Ombudsman Kritisi SMA di NTT yang Programkan Makan Siang Gratis Pakai Dana BOS

Selain tidak tepat, ombudsman juga menyebut tidak etis melaksanakan program capres yang pemenangnya saja belum ditetapkan KPU.

oleh Ola Keda diperbarui 05 Mar 2024, 11:58 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2024, 11:58 WIB
SMAN 11 Kota Kupang luncurkan program makan siang gratis bagi siswa. (Foto: Liputan6.com/Ola Keda)
SMAN 11 Kota Kupang luncurkan program makan siang gratis bagi siswa. (Foto: Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - SMA Negeri 11 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi sekolah pertama yang meluncurkan program makan siang gratis bagi siswanya.

Peluncuran program makan siang gratis itu dilakukan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Linus Lusi pada Senin kemarin (4/3/2024).

Program makan siang gratis bagi siswa yang menggunakan dana BOS itu pun dikritisi Ombudsman Perwakilan NTT.

Kepala Ombudsman Perwakilan NTT Darius Beda Daton mengatakan, program makan siang gratis ini menggunakan dana BOS maka perlu dilihat lagi juknis BOS 2024.

"Apakah juknis dana BOS membolehkan belanja makan siang menggunakan dana BOS? Itu yang perlu dilihat," ujarnya kepada Liputan6.com, Selasa (5/3/2024).

Darius mengatakan, program makan siang gratis adalah program salah satu capres yang saat ini masih dalam proses rekapitulasi suara di KPU dan belum ditetapkan KPU sebagai pemenang pilpres. Karena itu, menurut dia, menjadi tidak etis melaksanakan program capres yang belum ditetapkan KPU.

Jika pun program ini menjadi program pemerintah pemenang pilpres, kata dia, perlu harmonisasi berbagai peraturan perundangan dan alokasi anggaran agar dapat dijalankan dengan benar dan bermanfaat.

"Jangan melaksanakan program yang tidak dianggarkan sebelumnya agar tidak berdampak hukum dan merugikan sekolah. Jangan langsung melaksanakan program untuk sekedar dibilang kita berani pasang badan dan dianggap mampu menterjemahkan program pusat," tandasnya.

 

Kata Kadisdik NTT

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Linus Lusi mengklaim, terobosan yang dilakukan SMA Negeri 11 Kota Kupang sangat tepat lantaran angka stunting dan kemiskinan ekstrem di Provinsi NTT masih sangat tinggi.

“Makanan tambahan harus memiliki nutrisi yang sangat baik untuk kesehatan siswa-siswi. Sekolah mau menunjukkan bahwa peduli kepada siswa-siswi, " ujarnya.

Ia mengatakan, pemberian makan siang gratis harus terus dilaksanakan untuk menjadi role model bagi sekolah lain di Kota Kupang.

"Saya mendukung penuh langkah kolaborasi dalam acara makan siang gratis untuk pencegahan kemiskinan ekstrem, dan stunting," jelasnya.

Menurut Linus, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT memiliki 450 ribu siswa yang tersebar di seluruh NTT. Karena itu, butuh kolaborasi berbagai pihak untuk mengatasi kemiskinan ekstrem dan stunting.

Ia berharap Plt Kepala SMA Negeri 11 Kota Kupang terus komitmen melaksanakan program itu dengan penuh tanggungjawab.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya