Jadi Sumber Pendapatan Negara, BRIN Terlibat Pengembangan Varietas Unggul Tembakau

Tanaman tembakau merupakan sebagian dari komoditas yang menjadi fokus riset di BRIN yang menjadi perhatian, karena sebagai bagian untuk dukungan industri nasional di Indonesia.

oleh Arie Nugraha diperbarui 03 Mei 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 19:00 WIB
Melihat Perkebunan Tembakau Terbaik di Kuba
Seorang petani membawa daun tembakau di perkebunan tembakau di San Juan y Martinez, Provinsi Pinar del Rio, Kuba (24/2). Para peserta akan dibawa ke perkebunan tembakau terbaik di Pinar del Rio dan ke pabrik cerutu bersejarah. (AFP Photo/Yamil Lage)

Liputan6.com, Bandung - Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Puji Lestari, menyebutkan peran sektor tembakau sangat vital dalam perekonomian nasional di antaranya menjadi sumber pendapatan negara, pencipta devisa dan penambah kesempatan kerja.

Menurut Puji, tanaman tembakau merupakan sebagian dari komoditas yang menjadi fokus riset di BRIN yang menjadi perhatian, karena sebagai bagian untuk dukungan industri nasional di Indonesia.

"Import tembakau tahun 2020-2021 sekitar US$ 528 juta dan ekspor sekitar US$ 63 juta – US$ 73 juta, ini menunjukkan cukup banyak devisa yang terserap untuk import. Hal ini agar menjadi perhatian bagi para peneliti, akademisi, praktisi untuk saling bersinergi dalam pemuliaan tembakau," ujar Puji saat Webinar Strategi Pemuliaan Tanaman Mendukung Industri Tembakau di Indonesia dicuplik dari laman BRIN, Senin, 29 April 2024.

Puji menambahkan, tembakau yang dibudidayakan di Indonesia antara lain Voor-Oogst yaitu tembakau yang penanaman dilakukan saat musim penghujan kemudian dipanen pada waktu musim kemarau.

Selain itu, terdapat Na-Oogst yaitu tembakau yang ditanam pada musim kemarau, lalu dipanen saat musim penghujan.

"Namun dengan adanya dampak iklim global seperti El Nino dan La Nina yang bisa menyebabkan cuaca ekstrim dan berpengaruh terhadap produksi pertanian di Indonesia termasuk mutu dan kuantitas tembakau sehingga petani mengalami kerugian besar dan mempengaruhi ekonominya," kata Puji.

Sedangkan Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, Setiari Marwanto, menyebutkan tanaman tembakau telah dibudidayakan di 15 provinsi di Indonesia dengan luas area sebesar 228.000 hektar.

Selain sebagai bahan utama pembuatan rokok, produk turunan tembakau juga digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, pangan hingga bioenergi.

"Pada tahun 2023, industri ini menyumbang 218 triliun rupiah dari cukai rokok. Untuk mendorong hasil tembakau, perlu diiringi dengan perbaikan industri tembakau secara menyeluruh baik di level on farm maupun off farm hingga industri ini dapat eksis secara berkelanjutan. Namun banyak tantangan baik dari produktivitas yang belum optimal hingga kebijakan kontraproduktif yang terkait dengan kesehatan masyarakat," jelas Setiari.

 

Pengaruh Cuaca Ekstrem

Dalam paparan berjudul 'Perakitan Tembakau Kemloko Toleran Cekaman Genangan' oleh Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, Weda Makarti Mahayu, menjelaskan penelitiannya di Kabupaten Temanggung yang dilatar belakangi oleh adanya fenomena cuaca La Nina.

Fenomena cuaca tersebut berakibat peningkatan curah hujan dan hari hujan (kemarau basah) dan fenomena cuaca El Nino yang menyebabkan kemarau panjang sehingga meningkatkan risiko gagal panen dan penurunan kualitas hasil panen.

"Untuk saat ini kami melakukan mitigasi atau pencegahan melalui perakitan varietas unggul toleran cekaman abiotik, yaitu varietas yang toleran terhadap cekaman kadar air tanah tinggi atau genangan air serta varietas yang toleran kekeringan. Pada webinar kali ini, pemaparan difokuskan pada perakitan tembakau toleran cekaman genangan untuk mengatasi risiko dari fenomena cuaca La Nina. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah tembakau toleran cekaman genangan air dengan mutu daun rajangan kering yang baik, yang dapat diterima oleh pasar," terang Weda.

Weda memaparkan metodologi penelitiannya yang menggunakan 3 varietas tembakau lokal Kabupaten Temanggung. Seperti kemloko 2, kemloko 3 yang merupakan varietas yang diminati petani dan konsumen tembakau, juga kemloko 6.

Tiga varietas tersebut tahan terhadap bakteri Ralstonia solanacearum dan Nematoda. Khusus varietas tembakau kemloko 6 merupakan varietas unggul baru dan tahan 3 pathogen utama.

"Dengan perlakuan induksi mutasi melalui sinar gamma Co60 dengan dosis 0 Gy, 50 Gy, 75 Gy, 100 Gy, 125 Gy, 150 Gy, 175 Gy, dan 200 Gy dimana hasilnya diharapkan mampu meningkatkan keragaman karakter toleransi terhadap genangan air namun tidak merubah karakter penting lainnya," ucap Weda.

Weda juga menjelaskan penelitian yang dilakukan menggunakan metode seleksi Pedigree dan dimulai pada tahun 2020.

Dimana pada tahun 2020 dilakukan tahap generasi M0-M1 yaitu penetapan varietas tetua dan perbanyakan benih tanpa seleksi.

"Lalu penelitian dilanjutkan pada tahap generasi M2-M4 pada tahun 2021-2023 dimana dilakukan screening dengan melakukan cekaman genangan, seleksi individu dan partisipatory selection (generasi M4)," sebut Weda.

Selanjutnya, Weda menuturkan pada generasi M5 tahun 2024 sudah dilakukan seleksi family dan partisipatory selection. Hingga tahap M6 ditahun selanjutnya diharapkan sudah mendapatkan galur yang murni.

"Kesimpulan pada penelitian ini adalah karakter toleransi terhadap cekaman genangan ternyata bisa ditingkatkan dan diturunkan dari generasi ke generasi pada proses perakitan tembakau kemloko toleran cekaman genangan yang dilakukan. Hasil penelitian sudah mulai didapatkan beberapa biomarka untuk proses seleksi dan screening serta ada beberapa marka morfologi dan fisiologi yang dapat dimanfaatkan kedepannya, namun masih memerlukan validasi pada generasi-generasi selanjutnya M5 dan M6," papar Weda.

Komoditas Perkebunan Penting

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, Fatkhur Rohman, menyatakan tembakau merupakan komoditas Perkebunan yang sangat penting. Di Indonesia, luas areal tembakau kurang lebih 200.000 hektare. Tenaga kerja yang terlibat juga cukup tinggi 6,4 juta orang. "Cukai rokok pun terus meningkat, mulai tahun 2018 mencapai Rp152,9 triliun dan di tahun 2023 mencapai Rp218 triliun," terang Fatkhur.

Menurutnya di antara Ekspor impor tembakau dan rokok, ternyata ekspor lebih kecil dibanding impor nilainya. Sehingga devisa kita terus terbebani untuk impor tembakau. Upaya peningkatan produksi dan mutu tembakau dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga diharapkan dapat mengurangi impor tembakau.

"Pengembangan suatu komoditas tidak terlepas dari keberadaan varietas unggul. Karena varietas unggul itu merupakan teknologi yang ramah lingkungan, mudah aplikasinya dan kompatibel bila dipadukan dengan teknologi maju lainnya," ungkap Fatkhur.

Perakitan varietas unggul membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga perlu perencanaan yang lebih awal sebelum munculnya suatu masalah. Fatkhur menjelaskan setiap daerah mempunyai karakter mutu dari produk tembakau itu sendiri yang spesifik lokasi. Lain daerah, lain karakter mutunya. "Karakter mutu ini bisa rasa, aroma, warna. Setiap daerah mempunyai varietas lokal sendiri-sendiri yang spesifik, sehingga kalau yang unggul di suatu daerah ditanam ke daerah lain karakter mutunya akan berubah," terang Fatkhur.

Sehingga seringkali konsumen atau pedagang tidak berani memberi harga yang tinggi karena karakter mutunya berbeda dengan karakter umum di daerah tersebut.

"Spesifikasi mutu ini disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain varietas, perbedaan kondisi lingkungan setempat termasuk musim tanam. Di samping itu, proses dan cara pengeringan mempengaruhi karakter mutu dari masing-masing daerah," jelas Fatkhur. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya