Kemiskinan Gorontalo Stagnan, Ini Saran dari Badko HMI Sulut-Go

Data kemiskinan di Gorontalo kerap menjadi bahan perdebatan. Sebab, hingga kini tanah serambi madinah masih di angka 5 termiskin se Indonesia.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 06 Okt 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2024, 19:00 WIB
Badko HMI Sulut-Go
Pengurus Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sulawesi Utara-Gorontalo (Badko HMI Sulut-Go) saat mengghadap Pj Gubernur Gorontalo (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Memasuki usia 23 tahun sejak berdiri, Provinsi Gorontalo masih bergulat dengan permasalahan kemiskinan dan ketimpangan. Data kemiskinan di Gorontalo kerap menjadi bahan perdebatan. Sebab, hingga kini tanah serambi madinah masih di angka 5 termiskin se Indonesia. Sementara, data yang ada tidak menunjukkan penurunan yang signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Berdasarkan data yang ada, tahun 2019 tingkat kemiskinan di Gorontalo tercatat 15.52 persen, tahun 2020 turun menjadi 15,22 persen. Namun tiba-tiba kembali naik menjadi 15.61 persen pada 2021. Setelah itu, tahun 2022, angka tersebut menurun sedikit menjadi 15,42 persen dan pada 2023 menjadi 15.15 persen. Meski terjadi fluktuasi, tidak terlihat adanya penurunan yang konsisten dalam beberapa tahun terakhir ini.

Menanggapi situasi ini, Ketua Umum Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Sulawesi Utara-Gorontalo (Badko HMI Sulut-Go), Aris Setiawan, menghadap Pj Gubernur Gorontalo. Dirinya dan beberap kader HMI di Gorontalo menyampaikan perlunya langkah konkret dalam mengatasi masalah kemiskinan. Terutama terkait dengan data yang digunakan pemerintah saat ini.

Kritik Akurasi Data Kemiskinan

Aris Setiawan menekankan, pentingnya pemerintah Gorontalo untuk memberikan data kemiskinan yang akurat dan terkini. Menurutnya, data kemiskinan saat ini tidak mencerminkan kondisi nyata di lapangan, baik di desa maupun di kota. “Coba bayangkan, terdapat 183,071 ribu jiwa yang masuk kategori miskin di Gorontalo. Dari jumlah tersebut, 159,60 ribu jiwa berada di pedesaan dan 24,12 ribu jiwa di wilayah perkotaan. Namun, kita belum memiliki bukti nyata mengenai kondisi aktual masyarakat di kedua wilayah ini,” kata Aris pada Jumat (4/10/2024).

Aris juga mengkritik, paradigma pembangunan desa yang selama ini hanya berdasarkan perkiraan dan tidak didukung oleh data yang akurat. Akibatnya, banyak program pembangunan tidak tepat sasaran dan tidak berdampak maksimal bagi masyarakat desa.

Simak juga video pilihan berikut:

Inovasi Teknologi

Selain itu, Aris menyoroti masih rendahnya pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam pengelolaan data di desa. Menurutnya, pemerintah seharusnya memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mempercepat dan meningkatkan akurasi pengumpulan data serta melibatkan warga desa secara aktif dalam proses tersebut. “Kini teknologi sudah sangat maju. Pemerintah harus memanfaatkan teknologi ini secara efektif dan efisien, serta melibatkan masyarakat desa untuk memastikan data yang dikumpulkan akurat dan up-to-date,” tambahnya.

Dalam audiensi tersebut, Aris berharap pemerintah Provinsi Gorontalo segera menyelesaikan polemik terkait data kemiskinan yang selama ini berlarut-larut. Ia juga mengusulkan agar perencanaan pembangunan di Gorontalo dilakukan berdasarkan data yang aktual dan terus diperbarui. “Solusi untuk masalah kemiskinan di Gorontalo harus dimulai dari data yang valid dan up-to-date. Pemerintah dan stakeholder harus bekerjasama untuk mengatasi masalah ini, terutama dalam memperbaiki desil kemiskinan yang ada,” tegas Aris.

Dengan audiensi ini, Badko HMI Sulut-Go berharap pemerintah Provinsi Gorontalo mampu mengambil langkah inovatif untuk mengatasi ketimpangan dan kemiskinan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat di seluruh wilayah Gorontalo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya