Liputan6.com, Jakarta - Pura Agung Besakih merupakan kompleks pura terbesar dan paling suci di Bali. Terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, pura ini berdiri megah di lereng sebelah barat daya Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali dengan ketinggian 3.031 meter di atas permukaan laut.
Keberadaan Pura Agung Besakih yang berada di ketinggian sekitar 1.000 meter membuatnya memiliki panorama yang menakjubkan, dengan lanskap pegunungan yang hijau dan udara sejuk yang memberikan nuansa spiritual yang begitu kental. Kompleks pura ini bukan sekadar tempat ibadah bagi umat Hindu di Bali, tetapi juga menjadi simbol utama dari konsep Tri Hita Karana, filosofi hidup masyarakat Bali yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Sejarah Pura Agung Besakih dipercaya telah ada sejak lebih dari 1.000 tahun yang lalu, bahkan beberapa sumber menyebutkan bahwa pura ini telah berdiri sejak zaman prasejarah ketika masyarakat Bali Kuno masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum kedatangan Hindu.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan catatan sejarah, pura ini mulai berkembang pada abad ke-8 ketika seorang pendeta Hindu bernama Rsi Markandeya datang ke Bali dan mendirikan tempat pemujaan di lokasi ini. Rsi Markandeya adalah seorang resi suci yang berasal dari India dan memiliki misi menyebarkan ajaran Hindu ke berbagai wilayah di Nusantara, termasuk Bali.
Ia disebut-sebut mendapatkan wahyu untuk mendirikan tempat suci di lereng Gunung Agung sebagai tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widhi, Tuhan dalam kepercayaan Hindu.
Sejak saat itu, Pura Besakih terus berkembang dan menjadi pusat spiritual bagi umat Hindu di Bali, bahkan hingga saat ini tetap menjadi lokasi utama berbagai upacara keagamaan yang sakral dan besar, seperti Upacara Eka Dasa Rudra yang diadakan setiap 100 tahun sekali.
Kompleks Pura Agung Besakih terdiri dari sekitar 86 pura yang tersebar di area yang luas. Pura utama di dalam kompleks ini adalah Pura Penataran Agung Besakih, yang dianggap sebagai pusat dari seluruh kompleks dan tempat utama dalam ritual keagamaan.
Pengaruh Hindu
Pura ini memiliki struktur berundak yang mencerminkan konsep kosmologi Hindu, dengan pelataran-pelataran yang melambangkan tingkatan spiritual menuju kesucian tertinggi. Selain Pura Penataran Agung, terdapat pula Pura Batu Madeg, tempat pemujaan Dewa Wisnu, Pura Kiduling Kreteg, tempat pemujaan Dewa Brahma, serta banyak pura lainnya yang masing-masing memiliki fungsi dan makna tersendiri dalam kepercayaan Hindu Bali.
Keunikan arsitektur Pura Besakih juga menjadi daya tarik tersendiri. Bangunan pura didominasi oleh meru, yaitu pagoda bertingkat yang melambangkan Gunung Mahameru, gunung suci dalam kepercayaan Hindu. Semakin tinggi tingkat meru, semakin tinggi pula kedudukan spiritualnya.
Beberapa meru di Pura Besakih memiliki tingkat hingga 11 susun, yang merupakan tingkat tertinggi dalam arsitektur pura di Bali. Selain itu, pura ini juga memiliki gapura khas Bali yang disebut Candi Bentar dan berbagai relief yang menggambarkan cerita-cerita epik dari kitab suci Hindu seperti Ramayana dan Mahabharata.
Sebagai pusat keagamaan utama di Bali, Pura Agung Besakih menjadi tempat perayaan berbagai upacara keagamaan yang penting. Salah satu upacara terbesar yang pernah diadakan adalah Eka Dasa Rudra, yang terakhir kali diselenggarakan pada tahun 1979.
Upacara ini bertujuan untuk menyucikan alam semesta dan menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan para dewa. Selain itu, setiap tahun, umat Hindu di Bali juga mengadakan Odalan, yaitu perayaan ulang tahun pura, yang dihadiri oleh ribuan umat Hindu yang datang dari seluruh penjuru Bali untuk bersembahyang dan memohon berkah kepada para dewa.
Pura Agung Besakih juga memiliki sejarah panjang yang menunjukkan ketangguhannya terhadap berbagai bencana alam. Salah satu peristiwa paling bersejarah terjadi pada tahun 1963, ketika Gunung Agung meletus dahsyat dan menewaskan ribuan orang.
Ajaibnya, meskipun banyak desa di sekitar Besakih hancur akibat lahar panas, kompleks pura ini tetap berdiri kokoh dan nyaris tidak mengalami kerusakan berarti. Kejadian ini dianggap sebagai pertanda bahwa Pura Besakih benar-benar merupakan tempat yang sakral dan dilindungi oleh kekuatan spiritual.
Selain sebagai tempat ibadah, Pura Agung Besakih juga menjadi destinasi wisata religi yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Setiap harinya, banyak wisatawan datang ke pura ini untuk melihat langsung keindahan arsitektur pura, menikmati pemandangan spektakuler dari ketinggian, serta merasakan suasana spiritual yang khas.
Meskipun terbuka untuk umum, ada aturan ketat bagi pengunjung, seperti mengenakan pakaian adat Bali atau kain sarung yang bisa disewa di pintu masuk, serta menjaga kesopanan selama berada di dalam area pura. Bagi masyarakat Bali, Pura Agung Besakih bukan sekadar bangunan suci, tetapi juga simbol identitas dan kepercayaan mereka yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Pura ini menjadi bukti nyata betapa kuatnya pengaruh ajaran Hindu dalam kehidupan masyarakat Bali, yang tetap lestari hingga kini meskipun zaman terus berubah.
Keagungan dan keindahan Pura Agung Besakih menjadikannya tidak hanya sebagai pusat keagamaan, tetapi juga sebagai warisan budaya dunia yang harus dijaga kelestariannya.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement
