Kok Bisa Angin Duduk Berkaitan dengan Serangan Jantung? Ini Penjelasan Dokter Spesialis RSUD Jabar

Angina pectoris adalah nyeri dada akibat nyeri jantung. Tapi angin duduk itu rasanya lebih karena orang awam menganggapnya adalah gejala masuk angin.

oleh Arie Nugraha diperbarui 20 Okt 2024, 04:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2024, 04:00 WIB
Gambar Ilustrasi Serangan Jantung
Sumber: Freepik

Liputan6.com, Bandung - Istilah angin duduk kerap digunakan masyarakat untuk menyebut adanya serangan jantung yang terjadi. Namun, tentunya masyarakat tidak mengetahui bahwa angin duduk ini merupakan adanya gangguan jantung.

Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Al-Ihsan, Widi Nugraha Septian, menariknya dalam bahasa medis angin duduk pengucapannya hampir menyerupai yakni angina pectoris.

"Angina pectoris adalah nyeri dada akibat nyeri jantung. Tapi angin duduk itu rasanya lebih karena orang awam menganggapnya adalah gejala masuk angin," ujar Septian dalam acara Bincang Asik (Bisik) Seputar Kesehatan RSUD Provinsi Jabar Al-Ihsan, ditulis Bandung, awal Oktober lalu.

Septian mengatakan akibat salah diagnosis, maka biasanya orang yang sedang mengalami katanya angin duduk merasa tidak nyaman dan minta kerokan tapi tidak hilang.

Salah diagnosis oleh masyarakat itu diketahui oleh Septian, usai memeriksa sejumlah pasien yang mengalami hal serupa.

"Makanya kalau ada datang pasien yang (mengeluh) aduh masuk angin dikerok, nah kita (dokter) kadang-kadang perlu evaluasi nih. Apakah keluhannya ke arah angina pectoris yang gejalanya berupa nyeri dada," kata Septian.

Septian menjelaskan nyeri dada ini bukan satu-satunya keluhan yang terjadi saat terpapar penyakit angina pectoris.

Organ jantung yang berada di dalam bagian dalam dada manusia. Jalur sarafnya berada di tulang belakang. Sehingga saat terjadi nyeri jantung, tidak dapat ditunjuk pada satu titik bagian tubuh.

"Jadi kalau misalnya ada gejala tidak nyaman di dada, seperti tertekan benda berat, ada penjalaran ke leher, bahu, itu mungkin suatu gejala angina pectoris atau yang disebut angin duduk tadi," sebut Septian.

Maka dari itu untuk mengetahui seseorang terjangkit angina pectoris atau nyeri dada yang muncul akibat adanya gangguan aliran darah ke jaringan otot jantung harus diketahui secara terperinci.

 

Kelompok Rentan Terjangkit Angina Pectoris

Septian menjelaskan penyakit angina pectoris dapat terjadi terhadap kelompok laki-laki usia muda lebih berisiko penyakit ini dibandingkan perempuan usia muda.

"Kenapa perempuan lebih kebal? Perempuan itu memiliki hormon untuk dia menstruasi (datang bulan). Hormon menstruasi tersebut melindungi pembuluh darah, sehingga perempuan di usia muda lebih terlindungi pembuluh darahnya dari penyakit pembuluh darah jantung," ungkap Septian.

Septian menuturkan saat perempuan tersebut mencapai masa menstruasinya berhenti atau menopause, maka risiko terjangkit penyakit angina pectoris atau yang disebut angin duduk akan mengancam.

Faktor risiko terpapar penyakit angina pectoris hal itu tidak diubah sama sekali. Alasannya ucap Septian yakni struktur tubuh perempuan dan laki-laki tidak dapat diubah.

"Yang kedua (kelompok rentan) adalah usia. Usia semakin tua pembuluh darah semakin kaku, metabolisme semakin melambat, faktor risiko juga akan semakin tinggi," ungkap Septian.

Artinya, semakin bertambahnya usia maka faktor risiko terjangkit penyakit jantung tidak dapat terhindarkan. Terakhir kata Septian adalah gangguan jantung karena keturunan atau genetik.

Penyakit jantung akibat genetik tersebut biasanya dalam suatu keluarga pertama seperti ayah, ibu, kakak atau adik.

"Bukan kakek ke cucu. Ayah, ibu ke anak kan satu tahap. Nah itu first degree relative yang tidak dapat dimodifikasi," terang Septian.

Septian menambahkan penyakit angina pectoris yang dapat dimodifikasi atau ditangkal kejangkitannya adalah dengan mengubah kebiasaan.

Di antaranya adalah meninggalkan kebiasaan merokok, menyembuhkan penyakit kronis seperti hipertensi (darah tinggi), kolesterol tinggi akibat sering makan goreng-gorengan dan diabetes serta obesitas.

"Itu adalah faktor-faktor risiko dari penyakit jantung. Jadi kalau misalnya ada faktor risiko tersebut harus dihindari biar kita terhindar dari penyakit jantung," ungkap Septian.

 

Angina Pectoris Picu Kematian

Septian memaparkan organ jantung bekerja karena suplai dari pembuluh darah yang disebut pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner ini menyalurkan oksigen, aliran darah untuk jantung agar bekerja semestinya.

Fungsi jantung sendiri adalah organ untuk memompa darah. Selain itu di organ jantung ada aktivitas listrik selama bekerja.

"Seluruh suplai itu dikasih oleh pembuluh darah koroner namanya. Sehingga ada yang namanya penyakit jantung koroner karena terjadi penyumbatan di pembuluh darah tersebut," ucap Septian.

Untuk skema serangan jantung, Septian menerangkan berarti ada penyumbatan yang tetiba aliran darah di pembuluh darah koroner terganggu.

Akibatnya, pasokan darah dari pembuluh darah koroner ke organ jantung tetiba menghilang. Jantung tetiba tidak menerima pasokan darah.

"Fungsinya terganggu, kerjanya terganggu, listriknya terganggu, pompanya terganggu. Saat jantung tidak bisa memompa, otomatis akan berbahaya sekali akan mengancam jiwa," jelas Septian.

Adanya dampak yang mematikan itu, Septian mewanti-wanti agar gejala angina pectoris alias angin duduk ditanggulangi segera.

 

Ciri Khas Nyeri Serangan Jantung

Untuk mengantisipasi serangan jantung apapun istilahnya, Septian menjelaskan ciri khas nyeri adanya serangan jantung. Diantaranya adalah nyeri di bagian dada dengan tidak bisa ditunjuk dengan satu jari.

"Jadi nyerinya tuh bukan titik tapi area dada. Biasanya disertai dengan penjalaran ke leher, punggung atau lengan kiri yang paling sering," terang Septian.

Kemudian biasanya diiringi dengan gejala lain seperti keringat dingin dan mual muntah. Namun pada kondisi tertentu pada kelompok pasien diabetes, perempuan dan lansia terkadang seluruh gejala khas serangan jantung ini tidak terdeteksi.

Semisal di pasien perempuan terasa nyeri di area dada tapi tidak ada pejalaran ke area leher, punggung dan lengan kiri, tetap harus dicurigai sebagai serangan jantung.

"Karena ketiga populasi tersebut pasien perempuan, diabetes dan lansia biasanya gejala-gejalanya kurang khas. Kayak ketusuk-tusuk saja tapi kayak enggak enak saja, ternyata angina pectoris," ungkap Septian.

Nah dengan uraian medis diatas, seharusnya Anda tidak lagi menyepelekan rasa nyeri di area dada. Segera mencari pertolongan medis terdekat. 

Gejala khas serangan jantung itu tidak cukup dengan mengistirahatkan tubuh apalagi kerokan. Dalam waktu singkat penanganan medis di layanan medis gawat darurat harus segera ditempuh. (Arie Nugraha)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya