IHSG Meroket 0,93 Persen pada 13-17 Januari 2025, Apa Saja Sentimennya?

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbang 0,93 persen ke posisi 7.154,65 di tengah aksi beli saham oleh investor asing pada 13-17 Januari 2025.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Jan 2025, 17:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2025, 17:00 WIB
IHSG Meroket 0,93 Persen pada 13-17 Januari 2025, Apa Saja Sentimennya?
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak signifikan pada perdagangan 13-17 Januari 2025.(Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak signifikan pada perdagangan 13-17 Januari 2025. Lonjakan IHSG itu didorong sentimen domestik terutama Bank Indonesia pangkas suku bunga acuan 25 basis poin (bps).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (18/1/2025), IHSG menguat 0,93 persen ke posisi 7.154,65 dari pekan lalu di posisi 7.088,86.

Kapitalisasi pasar bursa menguat 0,56 persen menjadi Rp 12.472 triliun dari pekan lalu Rp 12.403 triliun. Demikian juga rata-rata frekuensi transaksi harian bursa melonjak signifikan. Rata-rata frekuensi transaksi harian melambung 34,77 persen menjadi 1,39 juta kali transaksi dari 1,04 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Rata-rata nilai transaksi harian bursa meroket 33,50 persen menjadi Rp 11,64 triliun dari pekan lalu Rp 8,72 triliun. Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian bursa terpangkas 0,86 persen menjadi 17,51 miliar lembar saham dari pekan sebelumnya 17,66 miliar saham.

Selama sepekan, investor asing beli saham Rp 247,45 miliar. Kondisi ini berbeda dari pekan lalu, investor asing jual saham Rp 2,11 triliun.

Selama sepekan, mayoritas sektor saham menghijau. Sektor saham properti dan real estate memimpin kenaikan dengan naik 5,02 persen.

Selain itu, sektor saham energi mendaki 3,03 persen, sektor saham basic materials menanjak 0,39 persen, sektor saham consumer siklikal mendaki 1,15 persen. Selanjutnya sektor saham keuangan bertambah 1,63 persen, sektor saham teknologi melambung 2,29 persen, dan sektor saham infrastruktur menguat 0,21 persen.

Sementara itu, sektor saham industri merosot 1,76 persen, sektor saham consumer nonsiklikal susut 0,61 persen, dan sektor saham perawatan kesehatan terpangkas 2,22 persen. Kemudian sektor saham transportasi dan logistik melemah 0,14 persen.

 

Kata Analis

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, penguatan IHSG 0,93 persen didorong sejumlah faktor. Pertama,  penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah sebesar 1,12 persen.

"Kedua, ada pemangkasan suku bunga acuan BI sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen,” tutur dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ketiga, Herditya mengatakan, rilis data inflasi Amerika Serikat pada Desember yang cenderung meningkat menjadi 2,9 persen. Keempat, rilis data produk domestik bruto (PDB) China kuartal IV yang menguat 5,4 persen.

"Untuk sepekan ke depan, kami perkirakan IHSG masih berpeluang menguat untuk menguji area resistance di 7.227 dan support 6.931,” kata dia.

Adapun sentimen yang pengaruhi IHSG antara lain rilis suku bunga acuan China, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan rilis data inflasi Jepang.

Kinerja IHSG pada 6-10 Januari 2025

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot pada periode 6-10 Januari 2025. Analis menilai penguatan IHSG didorong data ekonomi China dan gerak nilai tukar rupiah pada pekan ini.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (11/1/2025), IHSG terpangkas 1,05 persen ke posisi 7.088,86 dari pekan lalu di posisi 7.164,42.

Kapitalisasi pasar bursa turun 0,34 persen menjadi Rp 12.403 triliun dari pekan lalu Rp 12.445 triliun. Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian bursa anjlok 10,45 persen menjadi Rp 8,72 triliun dari Rp 9,74 triliun pada pekan lalu.

Rata-rata volume transaksi harian bursa terpangaks 17,37 persen menjadi 17,66 miliar lembar saham dari pekan sebelumnya 21,38 miliar saham.

Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa menguat 0,89 persen menjadi 1,04 juta kali transaksi dari 1,03 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Investor asing menjual saham mencapai Rp 2,11 triliun pada pekan ini. Aksi jual ini lebih besar dari pekan lalu yang mencapai Rp 256,38 miliar.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG melemah 1,05 persen didorong sejumlah faktor. Pertama, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang cenderung tertekan. Hal itu diperkirakan respons atas pelaku pasar yang cenderung wait and see di tengah risalah bank sentral AS atau the Federal Reserve (the fed) akan perlambatan pemangkasan suku bunga.

Kedua, rilis data Jolts Jobs Openings yang menunjukkan ada peningkatan pekerjaan, tetapi di sisi lain pelaku pasar juga menantikan data nonfarm payrolls (NFP) yang akan rilis pekan ini.

Pencatatan Saham dan Obligasi pada 13-17 Januari 2025

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Sebelumnya, selama sepekan dalam periode 13–17 Januari 2025, terdapat pencatatan perdana 3 saham dan 1 obligasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pada Senin, 13 Januari 2025, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT), dan PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG) mencatatkan sahamnya serta sekaligus menjadi perusahaan ke-6, ke-7, dan ke-8 yang tercatat pada 2025 di BEI.

CBDK bergerak pada sektor Properti & Real Estat dengan subindustri Pengembang & Operator Real Estat. Pada penutupan Jumat, 17 Januari 2025, CBDK naik 19,77 persen ke posisi 10.450, atau naik 105,91 persen sepekan.

OBAT bergerak pada sektor Kesehatan dengan subindustri Farmasi. Saham OBAT naik 17,82 persen ke posisi 595, dan naik 41,00 persen sepekan.

Sementara DGWG bergerak pada sektor Barang Baku dengan subindustri Barang Kimia Pertanian. DGWG naik 2,84 persen ke posisi 290 pada penutupan Jumat. Dalam sepekan, DGWG naik 14,17 persen.

Pada pekan ini juga dilakukan pencatatan Obligasi Berkelanjutan V MNC Kapital Indonesia Tahap I Tahun 2024 yang diterbitkan oleh PT MNC Kapital Indonesia Tbk pada hari yang sama, tepatnya pada Senin, 13 Januari 2025.

Obligasi tersebut memiliki nilai nominal sebesar Rp 500 miliar. Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) untuk obligasi ini adalah idBBB+ (Triple B plus), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat.

 

Total Emisi Obligasi

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2025 adalah 6 emisi dari 5 emiten senilai Rp 7,50 triliun. Dengan pencatatan ini, maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 591 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 477,06 triliun dan USD 85,71 juta, yang diterbitkan oleh 134 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat di BEI berjumlah 234 seri dengan nilai nominal sebesar Rp 6.126,51 triliun dan USD 502,10 juta.

Selain itu, di BEI telah tercatat sebanyak 8 emisi Efek Beragun Aset (EBA) dengan nilai Rp 2,42 triliun. Data perdagangan saham BEI periode 13—17 Januari 2025 ditutup mayoritas pada zona positif.

Rata- rata frekuensi transaksi harian Bursa pekan ini mengalami kenaikan sebesar 34,77% menjadi 1,39 juta kali transaksi dari 1,04 juta kali transaksi pada pekan lalu. Kemudian, peningkatan terjadi pada rata- rata nilai transaksi harian Bursa pekan ini, yaitu sebesar 33,50% menjadi Rp11,64 triliun dari Rp8,72 triliun pada pekan sebelumnya.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya