Gempa Magnitudo 7,1 Terjadi di Timur Laut Jawa, Badan Geologi Minta Waspadai Gempa Susulan

Wilayah yang terletak dekat dengan lokasi pusat gempa bumi adalah Pulau Laut, Provinsi Kalimantan Selatan.

oleh Arie Nugraha diperbarui 29 Agu 2023, 12:57 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2023, 12:46 WIB
Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan yang kekuatannya lebih kecil.

Imbauan ini diterbitkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM usai terjadinya gempa bumi 29 Agustus 2023, pukul 02.55 WIB di timur Laut Jawa pada koordinat 4,38 LS dan 116,9 BT, dengan kekuatan magnitudo 7,1 pada kedalaman 525 km seperti data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Daerah yang terlanda guncangan gempa bumi seperti Jawa Timur, Bali, Lombok tergolong rawan gempa bumi, oleh karena itu direkomendasikan agar ditingkatkan upaya mitigasi bencana gempa bumi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural," ujar Plh Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Hermansyah, dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Selasa, 29 Agustus 2023.

Hermansyah mengatakan wilayah yang terletak dekat dengan lokasi pusat gempa bumi adalah Pulau Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Hermasyah menuturkan gempa bumi ini tergolong dalam dan dengan kekuatan M7,1 akan terasa pada daerah luas. 

"Guncangan gempa bumi akan lebih terasa pada wilayah pantai Kalimantan Selatan, Pulau Madura, utara Jawa Bali dan Nusa Tenggara," kata Hermansyah.

Wilayah yang disebutkan oleh Hermansyah, pada umumnya merupakan morfologi dataran pantai, dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan, yang tersusun oleh batuan berumur tersier.

Batuan tersier ini terdiri dari batuan sedimen, batugamping dan batuan rombakan gunung api dan endapan kuarter yang terdiri dari endapan aluvial pantai, aluvial sungai dan batuan rombakan gunung api muda. 

"Sebagian batuan berumur tersier tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter dan batuan berumur Tersier yang telah mengalami pelapukan tersebut bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi," terang Hermansyah.

Gempa bumi ini terekam pula oleh badan geologi Amerika Serikat, The United States Geological Survey (USGS), berlokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 116,548 BT dan 6,788 LS dengan magnitudo (M7,1) pada kedalaman 513,5 km. 

Sedangkan berdasarkan data dari badan geolofi Jerman, GeoForschungsZentrum (GFZ), berlokasi pusat gempa bumi berada pada koordinat 116,55 BT dan 6,78 LS, dengan magnitudo (M7,0) pada kedalaman 521 km. Kejadian gempa bumi tersebut diikuti gempa bumi susulan.

"Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, data mekanisme sumber dari BMKG, USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi tersebut berasosiasi dengan aktivitas zona penunjaman yang terbentuk akibat tumbukan antara Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudera Indo-Australia dengan mekanisme sesar normal dan berarah relatif barat barat laut dan timur tenggara," ungkap Hermansyah.

Hingga laporan ini dibuat belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat kejadian gempa bumi ini. 

Menurut data BMKG guncangan gempa bumi di Pulau Bali bagian utara, Lombok dan sebagian Jawa Timur bagian utara terasa pada skala intensitas IV MMI (Modified Mercally Intensity). 

"Daerah Pulau Bali bagian selatan dan Jawa Timur bagian selatan terasa pada skala intensitas III MMI," tukas Hermansyah.

Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah, sebagian tinggi dan rendah. 

Kejadian gempa bumi tersebut tidak menimbulkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, karena tidak mengakibatkan terjadinya deformasi dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami. 

"Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, serta jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami," ucap Hermansyah.

Hermansyah menekankan kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) seperti retakan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya