Rupiah Melemah Picu Dana Investor Asing Keluar dari Bursa Saham

Kekhawatiran pelaku pasar terhadap nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS menjadi salah satu sentimen negatif di bursa saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Mar 2015, 13:01 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2015, 13:01 WIB
Pengamat Ekonomi Beberkan Bumerang Untuk Jokowi
Suasana aktivitas di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (22/10/2014) (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Aliran dana investor asing cenderung keluar dari bursa saham sepanjang Maret 2015. Gerak nilai tukar rupiah dan sejumlah kebijakan pemerintah dinilai menjadi faktor yang mendorong aksi jual investor asing itu.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dihimpun Liputan6.com, total dana investor asing yang keluar dari bursa saham mencapai Rp 6,71 triliun pada Maret 2015. Padahal aliran dana investor asing sempat mencapai Rp 10 triliun pada Februari 2015. Meski demikian, pertumbuhan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih positif hingga akhir Maret 2015. IHSG naik 3,42 persen menjadi 5.405 pada penutupan perdagangan saham Rabu 25 Maret 2015.

Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su menuturkan, pelaku pasar fokus terhadap nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdampak negatif ke bursa saham. Pelaku pasar khawatir pelemahan rupiah akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan pasar.

Penguatan dolar AS membuat rupiah tertekan pada Maret 2015. Lihat saja kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada di level tertinggi 13.237 per dolar AS pada 16 Maret 2015.

Sepanjang awal 2015, rupiah mengalami depresiasi 4,24 persen dari Rp 12.474 per dolar AS menjadi 13.003 per dolar AS pada 26 Maret 2015.

Sementara itu, Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo mengatakan, sentimen negatif datang dari rencana pemerintah menerapkan bea materai untuk transaksi saham. 

Sempat dikabarkan, pengenaan tarif bea materai untuk transaksi saham sekitar 1 persen. Hal itu dikhawatirkan beban investor bertambah mengingat investor juga sudah dikenakan fee beli dan jual transaksi saham.

Satrio menambahkan, sentimen negatif itu mulai berkurang. Hal itu mengingat Direktorat Jenderal Pajak Sigit Pramudito mengatakan, tarif bea materai transaksi saham dan properti sekitar 0,1 persen. "Seharusnya tekanan jual investor asing berkurang dengan ada harapan penerapan bea materai itu sekitar 0,1 persen," kata Satrio.

Satrio memperkirakan, tekanan jual investor asing kemungkinan hingga akhir Maret 2015, dan paling lambat pada pertengahan April 2015.
Selain itu, sentimen rencana bank sentral AS/The Federal Reserve menaikkan suku bunga juga berkurang. Satrio mengatakan, The Fed terlihat mengulur waktu menaikkan suku bunga diharapkan dapat mengangkat rupiah dan indeks saham.

Ia menambahkan, saat ini pelaku pasar cenderung menunggu data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015. Bila kuartal I 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik maka itu positif untuk bursa saham. Hal itu dapat mendorong aksi beli pelaku pasar. (Ahm/)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya