Edukasi Literasi Keuangan dan Keamanan Keuangan Teman Tuli

Inklusi keuangan bukan hanya tentang memberikan akses, tetapi juga memastikan setiap individu, termasuk mereka yang memiliki hambatan, memahami cara menggunakan layanan keuangan dengan aman dan efisien.

oleh Tim Regional diperbarui 27 Jul 2024, 02:01 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2024, 22:51 WIB
PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin) atau yang dikenal sebagai pengelola jaringan Link, menyelenggarakan acara bertajuk Petualangan Inklusi di Museum BI. (Liputan6.com/ ist)
PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin) atau yang dikenal sebagai pengelola jaringan Link, menyelenggarakan acara bertajuk Petualangan Inklusi di Museum BI. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN), PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin) atau yang dikenal sebagai pengelola jaringan Link, menyelenggarakan acara bertajuk Petualangan Inklusi di Museum BI.

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan dan keamanan bagi anak-anak penyandang disabilitas, khususnya Teman Tuli.

Jalin mengajak anak-anak dari Sekolah Luar Biasa (SLB) di DKI Jakarta untuk mengunjungi Museum Bank Indonesia, memperkenalkan sejarah sistem pembayaran di Indonesia, dan memberikan mereka kesempatan yang setara dalam mendapatkan literasi keuangan.

Lewat kampanye #SemuaBisaSetara, Jalin mengajak kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan sistem pembayaran digital yang aman dan inklusif bagi semua orang.

Direktur Eksekutif Yayasan Helping Hands, Wendy Kusumowidagdo, mengapresiasi langkah inisiatif Jalin dengan dukungan dari Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dalam menyelenggarakan acara peningkatan literasi keuangan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Edukasi dan literasi keuangan yang inklusif sangat penting untuk memastikan Teman Tuli dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat dan ekonomi digital.

"Melalui kegiatan ini Teman Tuli dapat lebih waspada dan terlindungi saat menggunakan layanan sistem pembayaran digital," jelasnya.

Menurutnya inklusi keuangan bukan hanya tentang memberikan akses, tetapi juga memastikan setiap individu, termasuk mereka yang memiliki hambatan, memahami cara menggunakan layanan keuangan dengan aman dan efisien.

"Teman Tuli, seperti kelompok rentan lainnya, sering menghadapi tantangan lebih besar dalam memahami dan mengakses layanan keuangan digital. Oleh karena itu, acara seperti ini sangat penting untuk memberikan mereka pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan," ujar Wendy.

 

 

Literasi Keuangan

Direktur Komersial Jalin, Eko Dedi Rukminto, menekankan pentingnya mempersiapkan anak-anak dengan literasi keuangan digital yang memadai.

"Kita tidak ingin generasi emas ini mengalami kesulitan atau bahkan menjadi korban fraud saat menggunakan layanan sistem pembayaran digital," jelasnya.

Sementara Head of Product & Technology ASPI, Tata Martadinata pihaknya terus berupaya untuk memberikan edukasi yang menyeluruh kepada seluruh lapisan masyarakat, mengenai pentingnya memahami dan menggunakan sistem pembayaran digital dengan aman.

"Ini sangat penting mengingat tren transaksi pembayaran yang semakin beralih ke metode digital, salah satunya akseptasi penggunaan QRIS yang terus meningkat. Dengan pemahaman yang baik, kita bisa meminimalisasi risiko penipuan dan fraud yang bisa merugikan, terutama bagi anak-anak agar mereka bisa lebih siap menghadapi masa depan digital sebagai bagian dari cashless society," katanya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat baru sekitar 20 persen dari total penyandang disabilitas yang memiliki akses terhadap produk dan jasa keuangan. Selain itu, berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLKI) yang dilakukan OJK pada tahun 2022, indeks literasi keuangan pelajar masih mencapai 47,56 persen atau di bawah tingkat rata-rata nasional sebesar 49,68 persen.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya