Dosen UGM: Ragi Merah Berpotensi Jadi Sumber Energi Alternatif

Produksi sumber energi di seluruh dunia dihadapkan pada kendala ketergantungan pada bahan bakar fosil yang suatu saat akan habis. Sementara tantangan pengembangan energi ahan bakar alternatif lainnya dihadapkan pada biaya produksi yang tinggi dan efisiensi produksi yang rendah.

oleh Yanuar H diperbarui 11 Feb 2025, 09:00 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 09:00 WIB
Sebentar Lagi, Urin Bisa Jadi Bahan Bakar Mobil
Peneliti Korea mengatakan kalau urin bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif.... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Dosen Biologi UGM Ganies Riza Aristya memilih Jamur Rhodotorula Glutinis atau biasa disebut ragi merah untuk bahan penelitian sebagai sumber energi bahan bakar alternatif. Selain jamur ini mudah ditemukan di beberapa lingkungan dan dapat diisolasi dari udara, tanah, rumput, danau, lautan, makanan, buah-buahan, kulit manusia, maupun kotoran manusia. Ganies menyatakan ragi merah ini berpotensi besar sebagai sumber energi alternatif, karena jamur ini mampu mengakumulasi dan memproduksi lipid dalam jumlah yang besar. “Dalam beberapa kasus akumulasi lipid pada R. glutinis dapat mencapai 72,4% yang membuatnya berpotensi sebagai penghasil lipid untuk sumber energi,” kata Ganies kepada wartawan, Kamis (7/2/2025).

Kemampuannya dalam menghasilkan lipid dalam jumlah besar berasal dari jalur biosintesis yang memungkinkan mikroorganisme ini mengonversi berbagai sumber karbon menjadi senyawa bernilai tinggi, termasuk lipid ataupun biopolimer lainnya. Bahkan pengembangan produk lipid tidak hanya berupa biofuel namun bisa ke arah pengembangan produk biopolimer dapat berupa polimer penyusun bioplastik, polyhydroxybutyrate. “Pengoptimalan sintesis senyawa esensial pada ragi merah ini dapat dilakukan dengan rekayasa proses, rekayasa genetik, ataupun rekayasa metabolisme,” ungkapnya.

Pemilihan Ragi merah atau R. glutinis sebagai bahan riset sumber energi bahan bakar alternatif, karena ia melihat kemampuannya jamur ini dalam mengakumulasi lipid dalam jumlah tinggi, terutama dalam bentuk triasilgliserol (TAG) yang dapat dikonversi menjadi energi dalam bentuk biofuel. “R. glutinis juga dipilih sebagai bahan riset karena kemampuannya untuk tumbuh pada berbagai macam substrat,” katanya.

Tidak hanya sampai di situ, kemampuannya memproduksi lipid lebih dari 15% dari berat kering selnya, ragi ini memiliki kemampuan untuk memetabolisme berbagai senyawa yang digunakan sebagai sumber karbon, seperti monosakarida, disakarida, atau polisakarida, asam organik, gliserol, bahan baku, produk sampingan industri, dan limbah cair.

Selain itu, kemampuan ragi merah memproduksi dan mengakumulasi lipid dalam jumlah yang besar saat mengalami keterbatasan nitrogen, memiliki ketersediaan karbon yang cukup. Dalam kondisi tersebut, yeast akan mengarahkan metabolisme untuk biosintesis lipid sebagai cadangan energi berupa Triasilgliserol (TAG). Selanjutnya, Lipid yang dihasilkan dapat diekstraksi dan dikonversi menjadi biodiesel yang digunakan sebagai sumber energi.

“Lipid yang diperoleh dari sel ragi akan dikonversi menjadi biodiesel melalui transesterifikasi yang akan mereaksikan TAG dengan metanol untuk menghasilkan biodiesel dalam bentuk fatty acid methyl ester (FAME). Biodiesel yang diperoleh dapat digunakan sebagai energi,” katanya.

Penelitian mengenai rekayasa genetik pada mikroorganisme ini sudah berlangsung 8 tahun. Atas riset ragi merah menjadi sumber energi bahan bakar alternatif bersama timnya ini, ganies berhasil mendapatkan dana hibah penelitian untuk kategori Science and Technology Research Grant (STRG) dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF). Dengan karyanya yang berjudul “Yeast Bioengineering for Sustainable Lipid-Based Energy Production from Rhodotorula glutinis,” Ganies berhasil menerima penghargaan STRG-ITSF 2025 pada 30 Januari 2025 di Jakarta.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya