Liputan6.com, Medan - Bulan Ramadan sudah tiba. Cerita tentang pernak-pernik bulan suci kini kembali muncul, salah satunya berbagai kuliner khas yang disajikan sebagai menu berbuka puasa.
Di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), setiap Ramadan, Masjid Raya Al Mashun Medan, di Jalan Sisingamangaraja, tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga tujuan masyarakat untuk menyantap hidangan berbuka puasa.
Hidangan yang paling dinantikan masyarakat adalah bubur sup pedas, makanan khas yang hanya disajikan selama bulan suci Ramadan.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
"Bubur sup ini menjadi spesial karena proses pembuatannya yang mempertahankan tradisi memasak menggunakan tungku raksasa," kata Pengurus Masjid Raya Al Mashun Medan, Hamdan, Minggu, 2 Maret 2025.
Diungkapkannya, bubur sup pedas menjadi ikon Ramadan di Masjid Raya Al Mashun Medan. Proses pembuatannya yang tradisional membuat cita rasanya unik dan selalu dirindukan.
"Masjid Raya Al Mashun ini merupakan bangunan bersejarah, dibangun oleh Sultan Deli ke-IX pada tahun 1906, dan diresmikan pada tahun 1909," ungkapnya.
Sejarah Singkat Masjid Raya Al Mashun Medan
Masjid Raya Al Mashun Medan tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sempat dijadikan sebagai pusat pendidikan Islam. Bahkan, Sultan Deli kala itu menyiapkan guru-guru dan pemuka agama untuk mengajarkan ilmu keislaman kepada umat muslim.
Sebagai masjid tertua di Kota Medan, Masjid Raya Al Mashun memiliki daya tarik tersendiri, terutama saat Ramadan. Selain keindahan arsitektur yang megah, masjid ini juga menawarkan pengalaman kuliner yang tak terlupakan melalui bubur sup pedas.
Pada Ramadan 1446 Hijriah kali ini, pengurus masjid menyiapkan 1.000 porsi bubur sup pedas setiap hari, yang akan disajikan mulai hari pertama hingga hari ke-27 Ramadan.
"Kami berhenti menyajikan bubur sup pada hari ke-27, karena sudah mulai fokus menyambut masyarakat yang datang untuk membayar zakat. Untuk menu berbuka tetap ada, tetapi bubur sup pedas sudah tidak disediakan lagi," Hamdan mengungkapkan.
Advertisement
Antusiasme Masyarakat
Bisa dibilang, antusiasme masyarakat terhadap bubur sup pedas khas Masjid Raya Al Mashun Medan selalu tinggi. Tidak hanya warga Medan, banyak juga pengunjung yang datang dari berbagai daerah untuk mencicipi hidangan ini.
"Ada semacam kerinduan, karena bubur sup pedas ini hanya ada setahun sekali. Masyarakat selalu antusias menyambutnya," Hamdan menuturkan.
Keistimewaan bubur sup pedas ala Masjid Raya Al Mashun Medan terletak pada proses pembuatannya yang masih tradisional. Bubur dimasak menggunakan kancah raksasa dari tembaga yang dipanaskan dengan kayu bakar.
Dibeberkan Hamdan, bahan-bahannya dipilih dengan cermat, terdiri dari 30 kilogram beras, 10 kilogram daging, serta kentang dan wortel yang cukup untuk menghasilkan sekitar 1.000 porsi.
"Proses memasak dimulai menjelang waktu Zuhur, dan bubur sup siap dibagikan setelah Salat Ashar," bebernya.
Memiliki Khasiat Bagi Kesehatan
Tidak hanya rasanya yang lezat, bubur sup pedas ini juga memiliki manfaat kesehatan yang baik untuk berbuka puasa.
"Karena setelah seharian berpuasa, perut kita butuh makanan yang mudah dicerna. Nah, bubur sup ini kaya serat dari sayuran, dan protein dari daging, sehingga sangat cocok untuk menu berbuka," Hamdan menuturkan.
Bubur sup pedas bisa dinikmati langsung di masjid atau dibawa pulang. Bagi masyarakat yang datang ke Masjid Raya Al Mashun Medan, menikmati bubur sup pedas sambil merasakan atmosfer Ramadan di masjid bersejarah ini adalah pengalaman tak terlupakan.
Bubur sup pedas khas Masjid Raya Al Mashun Medan tidak hanya menjadi hidangan lezat, tetapi juga bagian dari warisan budaya dan spiritual yang terus hidup di tengah masyarakat Medan.
Selama Ramadan, berbagai aktivitas dilaksanakan di Masjid Raya Al Mashun, khususnya berbuka puasa bersama. Juga ada kajian yang dilakukan pada siang dan malam hari, serta pelaksanaan tarawih.
Advertisement
