5 Risiko Gempa Laut Selain Tsunami dan Antisipasinya: Waspada!

Gempa bumi bawah laut menyimpan risiko mematikan di luar tsunami; kerusakan terumbu karang, longsor bawah laut, perubahan garis pantai, kerusakan infrastruktur laut, dan kontaminasi air laut adalah ancaman serius yang perlu diantisipasi dengan mitigasi tepat.

oleh Laudia Tysara diperbarui 10 Feb 2025, 13:00 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2025, 13:00 WIB
Lanskap Kepulauan Faroe di bagian utara Samudera Atlantik (AP Photos)
Lanskap Kepulauan Faroe di bagian utara Samudera Atlantik (AP Photos)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia, sebagai negara kepulauan yang terletak di Cincin Api Pasifik, sangat rentan terhadap gempa bumi. Meskipun tsunami sering menjadi sorotan utama dampak gempa bawah laut, ancaman sebenarnya jauh lebih luas. Risiko gempa di laut tidak hanya terbatas pada gelombang raksasa yang menghancurkan pantai. Ada beberapa bahaya lain yang mengintai, mengancam kehidupan, lingkungan, dan infrastruktur.

Memahami risiko-risiko ini dan bagaimana mengantisipasinya sangat krusial untuk keselamatan dan keberlangsungan hidup masyarakat pesisir. Artikel ini akan mengulas lima risiko utama gempa di laut selain tsunami, serta langkah-langkah mitigasi yang dapat dilakukan.

Gempa bumi bawah laut, bahkan yang tidak menimbulkan tsunami, memiliki kekuatan dahsyat yang mampu mengubah lanskap laut dan daratan secara signifikan. Dampaknya bisa jangka panjang dan merugikan berbagai sektor kehidupan. Oleh karena itu, kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap berbagai risiko ini sangat penting untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi. Penting untuk memahami bahwa mitigasi bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab setiap individu dan komunitas.

Perlu dipahami bahwa mitigasi bencana merupakan upaya untuk mengurangi risiko dan dampak bencana. Hal ini mencakup berbagai tindakan, mulai dari perencanaan tata ruang yang baik hingga pembangunan infrastruktur yang tahan gempa. Selain itu, pendidikan dan kesadaran masyarakat juga berperan penting dalam mengurangi dampak bencana. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Senin (10/2/2025).

Risiko Gempa di Laut Selain Tsunami?

fungsi terumbu karang
Melihat terumbu karang ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya
  1. Kerusakan Terumbu Karang dan Ekosistem Laut

    Gempa bumi bawah laut dan tsunami dapat menghancurkan terumbu karang, padang lamun, dan ekosistem laut lainnya. Gelombang kuat, retakan dasar laut, dan endapan sedimen dapat mengganggu rantai makanan dan mengurangi keanekaragaman hayati. “Retakan di dasar laut, gelombang kuat, dan endapan sedimen dapat menghancurkan habitat laut, mengganggu rantai makanan, dan mengurangi keanekaragaman hayati,” jelas sebuah studi dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Pemulihan ekosistem laut yang rusak membutuhkan waktu dan upaya yang signifikan. Risiko gempa di laut ini berdampak besar pada sektor perikanan dan pariwisata.

    Antisipasi kerusakan ekosistem laut akibat risiko gempa di laut ini meliputi penelitian dan pemantauan ekosistem laut secara berkala. Pemahaman yang mendalam tentang kerentanan ekosistem terhadap gempa dan tsunami sangat penting. Upaya konservasi laut yang berkelanjutan, termasuk pemulihan terumbu karang, juga perlu ditingkatkan. Perencanaan pembangunan yang ramah lingkungan juga harus menjadi prioritas untuk meminimalisir dampak negatif terhadap ekosistem laut.

  2. Longsor Bawah Laut

    Gempa bumi dapat memicu longsor bawah laut di lereng-lereng curam dasar laut. Longsoran ini dapat menghasilkan gelombang tsunami sekunder yang sangat berbahaya. Kecepatan dan kekuatan gelombang tsunami sekunder ini dapat sama atau bahkan lebih besar dari tsunami yang dipicu oleh gempa utama.

    Antisipasi risiko gempa di laut berupa longsor bawah laut membutuhkan pemetaan detail dasar laut untuk mengidentifikasi area rawan longsor. Sistem peringatan dini yang canggih, mampu mendeteksi pergerakan dasar laut, sangat penting. Pengembangan teknologi deteksi dini longsor bawah laut merupakan investasi penting untuk mengurangi risiko bencana.

  3. Perubahan Garis Pantai

    Gempa bumi dan tsunami dapat mengubah garis pantai secara permanen. Abrasi, sedimentasi, dan perubahan arus laut dapat menyebabkan erosi pantai, hilangnya lahan, dan perubahan bentuk daratan. Perubahan garis pantai ini berdampak signifikan pada kehidupan masyarakat pesisir dan infrastruktur.

