Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, baru saja mengumumkan untuk membebaskan sejumlah produk teknologi seperti smartphone, komputer, dan komponen elektronik dari tarif tinggi impor asal China.
Kebijakan baru tarif Trump ini tentunya bakal berdampak positif bagi industri teknologi AS, di mana mereka sebelumnya waswas terhadap lonjakan harga produksi dan berimbas perangkat mereka naik harga.
Advertisement
Baca Juga
Contohnya adalah Apple. Baru-baru ini, raksasa teknologi berbasis di Cupertino itu kabarnya berencana menibun stok iPhone di Amerika Serikat agar tak terkena tarif impor diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.
Advertisement
Salah satu cara yang dilakukan perusahaan adalah menyewa pesawat untuk mengantarkan 600 ton atau sebanyak 1,5 juta unit iPhone dari India ke Amerika Serikat. Namun dengan kebijakan baru ini, perusahaan bisa dapat bernafas lega sedikit.
Mengutip BBC, Minggu (13/4/2025), Bea Cukai dan Patroli Perbatasan AS mengatakan, barang-barang elektronik akan dikecualikan dari tarif global Trump sebesar 10 persen dan tarif khusus terhadap produk China sebelumya mencapai 125 persen.
Kebijakan tarif Trump ini diungkap Presiden As ke-47 saat dirinya berada di atas pesawat kepresidenan, Air Force One, dalam perjalanan menuju Miami pada Sabtu malam waktu setempat.
"Kami akan sangat spesifik," ujar Trump ke awak media di Air Force One. "Tetapi kami menerima banyak uang. Sebagai sebuah negara, kami menerima banyak uang."
Kebijakan baru tarif Donald Trump ini mulai berlaku sejak 5 April ini, mencakup sejumlah produk penting seperti chip semikonduktor, ponsel pintar, panel surga, hingga kartu memori.
Seperti diketahui, mayoritas barang-barang tersebut sebagian besar diproduksi di China dan memiliki peran penting dalam rantai pasok global.
Apple hingga Nvidia Bisa Bernafas Lega?
Sejumlah analis teknologi menyambut keputusan ini sebagai agin segar para investor, khususnya di bidang teknologi. Dan Ives, Kepala Riset Teknologi Global di Wedbush Securities, mengatakan, langkah ini sebagai "skenario impian" bagi sektor teknologi.
"Ponsel pintar dan chip yang dikecualikan merupakan skenario pengubah permainan dalam hal tarif China," tulis Dan Ives di akun X pribadinya.
Pihak Gedung Putih menjelaskan, pengecualian ini bukan berarti melemahkan kebijakan kemandirian teknologi, melainkan sebagai masa transisi.
“Presiden Trump telah menegaskan, Amerika tidak dapat bergantung pada Tiongkok untuk memproduksi teknologi penting seperti semikonduktor, chip, telepon pintar, dan laptop,” ujar Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam pernyataan resmi.
Ia juga menambahkan, perusahaan-perusahaan teknologi telah didorong untuk segera memindahkan lini produksinya ke dalam negeri.
Advertisement
Apple Kucurkan Investasi Baru Senilai Rp 1.681 Triliun
Di sisi lain, China sudah menjadi rumah bagi pabrik raksasa seperti Apple. Walau isu diversifikasi rantai pasokan terus bergulir, keterikataan Apple dengan China masih kuat.
Meskipun angka pasti investasi Apple di China tidak mudah diungkap secara gamblang, berbagai laporan dan pernyataan petinggi perusahaan memberikan indikasi besarnya komitmen finansial mereka.
Sejak tahun 2016, Apple diperkirakan telah menginvestasikan ratusan miliar dolar AS di China melalui berbagai lini bisnis. Terbaru, Apple menunjukkan keseriusannya dalam mendukung keberlanjutan di China.
Pada Maret 2025, mengutip China Daily, Jumat (11/4/2025), Apple mengucurkan dana investasi baru senilai 720 juta yuan atau setara dengan 99 juta dolar (sekitar Rp 1.681 triliun/asumsi Rp 16.990 per 1 USD) untuk memperluas produksi energi bersih di China, memperkuat komitmennya untuk mengubah rantai pasokan globalnya menjadi 100 persen energi terbarukan pada tahun 2030.
Kemitraan Erat Apple dengan Pemasok Lokal di China
Dana ini diharapkan dapat menambah kapasitas energi angin dan surya secara signifikan setiap tahunnya. Tidak hanya itu, kemitraan erat Apple dengan ratusan pemasok lokal di China juga melibatkan investasi yang tidak sedikit.
Dalam beberapa tahun terakhir, Apple dilaporkan telah menggelontorkan dana puluhan miliar dolar AS untuk memajukan manufaktur pintar dan ramah lingkungan bersama para mitranya.
Komitmen jangka panjang ini ditegaskan langsung oleh CEO Apple Tim Cook, yang berulang kali menyatakan niat perusahaan untuk terus berinvestasi "dalam skala besar" di China.
Sebagian besar proses perakitan produk-produk andalan Apple dipercayakan kepada perusahaan manufaktur kontrak asal Taiwan, seperti Foxconn dan Pegatron.
Pabrik-pabrik mereka tersebar di berbagai penjuru China. Kota-kota seperti Shenzhen dan Zhengzhou menjadi rumah bagi kompleks pabrik raksasa yang memproduksi jutaan unit iPhone dan perangkat Apple lainnya.
Bahkan, sebagaimana dilansir Times of India, sebagian kepemilikan pabrik Pegatron di Kunshan baru-baru ini diakuisisi oleh pemasok Apple asal China, Luxshare, menunjukkan dinamika yang terus berkembang dalam rantai pasokan Apple.
Advertisement
