Indonesian Gastronomy Community Promosikan Makanan dan Minuman Nusantara ke Dunia

Indonesian Gastronomy Community (IGC) menyelenggarakan Gastronomy Talks di Unika Atma Jaya, Jakarta dengan berbagai narasumber dari pemerintah, akademisi dan praktisi untuk membahas Strategi Diplomasi Gastronomi Indonesia.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 14 Mar 2024, 22:00 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2024, 22:00 WIB
Indonesian Gastronomy Community: Cara Diplomasi Lewat Kuliner Nusantara
Indonesian Gastronomy Community (IGC) menyelenggarakan Gastronomy Talks di Unika Atma Jaya, Jakarta dengan berbagai narasumber dari pemerintah, akademisi dan praktisi untuk membahas Strategi Diplomasi Gastronomi Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesian Gastronomy Community (IGC) selenggarakan Gastronomy Talks di Unika Atma Jaya, Jakarta dengan berbagai narasumber dari pemerintah, akademisi dan praktisi untuk membahas Strategi Diplomasi Gastronomi Indonesia. Terlebih, sejak munculnya program Indonesia Spice Up the World hingga pelaksanaan Gala Dinner KTT ASEAN dan G20 beberapa waktu lalu.

Semenjak diluncurkannya Narasi Tunggal Indonesia Spice Up the World (ISUTW) di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi pada tahun 2022, kini Indonesia memiliki gagasan yang serupa dalam mempromosikan makanan, minuman, rempah-rempah dan produk-produk kemasan siap konsumsi ke luar negeri. 

Ria Musiawan, Ketua Umum IGC menyampaikan bahwa salah satu upaya dalam mempersatukan sebuah ide yang diformulasikan dalam bentuk kebijakan sebagai pedoman untuk berinteraksi adalah melalui jalur diplomasi, yaitu gastrodiplomasi dengan mempromosikan produk makanan dan minuman Indonesia.

"Peran IGC dalam melestarikan dan menyebarkan informasi, tidak hanya di dalam negeri, namun juga manca negara terutama dalam mendukung pemerintah," katanya, Selasa (12/3/2024).

Gastronomy Talks saat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang signifikansi memromosikan gastrodiplomasi Indonesia di panggung dunia, serta, memberikan edukasi pada publik maupun peserta seminar tentang arah kebijakan, strategi dan implementasinya. 

Selain itu, kegiatan ini juga memiliki objektif untuk melestarikan makanan dan minuman beserta budayanya sebagai pembentuk citra identitas bangsa sekaligus sebagai katalisator perekat persatuan Indonesia.

Sementara itu, perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Liz Zeny Merry mengungkapkan, program diplomasi gastronomi, Indonesia Spice Up the World (IUSTW) mengutamakan pada tiga pendekatan utama yaitu, pengembangan restoran existing melalui perluasan pasar dan lisensi, dan pengembangan konseptual restoran sebagai contoh restoran di luar negeri.

"Kedua, pengembangan Produk Ready to Eat, seperti sate, rendang, soto, gado-gado,dan nasi goreng. Lalu peningkatan produk premium atau bumbu lainnya untuk di-showcase di resto atau retail melalui proses kurasi," katanya.

Ketiga, dilanjutkan dengan pengembangan manajemen rantai pasok dengan pembangun jejaring produsen - trader - buyer.

Di lain pihak, berdasarkan pengalaman mengamati kegiatan gastrodiplomasi, dosen senior Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah berpendapat, strategi Gastro Diplomacy Indonesia harus menentukan indikator yang tepat untuk fokus pada upaya menarik konsumen.

"Juga perlu memasukkan nilai-nilai tertentu seperti besar, beragam, demokratis, persatuan, moderat, bersahabat, higienis, sehat, bergizi, musikal, halal, dan dapat disesuaikan dengan khalayak sasaran," ungkapnya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya