Kala Petani di Kudus Ingin Perbukitan Patiayam Jadi Sentra Mangga Terbesar Se-Jawa Tengah

Di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tepatnya di area Pegunungan atau Perbukitan Patiayam, Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo, terdapat banyak sekali tanaman pohon mangga.

oleh Ahmad Adirin Diperbarui 06 Feb 2025, 08:35 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2025, 08:27 WIB
Menanam Pohon Mangga
Di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tepatnya di area Pegunungan atau Perbukitan Patiayam, Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo, terdapat banyak sekali tanaman pohon mangga. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)... Selengkapnya

Liputan6.com, Kudus - Di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tepatnya di area Pegunungan atau Perbukitan Patiayam, Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo, terdapat banyak sekali tanaman pohon mangga. Saat ini, diketahui belum musimnya berbuah.

Petani di sana punya mimpi atau ingin menjadikan area setempat semakin hijau dan sebagai sentra mangga terbesar se-Jawa Tengah. Hal ini diakui Ketua Kelompok Tani Wonorejo dari Desa Gondoharum, Mashuri.

"Ya itu harapan kami (jadi sentra mangga tersebesar se-Jawa Tengah, red)," ujarnya ditulis Liputan6.com, Rabu (5/2/2025).

Mashuri mengungkapkan bahwa pihaknya mulai menanam pohon mangga dan pepohonan lainnya di area Perbukitan Patiayam mulai tahun 2020 hingga sekarang.

Berkolaborasi dengan Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF), diakui khususnya seperti tanaman mangga sebagian besar sudah berbuah hingga dijual ke pengepul besar hingga sampai luar daerah

"Jual sampai juga ke Bandung (Jawa Barat)," ungkapnya.

Alasan Mashuri lebih memilih menanami Perbukitan Patiayam dengan pohon mangga lantaran tanah di area setempat dianggap tidak cocok ditanami pohon buah lain. Dicontohkan, salah satunya pohon duren.

"Di lingkungan kami, kelompok kami, tanahnya tanah liat, sehingga untuk duren itu tidak cocok. Sehingga (buah mangga, red) cara hitungan kalkulasi berapa harganya lebih murah dan bisa menghasilkan banyak," katanya.

"Mangga saya Gadung dan Kwijai. Kalau di pasar induk kalau kita ngirim di awal musim itu sampai Rp16 ribu perkilo. Kalau Kwijai malah sampai Rp25 ribu perkilo," imbuh Mashuri.

Total disebutkan ada sekitar 25 ribu pohon mangga di area Perbukitan Patiayam sekitar 300 hektare yang dikelola sebanyak 337 petani. Untuk hasilnya, mencapai puluhan ton saban musim panen buah.

Dalam kesempatan ini, Masyhuri membeberkan kendala yang dialami pihaknya saat berupaya mewujudkan Perbukitan Patiayam sebagai sentra mangga terbesar se-Jawa Tengah lantaran persoalan SDM.

"Kelompok tani kami ini tidak bisa mengupayakan supaya mangga berbuah maksimal. Karena persoalan Sumber Daya Manusia (SDM)," bebernya.

"Dari pemerintah setempat belum ada sosialisasi dan sebagainya. Harapan kami, dinas terkait ikut membantu kelompok tani kami," tambah Mashuri.

 

Promosi 1

Dukungan BLDF

BLDF melalui gerakan digital Siap Sadar Lingkungan (Siap Darling) kembali menyelenggarakan #OneActionOneTree (OAOT) di Desa Gondoharum, Kudus. Gerakan digital yang bersifat tahunan ini mengonversi aktivitas sehari-hari individu seperti lari, bersepeda, dan bermedia sosial menjadi bibit multi purpose tree species (MPTS) seperti mangga, alpukat, petai dan durian.

Setengah dekade berselang, dampak dari gerakan #OAOT dinilai semakin signifikan bagi pelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan petani yang menjadi penerima bibit. Kini, mereka bahkan mulai memiliki target jangka panjang untuk mendirikan agroforestri dan menjadikan daerahnya sebagai salah satu produsen mangga terbesar di Provinsi Jawa Tengah.

"Kami juga membantu dengan mengadakan pelatihan dan pendampingan kepada para petani, dan pemberian bibit hasil dari kegiatan #OAOT ini diharapkan dapat berdampak panjang bagi petani. Maka itu, dalam inaugurasi kali ini, BLDF memberikan bantuan 26.000 bibit serta sarana dan prasarana seperti gazebo kepada Kelompok Tani Wonorejo," kata Director Communications Djarum Foundation, Mutiara Diah Asmara.

Selama 2021–2023, Provinsi Jawa Tengah konsisten menjadi produsen mangga terbesar kedua di level nasional, dengan rata-rata produksi sebesar 512.914,3 ton per tahun. Adapun Kabupaten Kudus, pada 2023, menempati posisi ke-20 di tingkat provinsi dengan 6.840,9 ton. (BPS, 2024)

BLDF juga melibatkan generasi muda peduli lingkungan yang tergabung dalam gerakan Siap Darling untuk menanam saat inaugurasi #OAOT di Desa Gondoharum.

Partisipasi ini diharapkan menggerakkan generasi muda dalam melakukan lebih banyak aksi kepedulian terhadap lingkungan. Utamanya setelah melihat bahwa aksi sekecil apa pun yang dilakukan lewat #OAOT berdampak berkelanjutan bagi pelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat.

Kepala Seksi Wilayah I Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah Jawa Kementerian Kehutanan Ruhiat yang mewakili Kepala BPSKL Wilayah Jawa, Danang Kuncara Sakti, saat sambutan menyebut, inisiatif penanaman yang dilakukan para petani di Gondoharum ini menjadi bukti nyata atas dampak program perhutanan sosial.

"Ikhtiar masyarakat untuk menanam di area perhutanan ini menunjukkan rasa memiliki yang kuat terhadap alam. Sejak 2017, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (saat itu) memang memberi peluang bagi masyarakat untuk mengelola perhutanan sosial agar tetap lestari dan berdampak positif bagi ekonomi masyarakat sekitar. Harapannya upaya senada dapat direplikasi oleh komunitas petani lain di desa-desa sekitar Perbukitan Patiayam ini," kata Ruhiat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya