Produksi Padi dan Beras di Gorontalo Naik, Kenapa Harganya Mahal?

Hal itu sejalan dengan hasil produksi padi di Provinsi Gorontalo sepanjang Januari hingga Desember 2023. Tercatat sekitar 251,43 ribu ton GKG, atau mengalami kenaikan sebanyak 11,30 ribu ton GKG (4,70 persen) dibandingkan 2022 yang sebesar 240,13 ribu ton GKG.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 04 Mar 2024, 16:36 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2024, 12:00 WIB
Hiruk-pikuk Petani Gorontalo Sambut Musim Panen dengan Bergotong royong
Petani menggiling saat musim panen padi di sawah Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo (15/3) (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - BPS Provinsi Gorontalo merilis, realisasi luas panen padi sepanjang Januari hingga Desember 2023 mencapai sekitar 49,61 ribu hektare, atau mengalami kenaikan sebesar 2,79 ribu hektare (5,95 persen) ketimbang 2022 yang sebesar 46,82 ribu hektare.

Puncak panen padi pada 2023 selaras dengan tahun 2022 yaitu, terjadi pada bulan Januari. Luas panen padi pada Januari 2023 adalah sebesar 9,44 ribu hektare, sedangkan pada Januari 2022 luas panen padi mencapai 6,28 ribu hektare.

Sementara itu, luas panen padi pada Januari 2024 mencapai 1,50 ribu hektare, dan potensi panen sepanjang Februari hingga April 2024 diperkirakan seluas 13,21 ribu hektare.

Dengan demikian, total luas panen padi pada Subround Januari−April 2024 diperkirakan mencapai 14,71 ribu hektare, atau mengalami penurunan sekitar 4,90 ribu hektare (24,97 persen) dibandingkan luas panen padi pada Subround Januari−April 2023 yang sebesar 19,60 ribu hektare.

Produksi Padi Provinsi Gorontalo Naik

Hal itu sejalan dengan hasil produksi padi di Provinsi Gorontalo sepanjang Januari hingga Desember 2023. Tercatat sekitar 251,43 ribu ton GKG, atau mengalami kenaikan sebanyak 11,30 ribu ton GKG (4,70 persen) dibandingkan 2022 yang sebesar 240,13 ribu ton GKG.

Produksi padi tertinggi pada 2023 terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 51,71 ribu ton GKG sementara produksi terendah terjadi pada bulan Oktober, yaitu sekitar 6,15 ribu ton GKG (Gambar 2).

Jika perkembangan produksi padi selama tahun 2023 dilihat menurut Subround, terjadi penurunan produksi padi pada Subround Mei−Agustus 2023, yaitu sebesar 3,40 ribu ton GKG (3,60 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2022.

Penurunan produksi padi tersebut disebabkan karena adanya penurunan produktivitas padi pada Subround Mei−Agustus 2023, dibandingkan periode yang sama pada 2022.

Di sisi lain, peningkatan produksi padi terjadi pada Subround Januari−April 2023 dan Subround September−Desember 2023, yaitu masing-masing sekitar 7,07 ribu ton GKG (7,19 persen) dan 7,63 ribu ton GKG (16,13 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2022.

Pada Januari 2024, produksi padi diperkirakan sebesar 7,55 ribu ton GKG, dan potensi produksi padi sepanjang Februari hingga April 2024 mencapai 68,02 ribu ton GKG (Gambar 2).

Dengan demikian, total potensi produksi padi pada Subround Januari−April 2024 diperkirakan mencapai 75,57 ribu ton GKG, atau mengalami penurunan sebesar 29,73 ribu ton GKG (28,24 persen) dibandingkan Subround Januari−April 2023 yang sebesar 105,31 ribu ton GKG.

Penurunan produksi padi pada 2023 terjadi di beberapa wilayah seperti Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Pohuwato.

Di sisi lain, beberapa kabupaten/kota mengalami peningkatan produksi padi yang cukup besar, misalnya Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango, dan Kota Gorontalo.

Kabupaten Gorontalo merupakan kabupaten dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2023. Sementara itu, Kota Gorontalo merupakan wilayah dengan produksi padi terendah di Provinsi Gorontalo.

Berdasarkan potensi produksi padi pada awal tahun 2024, kabupaten/kota dengan potensi produksi padi (GKG) tertinggi pada Januari hingga April 2024 adalah Kabupaten Gorontalo.

Sementara itu, kabupaten/kota dengan potensi produksi padi terendah pada periode yang sama yaitu Kota Gorontalo.

Potensi penurunan produksi padi yang cukup besar pada Subround Januari–April 2024 dibandingkan Subround yang sama pada 2023 terjadi di hampir semua kabupaten/kota.

Sedangkan, potensi kenaikan produksi padi pada Subround Januari–April 2024 hanya terjadi di Kabupaten Boalemo.

 

Simak juga video pilihan berikut:

Produksi Beras di Provinsi Gorontalo Naik

Hiruk-pikuk Petani Gorontalo Sambut Musim Panen dengan Bergotong royong
Sejumlah petani melakukan panen padi di sawah Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Jumat (15/3). Mereka lebih memilih menggunakan tenaga manual untuk melakukan panen. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari hingga Desember 2023 setara dengan 140,39 ribu ton beras, atau mengalami kenaikan sebesar 6,31 ribu ton (4,70 persen) dibandingkan 2022 yang sebesar 134,08 ribu ton.

Produksi beras tertinggi pada 2023 terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 28,88 ribu ton. Sementara itu, produksi beras terendah terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebesar 3,43 ribu ton.

Pada Januari 2024, produksi beras diperkirakan sebanyak 4,22 ribu ton beras, dan potensi produksi beras sepanjang Februari hingga April 2024 adalah sebesar 37,98 ribu ton.

Dengan demikian, potensi produksi beras pada Subround Januari−April 2024 diperkirakan mencapai 42,20 ribu ton beras atau mengalami penurunan sebesar 16,60 ribu ton (28,24 persen) dibandingkan dengan produksi beras pada Januari−April 2023 yang sebesar 58,80 ribu ton beras.

Harga Beras di Gorontalo Termahal Se-Indonesia

Alih-alih produksi naik, ternyata berdasarkan data 29 Januari 2024, Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional mencatat harga beras rata-rata harian di pasar modern di beberapa provinsi menyentuh angka Rp 15,05 ribu per kilogram.

Secara keseluruhan, rata-rata minggu ini meningkat dibandingkan dengan rata-rata pekan sebelumnya, yang tercatat Rp. 14,99 ribu per kilogram.

Dengan harga jual Rp 18.500 per kilogram, harga beras harian di pasar Gorontalo saat ini menjadi yang termahal se-Indonesia.

Harga beras di provinsi ini naik dari 13.050 rupiah per kilogram dibandingkan bulan sebelumnya.

Di pasar modern Sumatera Barat, beras menjadi yang termahal kedua di dalam negeri dengan harga Rp 17.500 per kilogram.

Selanjutnya, harga beras di Papua Barat adalah Rp 16.400/kg, Maluku adalah Rp 16.000/kg, dan Kalimantan Timur adalah Rp 16.000/kg.

Sementara itu, 19 provinsi menjual beras dengan harga di bawah rata-rata nasional; Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kepulauan Bangka Belitung adalah provinsi dengan harga terendah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya