Sejarah Kerak Telor, Kuliner Betawi yang Ditemukan dari Ketidaksengajaan

Asal-usul kerak telor sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

oleh Tifani diperbarui 29 Jun 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2023, 00:00 WIB
Kerak Telor
Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Liputan6.com, Jakarta - Kerak telor merupakan salah satu kuliner Betawi yang populer hingga saat ini. Kerak telor biasanya dijajakan oleh pedagang di pinggir jalan atau saat momen perayaan tertentu, seperti perayaan Hari Jadi kota Jakarta maupun Hari Ulang Tahun Republik Indonesia.

Kerak telor merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan dan telur yang kemudian disajikan bersama serundeng juga topping lainnya. Kerak telor umumnya dimasak menggunakan wajan dan dinikmati saat masih hangat agar rasa gurihnya semakin menggugah selera.

Uniknya, dalam sejarah kerak telor, rupanya makanan ini diciptakan secara tidak sengaja. Dikutip dari laman setubabakanbetawi.com, asal-usul kerak telor sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Kerak telor ini nyatanya tercipta dari hasil percobaan sekelompok masyarakat Betawi yang tinggal di kawasan Menteng Jakarta Pusat. Sejarah awal mula tercipta kerak telor adalah dari omelet mie dengan rempah-rempah khas Indonesia.

Berawal dari buah kelapa yang berlimpah, kemudian masyarakat Betawi mencoba mengolahnya menjadi beragam makanan. Pada saat Gubernur Jakarta dipimpin oleh Ali Sadikin makanan khas Betawi ini mulai dipromosikan.

Dalam perkembangannya kerak telor dapat dijumpai setiap harinya di beberapa kawasan di Kota Jakarta. Pada tahun 1970-an, masyarakat Betawi mulai menjajakan kudapan ini di sekitaran tugu Monumen Nasional.

Kala itu banyak masyarakat Betawi memanfaatkan tumbuhan kelapa yang ada di Batavia sebagai bahan dasar makanan tradisional seperti soto Betawi, nasi uduk, hingga kerak telor. Selain menggunakan baju pangsi yang sering dipakai oleh jawara Betawi kala itu, terkadang penjaja kuliner Betawi ini mengenakan baju Sadaria.

Baju Sadaria berupa baju koko berkerah Shanghai. Dalam sejarahnya, pakaian ini terinspirasi pada budaya Tionghoa.

Pada zaman penjajahan Belanda, kerak telor menjadi makanan bergengsi yang mahal dan hanya bisa disantap oleh masyarakat kalangan atas. Kemudian, seiring berjalannya waktu, masyarakat Betawi mulai memberanikan diri untuk menjajakan kerak telor dengan harga terjangkau, sehingga dapat dinikmati semua kalangan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya