Tari Leleng, Ekspresi Budaya dan Spiritualitas Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur

Mereka meyakini bahwa nenek moyang mereka turun ke bumi dengan perantara burung Enggang, sehingga burung ini dianggap suci dan dihormati dengan berbagai cara

oleh Panji Prayitno diperbarui 04 Feb 2025, 08:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2025, 08:00 WIB
Tari Leleng, Ekspresi Budaya dan Spiritualitas Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur
Ilustrasi tarian Suku Dayak, Kalimantan, Indonesia, budaya. (Photo by Ainun Jamila on Unsplash)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Tari Leleng merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Suku Dayak Kenyah di pedalaman Kalimantan Timur. Tarian ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga memiliki makna spiritual yang mendalam.

Dirangkum dari berbagai sumber, kata leleng dalam bahasa Dayak Kenyah berarti berputar atau berkeliling, yang mencerminkan gerakan khas dalam tarian ini. Tari Leleng sering kali dibawakan oleh penari wanita dengan gerakan yang anggun, lembut, namun penuh makna.

Dengan menggunakan kostum khas serta perlengkapan berupa bulu burung Enggang yang disebut kirip, tarian ini menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur dan alam semesta, yang dipercayai oleh masyarakat Dayak sebagai bagian dari kehidupan mereka.

Dalam kepercayaan Suku Dayak Kenyah, burung Enggang memiliki posisi yang sangat penting. Mereka meyakini bahwa nenek moyang mereka turun ke bumi dengan perantara burung Enggang, sehingga burung ini dianggap suci dan dihormati dengan berbagai cara, salah satunya melalui seni tari.

Bulu burung Enggang yang digunakan dalam Tari Leleng melambangkan kedekatan manusia dengan roh leluhur dan keseimbangan alam. Penari yang mengenakan kirip akan mengayunkan tangannya dengan anggun, seolah-olah meniru gerakan burung Enggang yang terbang bebas di angkasa.

Gerakan ini bukan sekadar estetika, tetapi juga memiliki filosofi mendalam tentang kebebasan, ketenangan, serta hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Tari Leleng sering dikaitkan dengan kisah seorang gadis Dayak bernama Utan Along, yang dipaksa menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Dalam pelariannya ke dalam hutan, Utan Along menari dengan penuh perasaan sebagai ungkapan kegundahannya.

Oleh karena itu, Tari Leleng juga sering dianggap sebagai tarian ekspresi jiwa seorang wanita Dayak yang mengalami pergulatan batin dan ingin menyampaikan isi hatinya melalui gerakan tubuh. Gerakan yang lemah gemulai tetapi tetap bertenaga mencerminkan kekuatan dan keteguhan hati seorang wanita.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Musik Pengiring

Tarian ini biasanya diiringi oleh alat musik tradisional seperti sape—alat musik petik khas Dayak yang menghasilkan melodi lembut dan mendayu. Iringan musik ini semakin menambah nuansa magis dan mistis dalam pertunjukan Tari Leleng.

Ritme musik yang pelan dan harmonis memberikan ruang bagi penari untuk menghayati setiap gerakan dan menyampaikan ekspresi emosionalnya dengan lebih mendalam. Dalam beberapa pertunjukan, Tari Leleng juga dapat dikombinasikan dengan nyanyian tradisional yang menggambarkan kisah-kisah rakyat atau doa kepada roh leluhur.

Seiring perkembangan zaman, Tari Leleng kini tidak hanya ditampilkan dalam upacara adat Suku Dayak, tetapi juga dalam berbagai festival budaya, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Tarian ini menjadi salah satu simbol kekayaan budaya Indonesia yang mampu menarik perhatian wisatawan dan peneliti seni dari berbagai penjuru dunia. Namun, meskipun telah berkembang dan mengalami beberapa modifikasi dalam penyajiannya, esensi dan makna spiritual Tari Leleng tetap dijaga agar nilai-nilai kearifan lokal tetap lestari.

Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk melestarikan Tari Leleng, mulai dari mengajarkannya kepada generasi muda, mendokumentasikan dalam berbagai media, hingga menjadikannya sebagai bagian dari kurikulum muatan lokal di beberapa sekolah di Kalimantan Timur.

Tari Leleng tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai kehidupan. Ia mengajarkan tentang penghormatan terhadap leluhur, hubungan harmonis dengan alam, serta kekuatan perempuan dalam menghadapi tantangan hidup.

Dengan keanggunan gerakannya yang penuh makna, Tari Leleng terus bertahan sebagai bagian dari identitas masyarakat Dayak Kenyah dan menjadi warisan budaya yang patut dilestarikan oleh seluruh bangsa Indonesia.

Penulis: Belvana Fasya Saad

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya