Ini Alasan Pemda DIY Wacana Tutup Plengkung Gading Kraton Yogyakarta

Berdasarkan temuan Dinas Kebudayaan DIY tahun 2018, terdapat deformasi berupa retakan di lengkung Plengkung Gading. Hal ini disebabkan oleh tekanan aktivitas dan tekanan lalu lintas sehingga muncul wacana akan menutup Plengkung Gading.

oleh Yanuar H diperbarui 27 Jan 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2025, 01:00 WIB
Sirine Gaok
Menara Gauk Plengkung Gading dan Pasar Gedhe Bringharjo didirikan bersamaan dengan tempat lainnya pada 1930.... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Pemda DIY memiliki wacana menutup Plengkung Gading atau Plengkung Nirbaya berdasarkan temuan dari Dinas Kebudayaan DIY tahun 2018, terdapat deformasi berupa retakan yang berpotensi besar merusak konstruksi fisik Plengkung Gading. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, penataan Plengkung Gading berkaitan dengan penataan pedagang untuk menjamin keberlangsungan usaha mereka. “Akan ditata. Kan baru percobaan saja. Memungkinkan atau tidak,” ungkap Sri Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta 22 Januari 2025.

Plengkung Gading yang masuk dari bagian Sumbu Filosofi maka akan ditata ulang sesuai implementasi rekomendasi UNESCO usai penetapan Sumbu Filosofi sebagai Warisan Dunia Tak Benda. Area Sumbu Filosofi membentang dari Tugu Pal Putih hingga Panggung Krapyak di selatan, berbatas Kali Winongo. “Ya semua kan ada rekomendasi-rekomendasi dari UNESCO yang harus diurus. Kawasannya dari Tugu sampai selatan sana. Kan ada rekomendasinya,” jelas Sri Sultan.

 

Namun untuk waktu menutup Plengkung Gading Sultan HB X menyatakan mengaku belum mengetahuinya begitu juga mekanismenya. Menurutnya akan ada uji coba sebelum wacana itu dilakukan. “Belum. Dicoba saja belum,” tutup Sri Sultan.

Sementara itu Kepala DPUPESDM DIY, Anna Rina Herbranti mengatakan retaknya Plengkung Gading memang benar karena tekanan lalu lintas yang berakibat cukup fatal bagi Plengkung Gading. Kondisi ini memaksa untuk menata ulang dan manajemen lalu lintas. “Soal plengkung Gading itu ranahnya di Dishub DIY. Itu kan cagar budaya dan ada di sumbu filosofi. Lalu lintas kalau ini jumlahnya padat dan melihat kondisi plengkung nya kan beberapa ada yang retak. Ini sudah lama sekali jadi harus dijaga, terutama dari lalu lintas yang lewat,” kata Ana.

Ana menyatakan bahwa harus ada uji coba terkait pengaturan lalu lintas di kawasan ini berkerja sama dengan dengan lurah dan kepolisian serta masyarakat. Setelah itu, baru akan uji coba untuk mengetahui hasil dari uji coba itu apakah bisa diterapkan atau tidak dan kemudian menutup Plengkung Gading. “Meskipun ditutup, kan ada jalur alternatif sisi timurnya. Ini perlu dilakukan untuk mengamankan cagar budaya,” jelas Ana.

Penghageng Kawedanan Hageng Datu Dana Suyasa Kraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi mengaku belum dapat memastikan uji coba penutupa. Pihaknya masih menunggu hasil koordinasi lebih lanjut dengan Dinas PUPESDM DIY. "Nah, itu (waktu uji coba) aku nggak tahu, dari PU (Pekerjaan Umum)," kata GKR Mangkubumi pada Selasa (21/01) di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

Rencana menutup Plengkung Gading akan ada sosialisasi dan rencana matang terutama pedagang di kawasan tersebut, termasuk di kawasan Alun-alun Selatan. Kraton Yogyakarta tidak mengusir para penggiat ekonomi di kawasan tersebut tanpa adanya penataan. "Kita enggak ngusir penjual di sekitar sana, baru diujicobakan. Nanti kita atur juga untuk penanganan pedagang karena masih didata juga," tutup GKR Mangkubumi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya