Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT XL Axiata Tbk (EXCL) telah mengumumkan akan menjual menaranya. Transaksi penawaran menara itu diharapkan selesai semester II 2014. Sejumlah perusahaan menara pun tertarik untuk berpartisipasi. Lalu dari keempat perusahaan menara yang tercatat di bursa saham, siapakah yang memiliki peluang?
Saat ini empat perusahaan yang berpeluang mendapatkan menara PT XL Axiata Tbk yaitu PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR), dan PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST).
Baca Juga
Dalam riset analis PT Danareksa Sekuritas, Lucky Ariesandi menyebutkan, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk memiliki kesempatan terbaik untuk memenangkan tender menara. Hal itu mempertimbangkan kekuatan finansial dan nilai tambah kedua perusahaan itu.
Advertisement
Menurut Lucky, di antara kedua perusahaan menara itu, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk memiliki peluang meski pun PT Sarana Menara Nusantara Tbk memiliki neraca lebih solid.
"Tower Bersama sedikit memiliki likuditas yang tinggi di tangan dan juga likuiditas saham lebih baik sehingga perusahaan ini lebih menarik dalam penawaran menara PT XL Axiata Tbk," ujar Lucky, seperti dikutip dari risetnya, Senin (21/7/2014).
Selain itu, PT XL Axiata Tbk diperkirakan akan melepas sekitar 2.000-2.500 menaranya. Dengan rata-rata rasio tenant sekitar 1,8x maka perseroan diharapkan mampu meningkatkan penawaran menjadi US$ 400 juta-US$ 500 juta.
"Kami berharap XL menuntut sebagian besar pembayaran dilakukan dengan tunai mengingat tujuan utama divestasi adalah menurunkan gearing XL setelah akuisisi Axis. Hal ini akan mendukung perusahaan menara telekomunikasi lebih besar mendapatkan karena unggul likuiditas dibandingkan perusahaan sejenis yang kecil," kata Lucky.
Lucky optimistis, perusahaan menara besar memiliki keuntungan besar dari pada pesaingnya yang lebih kecil untuk mendapatkan menara PT XL Axiata Tbk. Dalam hal ini, PT Tower Bersama Tbk memiliki kesempatan penawaran lebih besar. Kesempatan perseroan tidak overlapping dengan X-Axis dibandingkan PT Sarana Menara Nusantara Tbk.
Pada kuartal I 2014, XL-Axis memberikan kontribusi pendapatan sekitar 16 persen kepada konsolidasi keuangan PT Tower Bersama Tbk. XL-Axis menyumbang sekitar 21 persen dari menara PT Sarana Menara Nusantara Tbk yang disewakan pada kuartal I 2014.
Siapa yang berpeluang besar?
Berdasarkan riset PT Danareksa Sekuritas, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berada di urutan pertama yang mengantongi likuiditas besar. Perseroan memiliki likuiditas sekitar Rp 17,3 triliun. Dari likuiditas yang tersedia terutama berasal pinjaman yang belum terpakai sekitar US$ 1,15 miliar dari total pinjaman sindikasi US$ 2 miliar.
Di urutan kedua, ada PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang memiliki likuiditas sekitar Rp 5,4 triliun. Dana itu termasuk dari penerbitan saham baru dengan mekanisme tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).
Sedangkan PT Solusi Tunas Pratama Tbk dan PT Inti Bangun Sejahtera Tbk memiliki likuiditas terbatas. Berdasarkan laporan Danareksa, sindikasi pinjaman PT Solusi Tunas Pratama Tbk sekitar US$ 192 juta dan Rp 1,3 triliun. Perseroan telah menarik pinjaman sindikasi dalam bentuk dolar sekitar US$ 21 juta dan rupiah sekitar Rp 100 miliar.
Sektor saham menara telekomunikasi pun mendapatkan penilaian underweight dari PT Danareksa Sekuritas. PT Danareksa Sekuritas pun memberikan rekomendasi hold untuk saham TOWR dengan target harga Rp 3.700 per saham. Sedangkan saham TBIG rekomendasi sell dengan target harga Rp 5.900 per saham.
Pada perdagangan saham Senin (21/7/2014), saham TWOR naik 1,91 persen ke level Rp 3.995 per saham. Sementara itu, saham TBIG turun 0,94 persen ke level Rp 7.925 per saham. (Ahm/Igw)