Liputan6.com, Yogyakarta - Sedang ramai diperbincangkan soal salah bicara Calon Wakil Presiden (Cawapres) Gibran Rakabuming Raka yang menyebut asam sulfat untuk pencegahan stunting. Setelah dimintai konfirmasi, Gibran mengaku jika hal tersebut memang salah bicara, dan seharusnya dia mengatakan asam folat.
Namun apa itu stunting? Mengapa sampai dibawa-bawa ke ranah politik?
Mengutip dari keterangan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), stunting adalah gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.
Advertisement
Baca Juga
Banyak yang mengatakan jika balita pendek otomatis stunting, namun nyatanya tak demikian. Tapi anak yang mengalami stunting sudah pasti pendek. Dalam keterangan Kemenkes, stunting pada anak bukan hal yang remeh, dampaknya bisa dalam jangka pendek maupun panjang.
Misalnya, bahaya stunting dalam jangka pendek adalah terhambatnya perkembangan kognitif dan motorik anak. Kemudian gangguan metabolisme dan ukuran fisik tubuh anak yang tidak optimal.
Sedangkan, dampak jangka panjang, kapasitas intelektual anak menurun dari rata-rata orang lain. Pasalnya, anak yang mengalami stunting akan mengalami gangguan struktur serta fungsi pada saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen.
Hal ini menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah, serta berpengaruh pada produktivitas saat dewasa. Untuk itu, pencegahan stunting amat penting dilakukan sejak dini.
Pencegahan
Lantas, apa cara yang baik untuk mencegah stunting pada anak? Menukil dari jurnal ilmiah yang diterbitkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), upaya untuk mencegah stunting dengan memenuhi gizi anak, khususnya pada 1.000 hari pertama kehidupannya. Selanjutnya, pemenuhan zat gizi tersebut, meliputi selama masa kehamilan, masa kanak-kanak, hingga usia anak dua tahun.
Dosen Departemen Gizi Medis FKUI Dr.dr. Dian Novita Chandra, M. Gizi mengemukakan, semua gizi yang ada sangat penting untuk mencegah anak dari stunting.
Misalnya protein hewani, seng, yodium, zat besi, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, hingga asam folat.
Sebagaimana diketahui, persoalan stunting di Indonesia masih termasuk ke dalam masalah serius. Pemerintah punya target untuk mengatasi stunting hingga 14 persen pada 2024, namun dari data di lapangan masih tampak cukup jauh.
Data terakhir hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang diumumkan dalam Rapat Kerja Nasional Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Rabu (25/1/2023) lalu, prevalensi stunting di Indonesia masih 21,6 persen pada 2022.
Sementera itu, standar yang dicanangkan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ihwal prevalensi stunting kurang dari 20 persen.
Penulis: Taufiq Syarifudin
Advertisement