Liputan6.com, Ambon - Masyarakat Suku Hualulu yang tinggal di Desa Huaulu, Pulau Seram, Maluku memiliki kain khas bernama kain berang. Bukan sekadar kain, kain berang juga menggambarkan filosofi kehidupan dan menjadi simbol kedewasaan laki-laki.
Mengutip dari indonesiakaya.com, kain berang biasanya berwarna merah dan digunakan sebagai ikat kepala. Kain ini menandakan kedewasaan dan keberanian yang diharapkan ada pada setiap lelaki suku Huaulu.
Tak hanya sebagai identitas, kain merah yang diikatkan ke kepala ini juga menjadi tradisi. Masyarakat Huaulu menjadikan kain berang sebagai identitas tersendiri bagi kaum laki-laki Huaulu yang sudah akil baligh dan dianggap dewasa.
Advertisement
Baca Juga
Biasanya, seorang anak laki-laki akan memakai ikat kepala merah ini saat sudah berusia 15-17 tahun. Mereka akan terus menggunakannya selama seumur hidupnya.
Selain sebagai tanda kedewasaan, ikat kepala ini juga berfungsi sebagai kebanggaan laki-laki Huaulu. Suku Hualulu menganut sistem patrilineal di mana kaum laki-laki memiliki harga lebih dan selalu menjadi sosok pimpinan dalam kekerabatan Huaulu.
Terkait warna, masyarakat Suku Hualulu memilih warna merah untuk kain berang sebagai tanda atau simbol keberanian. Mereka berharap, setiap individu lelaki Huaulu memiliki keberanian dalam dirinya.
Hal ini pula yang melatarbelakangi penggunaan kain berang dalam peperangan. Saat ini, kain berang digunakan ketika ada upacara adat dan tarian cakalele.
Sekilas, ikat kepala kain berang ini mirip dengan ikat kepala Suku Naulu yang bermukim di wilayah Pulau Seram Selatan. Kedua suku ini memang memiliki hubungan keluarga yang cukup dekat, sehingga sama-sama menggunakan kain berang sebagai ikat kepala.
Namun, keduanya memiliki cara pemakaian yang berbeda. Suku Huaulu menggunakan kain berang dengan cara dibentuk bulat menyerupai kepala pemakainya, sedangkan Suku Naulu menggunakan kain berang dengan cara dibentuk hingga seolah muncul dua telinga lancip di bagian atas kepala.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak