Indonesia Produksi Mobil Terbang, Intip Spesifikasi Vela α

Pesawat ini diperkirakan akan mulai beroperasi secara komersial pada akhir tahun 2028.

oleh Arie Nugraha diperbarui 27 Feb 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2024, 01:00 WIB
mobil terbang Vela α
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di booth PT. Dirgantara Indonesia saat event Singapure Airshow 2024. (Sumber: Instagram @budikaryas)

Liputan6.com, Bandung - Indonesia kini mulai memproduksi mobil terbang pertama bernama Vela α. Vela merupakan industri Advanced Air Mobility (AAM) diluncurkan ke publik pada Singapore Airshow 2024 pada 20-25 Februari 2024.

Menurut asisten manager komunikasi eksternal PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Kerry Apriawan, pada Singapore Airshow 2024 pada 20-25 Februari 2024, Vela α berada di booth yang sama dengan Indonesian Aerospace di Changi Exhibition Center Hall B G51.

"Vela juga memiliki perjanjian kerja sama dengan satu-satunya perusahaan manufaktur pesawat milik negara di Asia Tenggara untuk menegaskan bahwa posisi dan ambisi Vela sangat serius dalam membangun ekosistem di dunia industri manufaktur penerbangan," ujar Kerry dalam siaran medianya kepada Liputan6.com, Bandung, Senin, 26 Februari 2024.

Kerry menuturkan PT Vela Prima Nusantara, juga dikenal sebagai Vela, mengkhususkan diri dalam produksi pesawat AAM.

Pesawat Alpha adalah produk andalan perusahaan, dan Vela menangani semua aspek desain, pengembangan, pengujian, sertifikasi, manufaktur, dan MRO.

"Vela merupakan startup yang didirikan pada pertengahan tahun 2020 dengan tujuan merancang, mengembangkan, dan memproduksi Advanced Air Mobility (AAM)," kata Kerry.

Pesawat ini diperkirakan akan mulai beroperasi secara komersial pada akhir tahun 2028, telah dirancang untuk menampung seorang pilot dan empat penumpang tetapi dapat dikonfigurasi hingga enam penumpang, dan mampu menjalankan beberapa misi penerbangan dengan sekali pengisian daya.

Pesawat AAM Vela akan menampilkan dua pilihan tenaga yakni VTOL listrik penuh dan VTOL hibrida, keduanya akan didasarkan pada desain badan pesawat yang sama.

"Pekerjaan rekayasa yang diperlukan untuk mengembangkan pesawat ini terutama dilakukan di Bandung, Indonesia, sementara manajemen mengawasi dari Jakarta, Indonesia," ungkap Kerry.

Kerry menjelaskan personel utama Vela adalah insinyur yang sangat berpengalaman dengan total pengalaman teknik gabungan lebih dari 600+ tahun.

Mereka menghadirkan keahlian khusus dalam desain pesawat terbang menggunakan teknologi mutakhir, khususnya dalam elektronika daya dan desain struktur komposit.

"Hal ini telah menanamkan rasa percaya diri pada kepemimpinan Vela bahwa mereka akan menjadi pemain tangguh dalam industri yang sedang berkembang ini," tambah Kerry.

Saat ini, Vela sedang dalam tahap desain awal program, dengan konfigurasi terbaru, Alpha, dalam tahap finalisasi.

Pesawat tersebut rencananya akan disertifikasi oleh Federal Aviation Administration (FAA) dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (DGCA), dengan target memasuki layanan (EIS) menjelang akhir tahun 2028.

"Vela dapat menawarkan harga yang kompetitif melalui struktur biaya pengembangan yang dikontrol dengan cermat, menjadikannya pilihan yang menarik bagi pelanggan yang mencari nilai uang," sebut Kerry.

Kerry mengungkapkan Alpha yang dibanderol antara USD 1,5 – 2 juta menghadirkan pilihan menarik bagi calon konsumen.

Dibandingkan helikopter ringan di kelas yang sama, Alpha menghadirkan biaya operasional yang lebih rendah, memberikan solusi yang efisien dan hemat biaya.

"Vela menawarkan fasilitas pembiayaan kepada calon pelanggan, menjadikan proses akuisisi lebih mudah diakses dan nyaman," tukas Kerry.

Konfigurasi desain lift-and-cruise Vela adalah desain sederhana, aman, dan terbukti yang menawarkan alternatif lebih baik dibandingkan desain tilt-rotor, yang memiliki kompleksitas dan risiko keselamatan lebih tinggi.

Dengan desain Vela, pelanggan dapat menikmati perjalanan yang mulus dan nyaman, bebas dari risiko atau komplikasi yang tidak perlu.

"Vela berupaya membedakan dirinya dari pesaing dengan menawarkan teknologi tercanggih dan fitur unik yang memenuhi kebutuhan spesifik pasar Asia Pasifik," ucap Kerry.

Dengan fokus memberikan kualitas dan layanan yang unggul, Vela bertujuan untuk menjadikan dirinya sebagai pemimpin dalam industri AAM.

Berbagai kualitas ini, Vela berada di garis depan model bisnis besar yang mengubah masa depan sistem transportasi udara.

"Dengan Vela, pelanggan dapat merasakan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan baru dengan harga yang kompetitif," sebut Kerry.

Visi Vela adalah mengembangkan layanan penumpang udara yang menghubungkan individu di seluruh dunia sambil melestarikan lingkungan.

Misi perusahaannya adalah menjadi penyedia AAM terkemuka di kawasan Asia Pasifik, hal ini sejalan dengan meningkatnya permintaan terhadap pesawat AAM seperti pesawat terbang electric Vertical Take-Off and Landing (eVTOL) dan hybrid Vertical Take-Off and Landing (hVTOL).

"Pesawat-pesawat ini membantu mengatasi masalah kemacetan lalu lintas di wilayah metropolitan, sehingga mengurangi waktu transit dan meningkatkan efisiensi ekonomi," tutur Kerry.

Selain itu, pengembangan sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan telah menjadi faktor pendorong penting bagi pengembangan pesawat AAM secara global.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya