Perlindungan Habitat Monyet Ekor Panjang, Sultan Ground Bakal Ditanami Buah

Keberadaan monyet ekor panjang yang meresahkan masayarakat di sekitar Gunungkidul menjadi perhatian para pemerhati satwa. Mendatangi Gubernur DIY akhirnya Pemda DIY mendukung perlindungan habitat monyet ekor panjang.

oleh Yanuar H diperbarui 28 Okt 2023, 23:00 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2023, 23:00 WIB
Perkampungan Monyet di Ubud
Monyet ekor panjang tidur di Sacred Monkey Forest atau yang lebih dikenal dengan Monkey Forest di Ubud, Bali pada 16 November 2018. Keunikan hutan ini adalah terdapatnya ratusan Kera Bali ekor panjang yang bebas berkeliaran di alam. (GABRIEL BOUYS/AFP)

Liputan6.com, Yogyakarta - Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana UPN "Veteran" Yogyakarta Eko Teguh Paripurno bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam kesepakatan untuk menangani dan memberikan perlindungan habitat Monyet ekor panjang di Gunungkidul.

Perlindungan ini menurut Eko tidak hanya untuk melindungi habitat dan eksistensi satwa yang terancam punah tersebut, tapi juga melindungi kebun dan lahan pertanian milik warga yang menjadi sumber ketahanan pangan, dari serangan monyet.

“Kami mengajak Pak Gubernur untuk bersama-sama menangani monyet ekor panjang. Untuk membuat, membangun mekanisme perlindungan yang selaras. Jadi semacam kawasan konservasi bersama. Mengelola ekologi, melakukan perlindungan monyet tersebut yang sudah akan punah dan juga perlindungan aset warga untuk ketahanan pangan. Ngarsa Dalem sepakat dengan perlindungan itu. Ini juga bentuk lain Hamemayu Hayuning Bawana,” ujar Eko usai beraudiensi dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta Kamis 26 Oktober 2023.

Perlu dietahui 5 tahun terakhir keberadaan monyet meresahkan masyarakat di Kalurahan Pundungsari, Kapanewon Semin, Kabupaten Gunungkidul. Monyet ekor panjang itu mendatangi pemukiman penduduk di Dusun Sedono, Dusun Kutugan, Dusun Jelok, Dusun Tepus, Dusun Bonpon dan Dusun Pijenan untuk mencari makanan dan merusak kebun serta pertanian masyarakat.

Adanya konflik satwa dan masyarakat di beberapa kapanewon lainnyaPusat Studi Manajemen Bencana UPN "Veteran" Yogyakarta memperkirakan kondisi itu karena ketersediaan pohon buah-buahan di hutan yang jumlahnya semakin berkurang.

Konflik satwa dengan masyarakat inilah akhirnya muncul tindakan masyarakat terdampak yang mengusir monyet ekor panjang dengan cara membakar lahan, dan mengakibatkan kebakaran lahan semakin meluas.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Penanaman Buah di Sultan Ground

Sultan HB X mendukung program Perlindungan Habitat Monyet Ekor Panjang Berbasis Komunitas untuk Pengurangan Risiko Bencana akibat Konflik Satwa hasil inisiasi pihaknya bersama Pemerintah Kalurahan Pundungsari dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yogyakarta ini. Pertama yakni terkait pemetaan lokasi persebaran dan jumlah monyet ekor panjang di Kabupaten Gunungkidul.

“Kedua, pemetaan kawasan-kawasan yang bisa dijadikan lahan perlindungan habitat dan lahan untuk sumber daya makan monyetnya, ketersediaan pakannya, termasuk lahan Sultan Ground. Ketiga mendukung pembuatan program-program membangun kesetaraan dalam kerja sama multi helix ini. Tiga hal itu yang saya sampaikan dan Ngarsa Dalem mendukung sekali,” kata Eko.

Eko mengatakan dalam pertemuannya dengan Sultan HB X, ada pesan agar melakukan penanaman tanaman buah pada Sultan Ground yang akan menjadi bagian kawasan perlindungan habitat satwa monyet ekor panjang. Dengan demikian dapat menjadi sumber pakan alami bagi satwa tersebut.

“Ngarsa Dalem juga menyampaikan, dipilih tempat yang kalau dilakukan penanaman itu tidak merusak geopark. Jadi dipilih karst yang pas untuk memungkinkan dikembangkan. Ada sistem zonasi yang dibuat,” ungkap Eko.

Pemda DIY melalui OPD-OPD terkait pun diharapkan Eko dapat mendukung pelaksanaan program tersebut.

“OPD yang sesuai tusinya itu diharapkan dapat mendukung. Dan ini suatu proses yang disepakati. Bahkan tadi Ngarsa Dalem mengatakan silakan di desain nanti dipresentasikan saja rencana kerjanya seperti apa. Nanti Pak Yudi selaku Kepala Biro PIWPP Setda DIY yang mengkoordinator itu, untuk memilahkan siapa berperan apa,” jelas Eko.

 


Kawasan Konservasi dan Lahan Pertanian Warga

Rencana pelaksanaan program pengelolaan konservasi monyet ekor panjang di Semin Gunungkidul bersama warga Tempatan ini sudah melakukan sosialisasi perlindungan habitat satwa monyet ekor panjang dan pembentukan tim.

“Ini program model bottom up. Jadi energi warga yang digunakan, energi perguruan tinggi, energi pemerintah daerah, energi lembaga usaha dan lembaga swasta, organisasi masyarakat sipil, berbentuk kolaboratif. Ini teman-teman di desanya itu sudah mulai memilih tempat yang pas. Kami memilihkan vegetasi yang layak. Lantas juga sudah kontak dengan lembaga-lembaga yang kira-kira bisa mendukung sesuai porsinya,” terang Eko.

Direktur Walhi Yogyakarta, Gandar Mahojwala mengatakan, keterlibatan Pemda DIY dalam perlindungan habitat monyet ekor panjang ini dapat menjadi pelopor bagi perlindungan awal eksistensi monyet ekor panjang yang bersatus mendekati kepunahan ini.

“Percontohan ini juga kita akan sebarkan ke banyak titik-titik lain di Yogyakarta bahkan Indonesia untuk perlindungan monyet ekor panjang,” ucap Gandar.

Lurah Pundungsari, Semin, Gunungkidul, Tumin berharap, pelaksanaan program perlindungan habitat monyet ekor panjang ini ke depannya masyarakat dapat hidup berdampingan dengan satwa tersebut tanpa harus mengusik satu sama lain. Lantaran, hingga saat ini monyet ekor panjang sudah menyerang lahan pertanian dan pemukiman warga.

“Yang sudah terserang untuk di tempat kami ini Kalurahan Pundungsari, dan ada Kalurahan Semin, dan Kalurahan Karangsari. Kalau di Karangsari ini hampir seluruh dusun, hampir tiap hari sudah terserang (monyet ekor panjang). Apalagi kemarau ini sudah merambah ke rumah warga. Untuk Semin ini sebagian. Kalau untuk di tempat kami (Pundungsari) ini 5 dusun. Lima dusun ini sudah terserang sampai ke tempat warga masyarakat,” tutur Tumin.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya