Liputan6.com, Jakarta - PT Archi Indonesia menunda penawaran saham perdana/initial public offering (IPO) pada Desember 2014. Penundaan ini didorong kondisi makro ekonomi global dan volatilitas harga komoditas terutama emas yang belum memberikan hasil maksimal terhadap rencana IPO.
Meski penawaran umum ditunda, perseroan tetap melakukan kegiatan operasional dengan terus melakukan kegiatan penambangan dan produksi emas, fokus pada kesehatan dan keselamatan kerja serta kegiatan eksplorasi penambangan.
"Perseroan akan terus memonitor perkembangan pasar dan harga komoditas, dan pada saat yang tepat perseroan akan kembali melakukan penawaran umum," ujar Sekretaris Perusahaan PT Archi Indonesia, Edgar Affandi dalam keterangan yang diterbitkan, seperti ditulis Jumat (5/12/2014).
Advertisement
Sebelumnya perusahaan bergerak di tambang emas, perak dan mineral milik grup Rajawali ini akan melepas sekitar 1,6 miliar saham ke publik.
Angka tersebut 40,41 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah penawaran saham baru/initial public offering (IPO).
Dalam IPO ini, Archi Indonesia juga melakukan program employee stock allocation (ESA) sebesar 0,40 persen atau setara 6,4 juta saham.
Selain itu, perseroan juga akan mengeluarkan saham baru dengan jumlah sebanyak-banyaknya 118,77 juta saham atau sebesar 3 persen dalam rangka program Management and Employee Stock Option (MESA).
Dana hasil IPO sebesar US$ 216,2 juta akan digunakan untuk membayar utang kepada Archipelago Resources Plc. Lalu, dana sekitar US$ 35,9 juta akan digunakan untuk mengakuisisi 99,98 persen saham PT Smart Mining Resources (SMR).
Akuisisi ini dilakukan untuk mengembangkan usaha pertambangan perseroan. SMR sendiri memiliki proyek Wonogiri yang dapat mendukung kinerja keuangan dan operasional. Sisa dana IPO digunakan untuk modal kerja dan keperluan perseroan. (Ahm/)