Liputan6.com, Jakarta - Aksi beli investor asing di pasar modal Indonesia cenderung menurun hingga Juli 2015 ketimbang periode sama 2014. Sejumlah faktor eksternal dan internal seperti ekonomi Indonesia melambat dan krisis Yunani yang terjadi telah mempengaruhi investasi investor asing.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan aksi beli bersih sekitar Rp 3,87 triliun dari 2 Januari 2015 hingga 31 Juli 2015. Padahal periode sama tahun lalu, dana investor asing mencatatkan aksi beli bersih sekitar Rp 57,19 triliun.
Baca Juga
Analis PT BNI Securities, Thendra Chrisnanda menuturkan, ada sejumlah faktor baik internal dan eksternal telah mempengaruhi aksi beli investor asing di pasar modal Indonesia. Sejumlah sentimen negatif dari global antara lain krisis Yunani, Puerto Rico dan antisipasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) telah membuat dana investor asing keluar dari pasar modal Indonesia.
Advertisement
Selain itu, sentimen domestik yang menekan aksi beli investor asing antara lain pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah harapan pelaku pasar. Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,7 persen pada kuartal I 2015. "Optimisme pertumbuhan ekonomi di masa pemerintahan baru tidak terealisasi ini jadi faktor pemicu. Sentimen ini membuat pelaku pasar wait and see," ujar Thendra saat dihubungi Liputan6.com, Senin (3/8/2015).
Selain itu, lembaga keuangan internasional juga menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir 2015. Salah satunya Bank Dunia memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 4,7 persen pada 2015.
Hal senada dikatakan Head of Business and Operation PT Panin Asset Management Rudiyanto. Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat membuat investor asing masih wait and see. Investor asing melihat pertumbuhan ekonomi menarik di suatu negara. Rudiyanto yakin, bila pertumbuhan ekonomi membaik maka dana investor asing akan kembali masuk ke pasar modal Indonesia.
"Dana investor asing berbeda setiap waktu. Bila ada fundamental ekonomi lebih baik maka investor asing cenderung ke situ. Akan tetapi, investor asing tak pergi untuk selamanya," ujar Rudiyanto.
Thendra menilai, saat ini investor asing hanya melakukan strategi trading saja. Hal itu mengingat nilai tukar rupiah tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.500 per dolar AS.
Di tengah situasi itu, Thendra mengatakan, investor domestik belum dapat mengimbangi kepemilikan saham investor asing. "Kepemilikan saham oleh investor asing mencapai 60 persen," ujar Thendra.
Ia menambahkan, investor domestik juga seharusnya dapat memanfaatkan IHSG melemah untuk masuk ke pasar modal. Investor domestik besar seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, Taspen, dan Dana Pensiun, Thendra menilai sudah manfaatkan kondisi IHSG melemah. Akan tetapi, investor domestik besar itu belum terlalu agresif mengingat belum ada sinyal perubahan besar untuk pertumbuhan ekonomi. Seperti diketahui, sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan saham 31 Juli 2015, IHSG turun 8,12 persen ke level 4.802.
Selain itu, Thendra menilai, pasar modal Indonesia masih menarik bagi investor asing. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan membaik pada 2016 sebagai implementasi kebijakan pemerintah yang sebelumnya. Hal itu diharapkan dapat jadi sentimen positif untuk investor asing sehingga masuk ke pasar modal Indonesia. (Ahm/Gdn)