Investor Asing Mulai Borong Saham Perbankan, Bagaimana Prospeknya?

Salah satu faktor utama yang dorong reli saham perbankan adalah kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE), yang mewajibkan eksportir menempatkan 100% dananya di dalam negeri selama 12 bulan.

oleh Pipit Ika Ramadhani Diperbarui 19 Feb 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2025, 06:00 WIB
Investor Asing Mulai Borong Saham Perbankan, Bagaimana Prospeknya?
Saham perbankan kembali menjadi pusat perhatian di pasar modal setelah aksi beli besar-besaran oleh investor asing dalam beberapa hari terakhir.(Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Saham perbankan kembali menjadi pusat perhatian di pasar modal setelah aksi beli besar-besaran oleh investor asing dalam beberapa hari terakhir.

Data menunjukkan net buy atau aksi beli asing mencapai Rp 798 miliar di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Rp 256 miliar di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan Rp 114 miliar di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Pengamat pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, lonjakan minat ini mencerminkan kepercayaan tinggi terhadap sektor perbankan yang didukung oleh kebijakan ekonomi, prospek kinerja solid, serta sentimen positif dari dividen dan program buyback.

Salah satu faktor utama yang mendukung reli saham perbankan adalah kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE), yang mewajibkan eksportir menempatkan 100% dananya di dalam negeri selama 12 bulan.

"Kebijakan ini berpotensi meningkatkan likuiditas di sektor perbankan, yang dapat menjadi tambahan modal untuk ekspansi kredit. Namun, dampaknya masih perlu diamati lebih lanjut, terutama apakah dana tersebut benar-benar akan masuk ke perbankan atau tersalurkan ke instrumen lain," kata Hendra kepada Liputan6.com, Rabu (19/2/2025).

Dari sisi fundamental, sektor perbankan tetap menunjukkan kinerja yang solid, dengan pertumbuhan kredit yang stabil di segmen konsumsi dan UMKM.

Menjelang musim pembagian dividen, saham-saham bank semakin menarik karena rasio dividen yang tinggi. BBRI, misalnya, berencana membagikan 80-85% laba tahun buku 2024 sebagai dividen, sementara BMRI dan BBNI juga diperkirakan meningkatkan pembagian dividen dibanding tahun sebelumnya.

"Selain itu, rencana buyback saham oleh beberapa bank besar semakin memperkuat sentimen positif di pasar, menunjukkan keyakinan manajemen terhadap valuasi saham mereka,” ujar Hendra.

Sektor Perbankan

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Menurut Hendra, sektor perbankan saat ini masih menjadi pilihan utama investor karena memiliki fundamental yang kuat dan didukung oleh kebijakan makroekonomi yang positif.

"Lonjakan net buy asing di saham-saham perbankan menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap sektor ini. Likuiditas yang lebih besar dari kebijakan DHE bisa menjadi katalis tambahan bagi ekspansi kredit. Selain itu, dividen yang besar dan rencana buyback semakin memperkuat daya tarik saham perbankan di mata investor,” ujar Hendra.

Dengan kualitas aset yang tetap terjaga dan rasio kredit bermasalah (NPL) yang masih rendah, sektor perbankan terus menunjukkan ketahanan di tengah berbagai tantangan ekonomi. Prospek ke depan juga terlihat cerah, terutama jika Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga, yang dapat menurunkan biaya dana dan meningkatkan margin bunga bersih (NIM).

Ditambah dengan tren bullish pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berpotensi menembus level psikologis 7.000 dalam waktu dekat, saham-saham perbankan diprediksi akan tetap menarik bagi investor.

Meski demikian, investor tetap perlu mencermati beberapa risiko, seperti ketidakpastian kebijakan The Fed yang dapat mempengaruhi arus dana asing serta potensi regulasi baru di sektor keuangan yang dapat berdampak pada profitabilitas bank.

Namun, secara keseluruhan, saham perbankan masih menjadi salah satu sektor unggulan pada 2025. Rekomendasi beli diberikan untuk BBRI dengan target harga Rp 4.200, BMRI di Rp 5.750, BBCA di Rp 10.500, dan BBNI di Rp 6.800. Dukungan dari kebijakan ekonomi yang pro-pasar serta tren pertumbuhan laba yang positif semakin memperkuat posisi sektor perbankan sebagai pilihan utama bagi investor di pasar modal.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Aturan Baru Prabowo: 100 Persen Devisa Hasil Ekspor Wajib Parkir di RI Setahun

Momen Akrab Prabowo dan Jokowi di Puncak Perayaan Ulang Tahun ke-17 Partai Gerindra
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengundang seluruh jajaran yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus untuk silaturahmi dan konsolidasi di Hambalang, Bogor, Jawa Barat pada Jumat (14/2/2025). (ADITYA AJI/AFP)... Selengkapnya

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto resmi meneken aturan terbaru mengenai devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA). Aturan terbaru Prabowo ini mewajibkan DHE SDA 100 persen disimpan di Indonesia selama 1 tahun.

Dia menyadari selama ini banyak DHE yang lari ke luar negeri. Demi memperluas dampak pengelolaan DHE SDA, Prabowo meminta seluruhnya disimpan di rekening di dalam negeri.

"Selama ini dana devisa hasil ekspor kita, terutama dari sumber daya alam banyak disimpan di luar negeri, di bank-bank luar negeri," kata Prabowo dalam Konferensi Pers di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/2/2025).

"Dalam rangka memperkuat dan memperbesar dampak dari pengelolaan devisa hasil ekspor sumber daya alam, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2025," imbuhnya.

Sebelumnya hanya 30 Persen

Kepala Negara itu menjelaskan ada perubahan besaran DHE SDA yang harus disimpan di rekening bank nasional. Kini 100 persen devisa hasil ekspor SDA harus 'parkir' di RI dari sebelumnya sebanyak 30 persen.

"Pemerintah menetapkan bahwa kewajiban penempatan devisa hasil ekspor sumber daya alam dalam sistem keuangan Indonesia akan ditingkatkan menjadi 100 persen dengan jangka waktu 12 bulan sejak penempatan dalam rekening khusus DHE-SDA di dalam bank-bank nasional," bebernya.

Aturan ini berlaku untuk sektor pertambangan kecuali minyak dan gas bumi. Aturan parkir DHE SDA juga berlaku untuk sektor perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Adapun aturan tersebut mulai berlaku pada 1 Maret 2025 mendatang.

Dia menegaskan, sektor minyak dan gas bumi dikecualikan dengan tetap mengacu pada ketentuan PP nomor 36 tahun 2023.

Bisa Tembus USD 80 Miliar pada 2025

RI 1 memperkirakan devisa hasil ekspor SDA ini bisa mencapai USD 80 miliar sepanjang 2025 ini.

Dia juga memprediksi jumlah DHE SDA bisa mencapai lebih dari USD 100 miliar pada Maret 2026.

"Dengan langkah ini, di tahun 2025 devisa hasil ekspor kita diperkirakan bertambah sebanyak 80 miliar dolar Amerika," ucapnya.

"Karena ini akan berlaku mulai 1 Maret, kalau lengkap 12 bulan hasilnya diperkirakan akan lebih dari 100 miliar dolar," tambah Prabowo Subianto.

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya