Buku Indonesia Darurat Irama, Identifikasi 161 Jenis Irama Musik Latin

Buku indonesia Darurat Irama resmi dirilis di Jakarta pada Senin, 28 Oktober 2024. Buku ini lahir dari 35 tahun Rudy Octave menjalani karier sebagai seorang musisi, arranger,produser, dan pianis.

oleh Viatari Pencawan diperbarui 31 Okt 2024, 23:00 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2024, 23:00 WIB
Launching Indonesia Darurat Irama demi kelestarian budaya bangsa
Peluncuran karya tulisan Indonesia Darurat Irama oleh Rudy Octave ini menyadarkan kita bahwa di Indonesia yang memiliki ratusan bahkan ribuan corak suku bangsa dan budaya dengan ragam alat musik tradisional

Liputan6.com, Jakarta - Buku indonesia Darurat Irama resmi dirilis di Jakarta pada Senin, 28 Oktober 2024. Buku ini lahir dari 35 tahun Rudy Octave menjalani karier sebagai seorang musisi, arranger, produser, dan pianis. Di dalam buku tersebut Rudy Octave membedah sejarah panjang perjalanan terciptanya arus musik latin yang merupakan akibat dari kegiatan kolonisasi bangsa-bangsa dari daerah latin Eropa yang mengekspansi wilayah benua Amerika.

Perubahan masif ini terus terjadi di seantero benua Amerika hingga kemunculan negara Amerika Serikat yang mengambil peran penting dalam perkembangan industri musik.Perkembangan industri musik pada era kebangkitan negara Amerika Serikat turut sertaberdampak pada pertumbuhan musik latin seiring dengan eksodus masif para musisi dari selatan benua Amerika menuju kawasan Amerika Serikat yang terlihat lebih menjanjikan.

Melalui penelitian buku Indonesia Darurat Irama, Rudy Octave berhasil mengidentifikasi dan mendata ragam irama musik latin yang berjumlah 161 jenis irama yang tertuang di dalam tabel yang tersaji lengkap dengan tahun dan asal usul sejarahnya.

Menurut Rudy Octave, irama merupakan suatu penemuan seni yang sangat penting dalam sebuah pengkaryaan seni musik budaya, dimana irama dapat mendorong perkembangan musik menjadi semakin maju dan alunan musik menjadi lebih luas pengertian dan dampaknya yang melahirkan suatu gerakan koreografi tari dengan pakem yang khas dan pasti, yang dapat diikuti oleh semua orang dengan gerakan yang sesuai.

Hal ini juga menjadikan irama pada seni musik dapat lebih dinikmati, memiliki makna mendalam, dan dapat dipelajari dengan mudah. Rudy Octave menganggap bahwa proses tersebut tidak akan berhasil jika irama-irama tadi tidak memiliki nama sehingga orang akan kesulitan dalam mengidentifikasi, menyebut, memanggil, dan mengkomunikasikan jenis musik tersebut. Nama irama-irama harus terdokumentasi dan disosialisasikan dengan baik, yang dalam perjalanannya secara otomatis akan menciptakan suatu struktur tari sosial atau social dance menjadi mudah memasyarakat.

Rudy Octave juga menjelaskan bahwa perkembangan teknologi yang masif akan membuat proses pendataan nama irama menjadi sangat mudah untuk diakses melalui jaringan internet lewat berbagai macam aplikasi website, aplikasi mesin pencari, dan sistem Artificial Inteligent atau AI.

Dalam perilisan buku ini Rudy Octave menampilkan sajian penampilan budaya tradisi Indonesia yang dikolaborasikan dengan irama latin pada lagu daerah dari suku Dayak Kanayatn, Kalimantan Barat yang berjudul “Lenggon” yang dibawakan oleh Laskar Dayak, serta lagu “Rahwana Gandrung” yang berasal dari suku Sunda, Jawa Barat yang dibawakan oleh Ki Dalang Bubun Subandara.

Peluncuran karya tulisan Indonesia Darurat Irama oleh Rudy Octave ini menyadarkan kita bahwa di Indonesia yang memiliki ratusan bahkan ribuan corak suku bangsa dan budaya dengan ragam alat musik tradisional yang tak terhitung pula jumlahnya, ternyata hampir tidak memiliki pencatatan secara baku tentang irama asli yang secara otentik dimiliki oleh Nusantara.

Rudy Octave berusaha untuk menjawab kegundahan dan ketidaktahuan para awam, penikmat musik, para praktisi dan pelajar seni musik tentang fenomena darurat irama yang selama ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia secara luas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya