4 Jajanan Tradisional yang Kini Sulit Dijumpai

Para pembuat kue dan jajanan tradisional yang umumnya berusia lanjut, kebanyakan kesulitan menemukan penerus.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 15 Feb 2025, 17:00 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2025, 17:00 WIB
Kue Clorot Gula Merah
Kue Clorot Gula Merah (credit: Cookpad/Dapur Dien @Dien_MamaAbang)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Beberapa kuliner nusantara tengah menghadapi ancaman kepunahan seiring bergesernya selera masyarakat dan berkurangnya penjajan makanan tradisional. Berbagai jajanan tradisional yang dahulu mudah ditemui di pasar, kini semakin sulit ditemukan.

Para pembuat kue dan jajanan tradisional yang umumnya berusia lanjut, kebanyakan kesulitan menemukan penerus. Sementara proses pembuatan yang rumit dan waktu produksi yang lama membuat generasi muda enggan melestarikannya. Mengutip dari berbagai sumber, berikut empat jajanan Nusantara yang hampir punah:

1. Kue rangi

Salah satu warisan kuliner Betawi yang kini berada di ambang kepunahan adalah kue rangi. Nama kue ini berasal dari singkatan digarang wangi, merujuk pada metode memasaknya yang unik tanpa menggunakan minyak dan hanya mengandalkan bara api dari kayu.

Keunikan kue rangi terletak pada bahan dan proses pembuatannya yang khas. Kudapan ini dibuat dari campuran tepung sagu dan kelapa parut yang dipanggang di atas cetakan khusus.

Aroma wanginya yang khas dihasilkan dari proses pembakaran menggunakan kayu. Sementara itu, cita rasanya yang manis berasal dari siraman saus gula merah kental yang ditambahkan di atasnya.

Kudapan tradisional ini semakin tersisih oleh kehadiran jajanan modern yang dianggap lebih praktis dan menarik. Berkurangnya minat masyarakat terhadap jajanan tradisional menjadi faktor utama yang membuat kue rangi semakin sulit ditemui di pasaran.

2. Clorot

Clorot, jajanan tradisional berbentuk kerucut yang menjadi warisan kuliner Purworejo, Jawa Tengah, kini menghadapi ancaman kepunahan. Kue basah yang memiliki cita rasa manis dan tekstur lembut kenyal ini semakin sulit ditemui di pasaran.

Keistimewaan clorot terletak pada bahan dan cara penyajiannya yang khas. Terbuat dari perpaduan tepung beras ketan dan gula merah, kue ini dibungkus dengan daun kelapa muda atau janur yang membentuk kerucut.

Pembungkus alami ini tidak hanya memberikan bentuk yang unik tetapi juga menambah aroma khas pada kue tradisional ini. Kesulitan mendapatkan daun kelapa muda sebagai pembungkus menjadi kendala utama dalam produksinya. Selain itu, pergeseran selera masyarakat ke jajanan modern membuat clorot kehilangan pamornya, semakin mempercepat proses kelangkaan kue tradisional ini.

 

Geblek

3. Geblek

Geblek, jajanan tradisional khas Kulon Progo, Yogyakarta, yang telah menjadi bagian dari kekayaan kuliner nusantara, kini menghadapi ancaman kepunahan. Makanan yang identik dengan bentuk angka delapan ini semakin sulit ditemui di pasaran seiring berkurangnya jumlah pedagang yang menjajakan kudapan tradisional ini.

Keunikan geblek terletak pada bahan dan cita rasanya yang khas. Terbuat dari adonan tepung tapioka yang dicampur dengan bawang putih, jajanan berwarna putih ini memiliki tekstur renyah dengan rasa gurih yang menggugah selera.

Sebagai camilan serbaguna, geblek bisa dinikmati langsung atau dipadukan dengan kuah kacang yang menambah dimensi rasa. Kehadiran beragam gorengan kontemporer yang dianggap lebih menarik membuat geblek semakin tersisih dari preferensi konsumen. Kondisi ini diperparah dengan berkurangnya minat masyarakat terhadap jajanan tradisional, membuat semakin sedikit pedagang yang tertarik untuk menjual geblek.

4. Dodongkal

Dodongkal, jajanan tradisional yang memiliki kemiripan dengan kue putu, kini berada di ambang kepunahan. Kue yang populer di wilayah Jakarta dan Jawa Barat ini semakin jarang ditemui di pasar tradisional, menandakan eksistensinya yang semakin terkikis oleh perubahan zaman.

Kekhasan dodongkal terletak pada komposisi dan proses pembuatannya yang tradisional. Berbahan dasar tepung beras yang dicampur dengan gula merah dan kelapa, kue ini memiliki cita rasa yang mirip dengan kue putu.

Di beberapa daerah, khususnya di Jawa Barat, jajanan pasar ini juga dikenal dengan sebutan awug. Generasi muda yang tidak familiar dengan rasanya cenderung memilih jajanan modern yang dianggap lebih menarik. Kondisi ini diperparah dengan menurunnya minat masyarakat terhadap jajanan tradisional secara umum.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya