Liputan6.com, Sukabumi - Seorang bayi laki-laki bernama Muhammad Risky Al Fajri, asal Kabupaten Sukabumi diduga mengalami gizi buruk. Bayi ini baru berumur 1 tahun 7 bulan. Sebagai orang tua, Yana (30) mengatakan, ia mengaku merasa sedih melihat kondisi anak keduanya yang mengalami gizi buruk.Â
Profesinya sebagai buruh kuli panggul buah aren, belum bisa mencukupi kebutuhan gizi sang anak. Yana juga mengaku kesulitan untuk memeriksa kesehatan anaknya ke rumah sakit.Â
Baca Juga
"Kondisi kesehatan anak saya, semakin hari kian memprihatinkan. Jika biaya pribadi saja tidak sanggup, jangankan untuk ke rumah sakit, makan sehari-hari saja sudah susah," kata Yana, Selasa (16/7/2024).
Advertisement
Dia menyebutkan, selama ini keluarganya tidak terdaftar sebagai penerima bantuan sosial. Meskipun tinggal dalam rumah dengan kondisi bangunan masih berbilik bambu. Kendati demikian, bantuan bagi sang anak bungsu masih mengalir dari beberapa dermawan. Kini buah hatinya itu sudah dirawat di RSUD Syamsudin SH, Kota Sukabumi.Â
Setiba di rumah sakit, bayi itu langsung mendapatkan perawatan medis di ruangan ICU RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi. Menurut keterangan dokter kepada orang tua, bayi tersebut memang menunjukan gejala indikasi mengalami gizi buruk.Â
Kondisi Gizi Buruk Terdeteksi Sejak Akhir Tahun 2023
Kepala Desa Parakanlima, Mirwanda Yamami membenarkan jika warganya pasangan suami istri Yana (30) dan Santi Susanti (32) mempunyai bayi yang terdeteksi sebagai anak dengan gizi buruk pada November 2023 lalu, oleh Bidan Desa Parakanlima, Kecamatan Cikembar.Â
Pihaknya mencatat, sebelumnya anak tersebut rutin datang ke Posyandu sampai Januari 2024. Namun, pada Februari 2024 anak tersebut tidak datang ke posyandu. Sehingga, tim kader dan Bidan Desa Parakanlima, Sukabumi, melakukan jemput bola ke rumah orang tuanya.
"Saat kader dan bidan desa kami ke rumah anak itu, telah didapatkan hasil berat badan 6,5 kilogram dan tinggi badan 67 centimeter dan anak tersebut masuk kategori gizi kurang," ujar Mirwanda.
Melalui kader posyandu dan bidan desa, pihaknya menganjurkan agar ibu membawa bayinya ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Selain itu, mereka juga mengedukasi kepada keluarga mengenai pentingnya asupan gizi di usia nol sampai anak berusia 2 tahun.Â
"Apabila tidak ditindaklanjuti, akan berdampak fatal untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Saat itu, ibu dari anak gizi buruk ini telah mengerti apa yang dijelaskan bidan desa. Namun ibunya tidak membawa anaknya ke Puskesmas," ungkapnya.
Advertisement
Berat Badan Bayi Risky hanya 6 Kilogram
Kemudian, pada Juni 2024 para kader dan bidan desa kembali memeriksa kondisi bayi gizi buruk dan didapati bahwa berat badan Risky hanya 6,6 kilogram dan tinggi 67 centimeter.Â
"Anak itu, terjaring gizi kurang dan anak dianjurkan untuk melakukan skrining ke Puskesmas yang akan mendapatkan PMT," jelasnya.
Orang tua Risky sempat datang ke Puskesmas pada 7 Juni 2024. Namun berat badan sang bayi justru semakin turun di angka 6.45 kilogram, serta kondisi kulit bayi berwarna kuning pucat.Â
Saat itu, dokter Puskesmas pun menyarankan agar Risky dirujuk ke rumah sakit karena sudah mendekati kategori gizi buruk. Terlebih, dikhawatirkan kondisi tersebut akan membawa penyakit penyerta lainnya.Â
"Bahkan, pada 22 Juni 2024 bidan desa sudah memasukan nama anak ke pengajuan program KIS ke Puskesmas. Tapi waktu jadwal mantok, tepat 24 Juni 2024 orang tua tidak membawa anak ke Posyandu atau Puskesmas," jelasnya.
Terakhir, pada 10 Juli 2024 bidan dan kader melakukan kunjungan ke rumahnya, untuk melihat kondisi anak. Dia berharap, orang tua berperan untuk memikirkan kondisi sang bayi.
"Jadi, dari mulai ibu itu hamil sampai lahiran kita intens melakukan upaya sampai jemput bola ke rumahnya. Karena, memang susah untuk datang ke Posyandu maupun ke Puskesmas, khususnya dari pihak ayahnya," ujar Mirwanda.Â
"Kita sudah mengupayakan jauh-jauh hari, sebelum anak itu lahir. Bahkan, ibunya dulu pas waktu lahiran sampai pendarahan, kita yang urus gratis pakai KIS juga. Kalau anaknya memang belum punya KIS dan itu masih diproses karena keluarganya susah dikunjungi," sambung dia.Â
Â
Bantuan Langsung Tunai dari Dana Desa
Lebih lanjut, ketika disinggung mengenai keluarga anak tersebut tidak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, seperti Bantuan Langsung Tunai dari Dana Desa (BLT-DD), pihak desa menjelaskan, bahwa kepala keluarga dinilai masih muda dan bisa beraktivitas atau berusaha seperti warga pada umumnya.
"Kami rasa suaminya ini masih muda dan kreatifitasnya masih tinggi karena, masih banyak juga warga kami tingkat ekonominya di bawah itu," jelasnya.Â
Dia mengatakan, upaya memantau perkembangan kondisi kesehatan bayi itu akan terus dilakukan, dan mendatangi rumah sakit. Pemerintah Desa Parakanlima dan Kecamatan Cikembar disebut sudah memberikan rujukan berupa SKTM dan bantuan lainnya bagi keluarga.Â
"Saat ini, anak itu sedang ditangani di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, untuk mendapatkan tindakan medis secara intensif. Istri saya dan istri Pak Camat sudah berkunjung ke rumah sakit. Bahkan, Kepala Puskesmas juga sudah di sana untuk melihat perkembangan kondisi kesehatan anak," sambung dia.
Â
Advertisement