    Antisipasi perubahan garis pantai akibat risiko gempa di laut meliputi perencanaan tata ruang pesisir yang mempertimbangkan risiko perubahan garis pantai. Pembangunan infrastruktur pantai yang tahan terhadap erosi dan perubahan bentuk daratan sangat penting. Rehabilitasi dan restorasi ekosistem pesisir, seperti mangrove, dapat melindungi pantai dari abrasi.

  4. Kerusakan Infrastruktur Bawah Laut

    Kabel komunikasi bawah laut, pipa gas dan minyak, serta infrastruktur kelautan lainnya rentan terhadap kerusakan akibat gempa bumi dan tsunami. Kerusakan ini dapat mengganggu komunikasi, transportasi, dan pasokan energi. Kerugian ekonomi akibat kerusakan infrastruktur bawah laut bisa sangat besar.

    Antisipasi kerusakan infrastruktur bawah laut akibat risiko gempa di laut meliputi desain dan konstruksi infrastruktur bawah laut yang tahan gempa dan tsunami. Sistem pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur bawah laut secara berkala juga diperlukan. Investasi dalam teknologi dan material tahan gempa sangat penting untuk melindungi infrastruktur vital.

  5. Kontaminasi Air Laut

    Gempa bumi dan tsunami dapat menyebabkan kontaminasi air laut akibat tumpahan bahan kimia berbahaya dari fasilitas industri, limbah, dan kerusakan infrastruktur. Kontaminasi ini membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. “Kontaminasi ini dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan,” peringatan dari Kementerian Kesehatan RI. Kontaminasi air laut dapat berdampak jangka panjang pada ekosistem dan kesehatan masyarakat.

    Antisipasi kontaminasi air laut akibat risiko gempa di laut meliputi perencanaan dan pengelolaan risiko kontaminasi air laut. Sistem peringatan dini untuk tumpahan bahan berbahaya sangat penting. Pemantauan kualitas air laut secara berkala juga diperlukan untuk mendeteksi dan mengatasi kontaminasi.

Mitigasi Gempa di Laut

Gempa Bumi di Laut Sukabumi pada 18 Januari 2025
Gempa Bumi di Laut Sukabumi pada 18 Januari 2025 (Foto: BMKG)... Selengkapnya
  1. Sistem Peringatan Dini

    Pengembangan dan peningkatan sistem peringatan dini untuk gempa bumi dan tsunami sangat penting. Sistem ini harus mencakup deteksi gempa, pemodelan tsunami, dan penyebaran informasi kepada masyarakat. Sistem peringatan dini yang efektif dapat menyelamatkan banyak nyawa.

    Ketepatan dan kecepatan informasi dalam sistem peringatan dini sangat krusial. Sistem ini perlu terintegrasi dengan berbagai lembaga terkait dan mencakup berbagai media komunikasi untuk menjangkau masyarakat luas.

  2. Rencana Kontingensi

    Pemerintah dan masyarakat perlu memiliki rencana kontingensi yang komprehensif untuk menghadapi gempa bumi dan tsunami. Rencana ini harus mencakup evakuasi, pertolongan pertama, dan pemulihan pasca bencana. “Pemerintah dan masyarakat perlu memiliki rencana kontingensi yang komprehensif,” menurut BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Rencana kontingensi yang terlatih dan teruji sangat penting.

    Simulasi dan pelatihan rutin bagi masyarakat sangat penting untuk memastikan kesiapan menghadapi bencana. Koordinasi antar lembaga dan kesiapan logistik juga merupakan bagian penting dari rencana kontingensi.

  3. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat

    Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang risiko gempa bumi dan tsunami sangat penting. Masyarakat perlu mengetahui cara melindungi diri, jalur evakuasi, dan tindakan yang harus dilakukan selama dan setelah bencana. Peningkatan literasi bencana dapat mengurangi dampak negatif bencana.

    Sosialisasi dan edukasi perlu dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan berbagai pihak, termasuk sekolah, komunitas, dan media massa.

  4. Penguatan Bangunan

    Bangunan di daerah rawan gempa harus dibangun dengan standar konstruksi yang tahan gempa. Renovasi bangunan yang sudah ada untuk meningkatkan ketahanan terhadap gempa juga perlu dilakukan. Penguatan bangunan dapat mengurangi risiko kerusakan dan korban jiwa.

    Penerapan peraturan bangunan tahan gempa harus dipatuhi secara ketat. Inspeksi dan pengawasan bangunan secara berkala juga diperlukan untuk memastikan keamanan bangunan.

  5. Penelitian dan Pengembangan

    Penelitian dan pengembangan teknologi mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami terus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan prediksi, peringatan dini, dan penanggulangan bencana. “Penelitian dan pengembangan teknologi mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami terus dilakukan,” ungkap peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Investasi dalam riset dan teknologi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan mitigasi bencana.

    Kerjasama internasional dalam riset dan pengembangan teknologi mitigasi bencana juga sangat penting untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Perlu diingat bahwa informasi ini bersifat umum dan risiko spesifik dapat bervariasi tergantung pada lokasi geografis dan kondisi lingkungan. Informasi lebih rinci dapat diperoleh dari badan-badan pemerintah terkait seperti BMKG dan BNPB.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya