Â
Liputan6.com, Batam - Ada yang berbeda dengan perayaan Imlek tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ikan Dingkis, makanan khas masyarakat Tionghoa di Batam, Singapura, dan Malaysia, yang disajikan tiap Imlek tidak sebanyak tahun lalu. Hal itu disampikan Haji Salam, seorang nelayan Belakang Padang.Â
Advertisement
Baca Juga
"Tangkapan Dingkis saat ini turun drastis dibanding tahun lalu," kata Haji Tempos, sapaan akrabnya, saat meninjau alat tangkap tancap (kelong) miliknya di Pulau Pocong, Belakang Padang.
Advertisement
Ia menuturkan salah satu penyebab berkurangnya tangkapan ikan Dingkis adalah adanya teror buaya. Buaya-buaya yang lepas di Penangkaran di perairan Pulau Bulan, kecamatan Bulang, Kota Batam beberapa waktu lalu, menyebabkan sebagian nelayan enggan turun melaut, mereka takut.Â
"Kemarin buaya yang lepas sudah masuk ke pulau Gerenting, Belakang Padang," kata Haji Tempos.
Bahkan sebelumnya kata Salam ada nelayan yang diterkam upaya di Pulau Jaloh.
Nelayan yang memiliki 17 alat tangkap khusus itu mengaku ikan Dingkis merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi di saat Imlek.
"Ikan Dingkis kalau hari biasa harganya cuma Rp35 ribu per kilo, kalau Imlek harganya bisa Rp300 ribuan per kilo, 27 sampai 30 dolar Singapura," katanya.
Dirinya juga menuturkan, ikan Dingkis menjadi sajian istimewa saat Imlek karena memiliki telur, dan dianggap sebagai ikan pembawa hoki. Masyarakat Tionghoa, kata Haji Tempos, banyak yang percaya, orang yang memakan ikan Dingkis yang ada telornya saat imlek akan mendatangkan hoki.
Tapi sayang, tahun ini tangkapan ikan Dingkis para nelayan tidak sebanyak tahun lalu. Biasanya dua hari sebelum Imlek, nelayan bisa mendapatkan ikan Dingkis seberat 60 kilogram per kelong.
Â
Potensi Besar Saat Imlek
Terkait hal itu, Kepala Dinas Perikanan Kota Batam Yudi Admajianto mengakui bahwa ikan Dingkis menjadi komoditi ekspor unggulan nelayan Batam saat Imlek, karena banyak permintaan dari Singapura dan Malaysia.
"Permintaan ikan Dingkis cukup tinggi dari Singapura, Malaysia belum lagi lokal, di saat Imlek," kata Yudi.
Yudi kemudian mengatakan, pencapain ekspor khusus ikan Dingkis ke Malaysia dan Singapura dari tahun 2024 lalu, mencapai sekitar 1,1 juta ton atau kisaran Rp17,2 miliar per tahun.
"Potensi terbesarnya di momen Imlek, dengan harganya variatif," ujarnya.
Yudi membenarkan teror buaya di Batam sangat memengaruhi tangkapan ikan Dingkis para nelayan.Â
Advertisement