Disindir Ridwan Kamil Sebagai Proyek Gagal, Ini Keistimewaan LRT Palembang yang Diminati Warga Sumsel

Sempat disindir eks Gubernur Jabar Ridwan Kamil sebagai proyek gagal, ternyata peminat LRT Palembang Sumsel membludak dari tahun ke tahun.

oleh Nefri Inge diperbarui 13 Des 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 13 Des 2024, 03:00 WIB
Waktu Tempuh Tercepat LRT Palembang Belum Capai Target
LRT Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Jika di awal muncul, Light Rail Transit (LRT) Palembang diminati sebagai moda transportasi wisata saja, kini tren tersebut berubah seiring dengan tingkat kebutuhan kendaraan cepat di Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel).

Bahkan pada 2022 lalu, LRT Palembang sempat disindir eks Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil. Dia mengatakan, LRT Palembang adalah proyek gagal dan tidak bagus dikembangkan. Apalagi menghabiskan APBN hingga triliunan.

"Ada juga konsep saya kasih tahu kegagalan decision Rp9 triliun membuat namanya LRT Palembang," ujar Ridwan Kamil akhir 2022.

 

Namun seiring waktu, LRT Palembang sudah menjadi salah satu alternatif kendaraan bebas macet dengan harga yang sangat terjangkau. Tiket per penumpang hanya Rp5.000 sekali keberangkatan ke semua rute, dan Rp10.000 untuk rute dari dan ke stasiun Asrama Haji dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang.

Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan (BPKARSS) Rode Paulus berkata, di awal berita terkait Ridwan Kamil yang menyinggung LRT Palembang, membuat warga Sumsel merasa tersinggung dengan ucapan Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta tersebut.

“Buat kami itu jadi candu, karena ada sindiran, jadi kami juga terus tingkatkan pelayanan, salah satunya dengan menghadirkan feeder. Tapi yang marah adalah warga Palembang, karena mereka yang merasakan sendiri manfaat LRT Palembang,” ujarnya, saat menggelar konferensi pers Capaian Kinerja LRT Sumsel Tahun 2024, di Hotel Beston Palembang Sumsel, Selasa (10/12/2024).

Memang ada perbedaan antara penumpang LRT Palembang dan LRT/MRT di Jakarta. Di ibukota, moda transportasi LRT digunakan karena menghindari kemacetan, harga lebih murah dan jarak yang ditempuh lebih cepat sampai.

Sehingga banyak orang yang tak punya pilihan kecuali menggunakan LRT. Apalagi para pekerja yang berasal dari luar DKI Jakarta, harus mengeluarkan dana besar jika membawa kendaraan menuju ke tempat kerjanya di Jakarta, serta waktu perjalanan yang jauh dan lama.

Sedangkan, karakter penumpang LRT Palembang sendiri, mengutamakan pelayanan dan kenyamanan. Karena LRT Palembang adalah moda transportasi pilihan, yang bisa ditinggalkan kapan saja jika pelayanannya buruk.

“Kalau pelayanannya tak bagus, tak bisa diandalkan, pasti akan ditinggalkan. Karena orang yang naik LRT Palembang adalah penumpang yang tinggalnya berdekatan dengan stasiun LRT, terhubung dengan rute feeder, menuju ke bandara atau menghindari di titik-titik kemacetan di Palembang. Memang cara kerjanya beda, kita berusaha agar jangan ada penumpang yang pindah (pilihan transportasi),” ujarnya.

Dengan jalur LRT Palembang sepanjang 23,3 Kilometer dan 13 stasiun, peningkatan penumpang sudah sangat signifikan sejak pertama kali diresmikan di tanggal 1 Agustus 2018 lalu. LRT Palembang juga menjadi penunjang moda transportasi alternatif, untuk mendukung Asian Games 2018 di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, di era kepemimpinan Gubernur Sumsel Alex Noerdin.

Di tahun 2018, jumlah penumpang LRT Palembang masih di angka 927.432 orang per tahunnya dan melonjak tajam di angka 2,6 jutaan tahun 2019. Saat Pandemi COVID-19 melanda selama 2020-2021, jumlah penumpang menurun drastis di angka 1 juta hingga 1,5 jutaan per tahun.

“Di tahun 2022, jumlah penumpang kembali meningkat di angka 3 jutaan dan mencapai 4 jutaan tahun 2023. Tahun ini kita bisa proyeksi hingga akhir tahun bisa melonjak di angka 4,3 jutaan penumpang,” ujarnya.

 

Minat Penumpang

Disindir Ridwan Kamil Sebagai Proyek Gagal, Ini Keistimewaan LRT Palembang yang Diminati Warga Sumsel
Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan (BPKARSS) Rode Paulus saat menjelaskan capaian kinerja LRT Palembang tahun 2024 (Liputan6.com / Nefri Inge)

Berbagai cara dilakukan managemen LRT Palembang, agar warga Sumsel berminat menaiki kereta api ringan tersebut. Seperti membuka program edu trip, yakni kunjungan para pelajar untuk mengetahui bagaimana menaiki LRT Palembang.

Lalu ada pojok baca digital di beberapa stasiun LRT Palembang, bahkan di Sabtu-Minggu akan ada musisi lokal yang tampil tanpa dipungut biaya di stasiun. Dari sana, para musisi tersebut bisa mendapatkan pendapatan lebih, dari sumbangan para pengunjung yang menonton.

Rode Paulus berujar, pembangunan LRT Palembang memakan dana pemerintah hingga Rp10 triliunan, sehingga dalam jangka waktu terdekat belum ada rencana penambahan jalur LRT Palembang.

“Kita memang tidak bisa terintegrasi dengan stasiun kereta api di Kertapati, karena ini skema pemerintah pusat yang bangun dan masih disubsidi. Tapi di masa mendatang, perlahan bisa diambil oleh pemerintah daerah agar bisa dioperasionalkan. Jadi tak perlu berpikir investasi awalnya, tinggal melanjutkan saja,” katanya.

Sebelum ada kendaraan feeder, jumlah penumpang hanya di angka 8.000 orang/hari. Namun setelah feeder terkoneksi dengan stasiun LRT Palembang, jumlah penumpang naik hingga 30 persen. Terlebih hingga kini, penumpang LRT Palembang yang naik feeder tidak dikenakan biaya apapun alias gratis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya