Asal Usul, Keutamaan, hingga Manfaat Puasa Ayyamul Bidh Penting untuk Diketahui

Kiai Mahbub menjelaskan bahwa sebab dinamai ayyamul bidh terkait dengan kisah Nabi Adam as ketika diturunkan ke muka bumi.

oleh Panji Prayitno diperbarui 27 Nov 2023, 15:13 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2023, 14:56 WIB
Bacaan Doa Niat Puasa Ayyamul Bidh
Ilustrasi Membaca Niat Puasa Ayyamul Bidh Credit: shutterstock.com

Liputan6.com, Jakarta - Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa yang dilakukan pada hari-hari putih, yaitu ketika bulan purnama bersinar dengan sinar putihnya. Hari-hari tersebut bertepatan dengan tanggal 13, 14, dan 15 dari setiap bulan Hijriyah.

Puasa ini disebut juga puasa tiga hari setiap bulan, karena dilakukan selama tiga hari dalam sebulan. Puasa ini memiliki banyak keutamaan dan manfaat, baik secara spiritual maupun kesehatan.

Dirangkum dari berbagai sumber, puasa Ayyamul Bidh disebabkan amal shalih dalam Islam diganjar sepuluh kali lipat. Puasa sehari diganjar seperti puasa sepuluh hari. Sehingga barang siapa puasa tiga hari setiap bulannya, terhitung berpuasa setahun penuh.

Menukil dari kitab Umdatul Qari`Syarhu Shahihil Bukhari, Kiai Mahbub menjelaskan bahwa sebab dinamai ayyamul bidh terkait dengan kisah Nabi Adam AS ketika diturunkan ke muka bumi.

Saat itu, Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi seluruh tubuhnya terbakar oleh matahari sehingga menjadi hitam/gosong. Kemudian Allah memberikan wahyu kepadanya agar berpuasa selama tiga hari, yakni tanggal 13, 14, dan 15.

Saat berpuasa pada hari pertama, sepertiga tubuhnya menjadi putih. Pada hari kedua bulan pertama, sepertiga tubuhnya menjadi putih.

Sedangkan, setelah puasa hari ketiga, seluruh tubuhnya menjadi putih. Hal ini sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas yang artinya:

Asal Usul

Riwayat Ibnu Abbas RA menyampaikan, puasa tersebut dinamai ayyamul bidh karena ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi, matahari membakarnya sehingga tubuhnya menjadi hitam.

Allah SWT kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada ayyamul bidh (hari-hari putih). ‘Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (ayyamul bidh)’.

Lantas Nabi Adam As pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih.

Pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih. Berbeda dengan pendapat di atas, ada pula pandangan yang menyebut penamaan ayyamul bidh disebabkan malam-malam pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya tersebut terang benderang disinari rembulan.

Sebagaimana diketahui, tanggal 13, 14, dan 15 pada bulan Hijriah merupakan siklus bulan purnama. Hal ini mengingat penanggalan tahun Hijriah didasarkan perputaran bulan.

Oleh karena itu, rembulan selalu menyinari bumi sejak matahari terbenam sampai terbit kembali. Karenanya, pada hari-hari itu malam dan siang seluruhnya menjadi putih (terang).

 

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya