Liputan6.com, Yogyakarta - Menurut data dari WHO pada tahun 2021, bunuh diri merupakan penyebab kematian ketiga terbesar pada kelompok usia 15-29 tahun secara global. Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) merasa penting untuk menggelar kampanye kesehatan mental untuk mencegah bunuh diri di depan Gedung AR Fakhruddin A dan B UMY, Selasa (10/9/2024).
Rifki Febriansah Kepala LPKA UMY, menekankan pentingnya kesadaran seluruh sivitas akademika terhadap kesehatan mental, terutama pada hari peringatan World Suicide Prevention Day (Hari Pencegahan Bunuh Diri Internasional). “Peringatan ini perlu dikampanyekan karena perkembangan kesehatan mental seluruh civitas akademika harus didampingi bersama. Kita harus saling mendukung dan mengetahui kondisi teman dekat kita, apakah mereka baik-baik saja atau sedang mengalami masalah,” kata Rifki Selasa 10 September 2024.
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya seluruh sivitas akademika harus peduli ketika ada yang membutuhkan bantuan atau pendampingan kesehatan mental. Kehadiran tim dari LPKA siap mendampingi, selain mahasiswa juga bisa berpartisipasi aktif dalam mendampingi sesama mencegah aksi bunuh diri.
Kampanye yang juga dihadiri mahasiswa baru angkatan 2024 ini, Rifki menginformasikan tentang layanan pendampingan psikologi dengan tim psikolog dan psikiater dari UMY serta dpat digunakan bagi yang membutuhkan. Ia berharap mahasiswa dapat menjadi duta dan perpanjangan tangan tim psikolog UMY yang dapat membantu mendampingi dan melihat kondisi psikologis mahasiswa lainnya. “Jika Anda menghadapi masalah, sampaikan dan curhat kepada teman dekat. Jika perlu diskusi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi tim psikolog UMY. Kami berharap solusi bisa ditemukan bersama,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu mahasiswa peserta kampanye, Ahmad Ragil Hidayatullah Faisal, dari Program Studi Pendidikan Agama Islam angkatan 2023 menyatakan keikutsertaannya ini sebagai bentuk kepedulian terhadap tingginya angka bunuh diri. Ia pun berpesan kepada mahasiswa yang merasa kesepian atau menghadapi masalah. “Ingatlah bahwa Anda tidak sendirian di luar sana. Banyak orang yang peduli. Jangan ragu untuk menghubungi teman-teman dekat kalian jika membutuhkan dukungan. Anda tidak sendirian, ada orang tua dan teman-teman dan kampus yang sangat peduli,” ujarnya.
Data WHO menyebutkan setiap tahunnya, sebanyak 726.000 orang meninggal akibat bunuh diri, dan banyak lagi yang melakukan percobaan bunuh diri. Fenomena bunuh diri ini tidak hanya terjadi di negara-negara berpendapatan tinggi, faktanya, hampir tiga perempat (73%) kasus bunuh diri global terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun 2021.