosah Kubro, Doa Bersama hingga Ziarah Kubro.

Pada acara puncak juga dilaksanakan Pelantikan Pengurus PWNU Sumut dan Pelantikan Alumni Keluarga Besar Abituren Musthafawiyah (Kamus) Indonesia.


NU Memasuki Abad Kedua

Tasyakuran 1 Abad NU
NU telah memasuki abad kedua. Seluruh kader diingatkan untuk terus serius dalam menjadikn NU digdaya dan mampu berhikmat untuk rakyat

Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya menyampaikan, titik nol berdirinya NU di Sumut.

"Di Mandailing Natal inilah titik nol Nahdlatul Ulama di Sumatera Utara. Itu sebabnya saya sengaja secara khusus minta kepada Ketua Marahalim untuk menyelenggarakan upacara pelantikan pengurus di Pesantren Musthafawiyah ini, karena dahulu pada 1945 pemimpin pondok pesantren ini menjadi salah satu pelopor hadirnya NU di Sumut," terangnya.

Gus Yahya menuturkan, saat ini NU telah memasuki abad kedua. Dia mengingatkan seluruh kader untuk terus serius dalam menjadikn NU digdaya dan mampu berhikmat untuk rakyat.

"Kita tidak boleh menyia-nyiakan momentum besar, di mana sumber daya Nahdlatul Ulama yang semakin meraksasa, kita konsolidasikan dengan sungguh-sungguh untuk menjadikan Nahdlatul Ulama ini digdayah dan mampu berhikmat kepada seluruh rakyat Indonesia," harapnya.

Gus Yahya mengingatkan, PWNU Sumut yang baru dilantik untuk menomorsatukan ikhtiar agar seluruh masyarakat menerima faedah dari NU.

"PBNU saat ini sedang dengan keras melaksanakan suatu agenda jam’iyah, program organisasi yang disebut Gerakan Keluarga Maslahat NU ini adalah cara untuk mendorong agar seluruh jajaran pengurusan sampai ke desa-desa secara serius, memperhatikan apa yang jadi hajat masyarakat dan kemudian bekerja keras untuk memenuhinya," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya