Gelung Ciwidey, Tatanan Rambut Khas Sunda Berbentuk Huruf Arab

Gelung yang berasal dari wilayah Jawa Barat ini mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Sunda yang menjunjung tinggi keindahan alami dan keselarasan dengan alam. Umumnya, gelung ciwidey dikenakan dalam berbagai upacara adat maupun acara penting.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 03 Jan 2025, 04:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2025, 04:00 WIB
Akhirnya Sah! Potret Rizky Febian dan Mahalini Resmi Menikah dalam Balutan Busana Adat Sunda
Lihat di sini potret tampilan akad nikah Rizky Febian dan Mahalini yang kental nuansa adat Sunda. [IG/@lisajuofficial]

Liputan6.com, Bandung - Gelung ciwidey merupakan tatanan rambut khas perempuan Sunda yang sekaligus menjadi bagian kekayaan budaya Sunda. Selain sebagai tatanan rambut, gelung tradisional ini juga sarat makna.

Gelung yang berasal dari wilayah Jawa Barat ini mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Sunda yang menjunjung tinggi keindahan alami dan keselarasan dengan alam. Umumnya, gelung ciwidey dikenakan dalam berbagai upacara adat maupun acara penting.

Mengutip dari indonesiakaya.com, gelung ini lebih dikenal sebagai sanggul pasundan atau sanggul kesundaan pada masa kejayaan Kerajaan Sumedang. Pada masa itu, gelung tersebut cukup populer di kalangan bangsawan hingga rakyat biasa.

Sejak 1947, tradisi mengenakan gelung ciwidey di Jawa Barat mulai banyak dilakukan. Jauh sebelum itu, gelung tradisional ini masih terus dilestarikan sejak ratusan tahun lalu hingga kini.

Gelung ciwidey memiliki bentuk yang banyak dipengaruhi oleh agama Islam, yakni berupa huruf Arab alif dan nun. Dalam istilah Sunda, bentuk tersebut disebut alif pakait sareng nun (alif berkait dengan nun).

Bukan sekadar bentuk, huruf alif dan nun pada gaya rambut ini juga memiliki filosofi tersendiri. Huruf alif yang lurus melambangkan ketegasan dan sikap konsekuen.

Ketika membaca Al-Qur’an, huruf nun mati yang bertemu alif dibaca jelas dan pendek dengan suara tegas, tidak samar, dan tidak mendengung. Dengan demikian, pertemuan antara alif dan nun dalam sanggul khas Ciwidey juga melambangkan sikap tegas dan lantang, terutama dalam mengutarakan kebenaran.

Berbentuk agak bulat, sanggul ini terletak di bagian belakang kepala dengan bagian bawah yang tidak menyentuh leher. Pada kedua sisi sanggul, digunakan jabing atau sunggar.

Untuk membuat gelung ciwidey, dimulai dengan membagi rambut menjadi dua bagian, yakni depan dan belakang. Bagian depan disasak dan dibentuk menjadi jabing yang bulat, sedangkan bagian belakang diikat setinggi 5-7 jari dari batas pertumbuhan rambut (hairline).

Rambut bagian belakang kemudian ditambahkan cemara rambut sepanjang 90-100 cm. Selanjutnya, disatukan dengan rambut asli, dipilin, dan disisir hingga rapi.

Kemudian, letakkan tangan kiri di bawah rambut bagian belakang dan putar rambut menggunakan tangan kanan. Putaran rambut hanya dilakukan pada bagian belakang kepala, mengikuti hairline.

Setelah semua rambut terputar, tekan tangan kiri pada pangkal rambut untuk membuat bagian atas sanggul mencuat. Sisi-sisi rambut yang terputar akan secara alami mengikat bagian tengah rambut.

Kemudian, selipkan sisa rambut yang belum terikat di belakang sanggul. Rapikan sanggul dengan menariknya perlahan, sehingga sisi kiri dan kanan rambut terlihat jelas dari depan melalui leher.

Jangan lupa untuk mengatur bagian atas sanggul agar sejajar dengan sunggar atau sasakan bagian atas. Sebagai pemanis, tambahkan hiasan cucuk gelung pada sisi kanan dan kiri sanggul bagian tengah.

Cucuk gelung biasanya terbuat dari tanduk binatang, emas, maupun perak. Pilihan bahan ini mencerminkan status sosial pemakainya.

Pada zaman dahulu, cucuk gelung berbahan emas menjadi favorit golongan ningrat. Sedangkan masyarakat biasa memilih bahan yang lebih sederhana, seperti tanduk atau imitasi logam.

Hingga kini, gelung ciwidey masih menjadi pilihan gaya rambut bagi perempuan Sunda. Mereka memakai gaya rambut ini untuk upacara adat maupun acara penting.

 

Penulis: Resla

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya