Liputan6.com, Jakarta - Salah satu elemen yang tidak bisa dipisahkan dalam peringatan Hari Raya Nyepi di Indonesia adalah pawai ogoh-ogoh. Pawai yang biasanya digelar di berbagai tempat di Bali itu kini juga bisa diikuti di Jakarta, tepatnya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Pada tahun ini, acara pawai mengusung tema Kala Rau yang mengisahkan pertempuran legendaris antara Dewa Wisnu dan siluman Kalau Rau. Kisah ini bermakna mendalam dalam budaya Bali, sering dikaitkan dengan fenomena gerhana bulan sebagai simbol keseimbangan kosmik antara kebaikan dan kejahatan.
Advertisement
Baca Juga
"Tradisi pawai ogoh-ogoh ini merupakan wujud peran dan fungsi TMII sebagai pelestari budaya. Tahun ini adalah tahun kedua diadakan di TMII, bekerja sama dengan Pura Hindu Dharma Penataran Agung Kertabhumi yang ada di dalam area TMII," kata Direktur Utama TMII Intan Ayu Kartika dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Kamis, 20 Maret 2025.
Advertisement
Acara tersebut akan digelar pada Sabtu, 22 Maret 2025, pukul 15.30 WIB, seminggu lebih awal dari puncak Hari Nyepi 2025 yang jatuh pada Sabtu--Minggu, 29--30 Maret 2025. Rutenya dimulai dari Pura Hindu Dharma Penataran Agung Kertabumi dan berakhir di Plaza Kori Agung Museum Indonesia.
Pada pawai ini, akan ditampilkan satu ogoh-ogoh besar dan 10 ogoh-ogoh kecil yang didatangkan langsung dari Bali, diiringi tradisi mapeed yang khas, serta kehadiran tokoh-tokoh mitologi Bali seperti Rangda dan Barong. Berbagai tarian Bali juga akan memeriahkan suasana, memberikan pengalaman budaya yang autentik bagi para pengunjung, seperti tari pendet dan tari rejang.
Ada Diskon Tiket Masuk TMII untuk Saksikan Pawai Ogoh-ogoh
Intan menyatakan bahwa acara tersebut tidak hanya menjadi momen spiritual bagi umat Hindu, tetapi juga bentuk promosi kekayaan budaya Indonesia kepada masyarakat luar.
"Tanpa perlu jauh datang ke Bali, masyarakat dapat menyaksikannya secara gratis, hanya perlu membeli tiket masuk TMII. Selain itu, terdapat promo spesial bagi pengunjung yang datang mulai pukul 15.00 WIB, dengan tiket masuk hanya Rp12.500," kata Intan lagi.
Mengutip dari beberapa sumber, ogoh-ogoh berasal dari sebutan 'ogah-ogah' yang dalam bahasa Bali berarti digoyang-goyangkan. Sebenarnya, ogoh-ogoh tidak berhubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Namun sejak presiden memutuskan Hari Raya Nyepi sebagai hari libur nasional pada 1983, ogoh-ogoh menjadi bagian perayaan menjelang Hari Raya Nyepi, yakni saat ngerupukan atau upacara pembersihan.
Awalnya, arak-arakan dilakukan di sejumlah tempat di Denpasar. Setelah mengikuti Pesta Kesenian Bali ke XII, pawai ogoh-ogoh semakin menyebar ke sejumlah tempat, termasuk di beberapa kota lain. Ogoh-ogoh menampilkan patung Bhuta Kala yang diarak keliling desa.
Advertisement
Bentuk Ogoh-ogoh Bertransformasi
Ogoh-ogoh juga merupakan karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (bhu) alam semesta dan (kala) waktu yang tidak terukur dan terbantahkan.
Bhuta Kala identik dengan kekuatan negatif yang bersifat mengganggu kehidupan manusia. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk patung berupa sosok besar dan menakutkan yang biasanya berwujud raksasa. Ogoh-ogoh juga bisa berwujud sebagai makhluk yang hidup di mayapada, surga, dan neraka.
Dalam perkembangannya, ogoh-ogoh mulai dibentuk menyerupai publik figur, seperti pemimpin dunia, artis, bahkan penjahat. Patung ogoh-ogoh biasanya terbuat dari bubur kertas, bahan pelekat, dan bambu. Pawai ogoh-ogoh di berbagai kota pun kini tak hanya dilakukan di malam hari.
Para cendekiawan Hindu Dharma mengambil kesimpulan, ogoh-ogoh melambangkan keinsafan manusia akan kekuatan alam semesta. Kekuatan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu kekuatan bhuana agung dan kekuatan bhuana alit. Kekuatan bhuana agung merupakan kakuatan alam raya, sedangkan kekuatan bhuana alit merupakan kekuatan dalam diri manusia. Dua kekuatan tersebut dapat digunakan untuk menghancurkan dunia atau membuat dunia semakin indah.
Persiapan TMII Menyambut Musim Libur Lebaran 2025
Terpisah, Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa mengunjungi TMII pada Selasa, 18 Maret 2025, untuk meninjau kesiapan destinasi tersebut menyambut wisatawan dari Jakarta dan sekitarnya di musim libur lebaran. Ia menekankan agar aspek kebersihan dan manajemen kepadatan, hingga keamanan dan keselamatan wisatawan ditingkatkan untuk mengantisipasi lonjakan wisatawan ke TMII.
"Berkaca dari antusiasme pengunjung TMII saat libur Imlek dan Tahun Baru 2025, TMII menargetkan kunjungan wisatawan sebesar 100.000 pengunjung selama tujuh hari libur Idulfitri 2025, yang dimulai dari 1 sampai 6 April 2025," kata Wamenpar Ni Luh.
Menurut Ni Luh, pengelola TMII sudah mengatur kantong-kantong parkir dan pintu masuk dengan menyediakan tiga pintu masuk untuk mengelola kunjungan. Disebutkan pula bahwa titik toilet dan fasilitas angkutan keliling juga akan ditambah, termasuk feeder dan bus untuk amsuk ke area tersebut.
Menyambut wisatawan, TMII menambah sejumlah fasilitas, yakni Foodcourt Nusantara, yang akan menghadirkan 36 tenant dengan menu makanan Nusantara. Saat ini, pihak taman wisata edukasi itu juga sedang merenovasi amphitheater untuk menampilkan pertunjukan kesenian Indonesia, seperti tari kecak, tari Ramayanan, dan festival-festival.
"Untuk menghindari kemacetan, calon pengunjung TMII dapat memanfaatkan LRT karena dari pengelola TMII sudah menyediakan feeder gratis untuk masuk ke area TMII. Saat ini ada dua, nanti akan ditambah dua. Dan apabila masih ada kebutuhan, akan ditambah lagi," kata Ni Luh.
Advertisement
