Liputan6.com, Toraja - Dondi' merupakan ungkapan rasa duka yang disampaikan melalui lagu dan nyanyian yang saling bersahutan. Nyanyian tanpa alunan musik ini sering dilantunkan dalam upacara pesta pemakaman di Toraja Utara.
Dondi’ dilakukan secara sakral tanpa mengalami perubahan bentuk syair. Nyanyian ini merupakan warisan budaya leluhur Toraja Utara. Syair yang dilantunkan mengandung hiburan terhadap keluarga, nasihat, serta ungkapan hati kepada seseorang yang telah tiada.
Mengutip dari jurnal ilmiah bertajuk 'Dondi' pada Upacara Pesta Pemakaman Simon Katto di Desa Lalikan, Kecamatan Rindingallo, Kabupaten Toraja Utara oleh Alan Katto, dondi' hanya dapat dilakukan jika ada sekurang-kurangnya satu ekor kerbau. Kerbau tersebut dipotong sampai tak terhingga sesuai dengan kemampuan keluarga yang berduka.
Advertisement
Baca Juga
Nantinya, secara spontan dondi’ dilantunkan oleh siapa saja yang datang melayat di rumah duka atau di lantang. Lantang merupakan sebuah pondok adat Toraja Utara yang hanya dibuat untuk sekali pakai saat acara pesta pemakaman.
Orang yang melantunkan dondi' biasanya disebut pa'dondi'. Saat melantunkan dondi', pa'dondi' akan menyanyikan beberapa macam dondi’ secara berturut-turut, yaitu dondi’ pa’korok, dondi’ passimban dan pa’datu, serta ditutup dengan dondi’ pa’sambako.
Sebenarnya, masyarakat Toraja Utara memiliki berbagai upacara tradisional yang meliputi berbagai fase kehidupan manusia, mulai dari upacara perkawinan, kelahiran, syukuran, hingga kematian. Upacara-upacara tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu rambu tuka' dan rambu solo'.
Rambu tuka' atau aluk rampe matallo (matahari terbit) adalah pesta adat sebagai ucapan syukur, keselamatan, kegembiraan, kesukaan, dan kebahagiaan. Sementara rambu solo' adalah upacara yang berkaitan dengan kematian dan kedukaan yang diatur dalam aluk rampe matampu (aturan upacara yang dilaksanakan pada sore hari).
Salah satu upacara rambu solo' adalah upacara kematian atau penguburan. Dalam upacara itulah, dondi' dilantunkan sebagai media hiburan untuk keluarga yang ditinggalkan sekaligus sebagai media komunikasi.
Hingga kini, dondi' masih dilestarikan dalam setiap upacara pesta pemakaman. Hal ini telah menjadi tradisi dan warisan turun-temurun masyarakat Toraja Utara.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak