Sejarah hingga Makna Filosofis Bacang, Kuliner Tionghoa Melegenda

Bacang sangat bervariasi menurut daerah seperti dengan adanya bacang versi manis sebagai hidangan penutup di Tiongkok bagian utara, dan kadang juga ada yang menggantikan daging babi dengan daging ayam

oleh Panji Prayitno diperbarui 12 Jun 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2024, 14:00 WIB
Sejarah Hingga Makna Filosofis Bacang, Kuliner Tionghoa Melegenda
Bacang. (Dok. manisdansedap.com/bacang_nessa_enak)

Liputan6.com, Jakarta Bacang menjadi salah satu kuliner Tionghoa yang banyak diminati masyarakat khususnya warga Tionghoa. Kuliner tersebut memiliki sejarah panjang hingga makna filosofis dalam hidup.

Budayawan Tionghoa Cirebon Jeremy Huang mengatakan, bacang berasal dari kata ba artinya daging, cang artinya beras. Jadi, arti bacang adalah beras daging.

Bacang menurut legenda kali pertama muncul pada zaman Dinasti Zhou berkaitan dengan simpati rakyat kepada Qu Yuan yang bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo.

Pada zaman Dinasti Zhou, bacang dilemparkan rakyat sekitar ke dalam sungai untuk mengalihkan perhatian makhluk-makhluk di dalamnya supaya tidak memakan jenazah Qu Yuan.

"Seiring berjalannya waktu, bacang menjadi salah satu simbol perayaan Peh Cun atau Duanwu," kata Jeremy Huang, Selasa (11/6/2024).

Ia mengatakan, bacang di Tiongkok selatan dan Asia Tenggara terbuat dari beras ketan sebagai bahan utama dengan daging babi, jamur shitake, kuning telur asin, seledri, dan jahe sebagai isi.

Namun, bacang sangat bervariasi menurut daerah seperti dengan adanya bacang versi manis sebagai hidangan penutup di Tiongkok bagian utara, dan kadang juga ada yang menggantikan daging babi dengan daging ayam.

Untuk perasa, biasanya ditambahkan sedikit garam, gula, merica, penyedap makanan, kecap, dan sedikit minyak nabati. Sedangkan di kepulauan Anambas dan Natuna, bahan pembungkus bacang menggunakan daun pandan duri sebagai pengganti daun bambu karena daun bambu dengan ukuran besar yang sulit ditemui di daerah kepulauan.

Makna Filosofis

"Perayaan Bacang di Natuna, pada saat itu tepatnya di Desa Tanjung, Bunguran Timur pada hari Kamis tanggal 22 Juni 2023 seorang warga Tionghoa berhasil membuat sebuah bacang daging ikan dan rempah lain yang disemur kering sebagai isinya dengan total berat 8200 gram atau 8,2kg," ujarnya.

Jeremy menyebutkan, setiap tahunnya pada tanggal 10 Juni Warga Tionghoa se dunia memperingati hari Bakcang Internasional. Dalam penanggalan Imlek tanggal 5 bulan 5.

Hari bakcang memperingati Qu Yuan yaitu sastrawan Tionghoa yang terjun di Sungai Miluo. Berulang kali memperingati raja di Tiongkok untuk jangan berperang, tetapi nasehat Qu Yuan diabaikan.

Hal ini membuat Qu Yuan terjun di Sungai Miluo Rakyat saat itu langsung membuat bacang terbuat dari beras ketan dan daging yang ujung nya lancip tujuannya supaya ikan dan udang tidak memakan jenasah Qu Yuan supaya dapat ditemukan.

Bacang memiliki 4 sudut, dan bacang diikat oleh tali, dalam tiap sudut memiliki arti filosofi nya:

1. Suami istri harus saling mencintai, saling mengasihi, karena Tuhan mempersatukan mereka dalam pernikahan jangan bertengkar, harus saling berbagi, harus dapat menerima kekurangan pasangannya, karena tidak ada yang sempurna dalam kehidupan

2. Sudut ke 2 sebuah doa harapan supaya sekeluarga damai sejahtera sehat selalu

3. Supaya dapat rezeki, jika dapat rezeki jangan lupa untuk berbagi kepada yang kekurangan

4. Bacang terbuat dari beras ketan supaya lengket melekat, menyatu, menjadi satu kesatuan. Ujung yang lancip di ke 4 ujungnya menjaga keluarga. Tali yang mengikat bacang, memiliki arti mengikat dan menyatukan berbagai unsur yang ada dalam kehidupan, dengan cinta kasih yang tulus.

"Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri itulah arti makna dari hari bacang," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya